[Freelance] Too Love #3


TOO LOVE chapter 3

Part1, Part2

AUTHOR : Park HyeRie – Riri [@Dictator3424]

MAIN CAST : Sulli f(x) as Choi Jinri,  Taemin SHINee as Lee Taemin, Kai EXO as Kim Jong In

OTHER CAST : Choi Jonghun FTIsland, Choi Siwon SJ, Hwang Miyoung –Tiffany SNSD, etc.

GENRE : Romance, family, little angst, etc.

LENGTH : chapter

RATE : PG+15

Note:

Sebelumnya Riri mau ngucapin terima kasih yang sebesar-besarnya buat yang udah ngebaca FF yang cukup abal, karya Riri ini. dan sekaligus untuk para reader yang udah nyempetin untuk ngasih komennya.. Jeongmal Gomawo.. *BOW* dan maaf kalau disini banyak Typo, hehee.. karena Riri nggak sempat ngedit.

Juga untuk admin yang udah memberi tempat buat Riri, posting FF. Jeongmal kamsahamnida..^^

Nggak suka pairingnya, nggak usah baca -__-v !!Heheee… Jangan lupa RCL!! kamsahamnida^^

Happy Reading^~^

Too Love Chap .3 poster

Preview..

“Jangan halangi aku, Jonghun!! Anak ini benar-benar telah menghancurkan nama baik keluarga kita”

Akar dari semua permasalahan ini harus segera dicabut, jika tidak maka masalah yang ditimbulkan olehnya juga akan makin besar.

“Sebenarnya kau dimana Jinri-ah?”

‘Aku lelah oppa. Aku ingin mengakhirinya. Mulai malam ini kita akhiri hubungan ini saja’

“Jinri-ah..”

Story Begin..

A few weeks later..

Seorang namja berperawakan tinggi kini telah duduk manis di sebuah restoran terkemuka di Seoul. Ia menunggu pujaan hatinya yang sudah beberapa hari ini tak ia temui. Setelah . Yahh.. mereka ingin makan siang. Semenjak malam itu, ia dan Jinri memang jarang bertemu. Hanya sekali-kali saja. Maklumlah ini bukan hanya masalah kesibukan mengenai kuliah mereka, namun ini juga karena appa Jinri yang memang over protective sehingga untuk bertemu Jinri, mereka harus kucing-kucingan.

‘Yoeboseo..’, namja yang sering disapa Kai itu rupanya sekarang telah beralih dengan handphonenya.

‘Ye.. aku sudah sampai, baru saja. Aku menunggumu’

‘Gwenchana, aku mengerti’.. namja itu kembali menutup telponnya. Bisa tebak, itu adalah telpon dari Choi Jinri –kekasihnya.

Sekitar 15 menit Kai duduk disana, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Jinri tersenyum manis dan duduk di hadapan Kai. Jangan ditanya, Kai benar-benar bahagia karena melihat yeoja yang benar-benar dirindukannya ini kini telah ada di hadapannya. Ia membalas senyum Jinri tadi, dengan senyum yang tak kalah manis.

“Baiklah aku akan memesan bibimbab seperti biasa”, ujar Kai yang sebenarnya ingin langsung memanggil pelayan, sebelum Jinri akhirnya menghentikan aksinya dengan berkata,

“Ahh.. ani. Sekarang aku benar-benar ingin makan ddeokbokki”. Kai menyengitkan dahinya. Tidak biasanya Jinri mengganti pesan tetapnya kalau mereka makan siang ke restoran ini.

“Eoh.. kau berganti pesanan?”

“Ehmm.. ehh aku ingin mencoba sesuatu yang baru saja. Sepertinya ddeokbokki disini tak kalah menggoda(?)”, Kai berusaha menerima alasan Jinri. Mungkin memang benar, bisa saja Jinri bosan dengan menu itu.

Jinri juga bingung sendiri, entah mengapa ia begitu menginginkan ddeokbokki sebagai makan siangnya untuk hari, padahal ddeokbokki biasanya hanya ia jadikan jajanan biasa. Apa ini pengaruh karena ia hamil?

“Gurae.. aku akan memesannya”

///////

Kai menatap Jinri yang sedang makan dengan lahapnya, dengan tatapan tak biasa, sejak kapan porsi makan Jinri bertambah seperti itu? Apa semenjak mereka lose contact beberapa waktu yang lalu? Kai hanya tersenyum melihat kekasihnya itu, sepertinya ia ingin bertumbuh lagi. Pikir Kai.

Namun senyum yang tadi Kai sunggingkan mendadak berubah, ketika ia melihat cincin yang ia berikan pada Jinri. Yang seharusnya Jinri kenakan di jari manisnya, malah tergantung dengan manis di leher Jinri melalui perantara kalung. Jujur saja Kai sedikit kecewa, yah.. tentu ia berharap Jinri akan segera memakainya.

‘Ne.. tentu saja aku menerimanya oppa. Tapi, mungkin ini akan menimbulkan kecurigaan dari appa, jika aku memakainya di jariku’

Itulah yang menjadi alasan Jinri malam itu. Itu memang cukup masuk akal, tapi entah kenapa ia masih merasa kecewa. Itu wajar bukan?

“oppa.. aku sudah selesai makan. Mianhe.. aku jadi makannya lama dan banyak”, Jinri hanya nyengir di hadapan Kai.

“Gwenchana.. kau ini. Tidak usah merasa seperti itu di hadapanku, chagi. Walaupun kau berubah jadi gemuk sekalipun karena kebanyakan makan, perasaanku tak akan berubah. Aku tetap akan mencintaimu, arra..”, ujar Kai dengan tawa renyahnya sambil mengacak-acak poni yeojachinggunya.

“Yaaak oppa.. sejak kapan kau pintar merayu seperti itu. Eoh?”, jinri berlagak sebal di hadapan Kai, walau sebenarnya ia cukup tersipu.

“Tapi kau menyukainya kan? Ayolah… lihat sekarang kau tersipu. Baru seperti itu saja pipimu sudah merah begitu”, sekarang Kai malah mencubit pipi Jinri saking gemasnya.

“JongIn oppa..  itu sama sekali tidak lucu”, kini Jinri jadi memanyunkan bibirnya.

“Heheheee… tidak usah memanyunkan bibirmu seperti itu. Kau ingin aku menciummu yah..?”

“Mwo? Oppa.. jangan bicara sembarangan, ini tempat umum”, yah walau jinri sebenarnya tersipu, tapi setidaknya harus jaga image kan? Nanti mereka dikira yang tidak-tidak oleh pengunjung lain.

“Ohh.. jadi kau ingin aku melakukannya di tempat sepi. Arra.. arra”, pernyataan Kai langsung disambut oleh pukulan sendok makan, yang tepat mendarat di kepala Kai. Tentu tersangkanya Jinri sendiri.

“Yaak.. appo chagi”, ujar Kai dengan nada memelasnya.

“Siapa suruh oppa mengatakan hal aneh seperti itu. Membuat orang malu saja”

“ne.. aku hanya bercanda. Aku benar-benar rindu dengan kau yang merajok seperti itu, rasanya lucu juga. Lama kita tak melakukanya lagi”, Jinri jadi membungkam mulutnya. Benar. Terakhir mereka bercanda bersama sebelum ulang tahun Kai. Mengingat hal itu, mendadak air muka Jinri berubah. Ia sedikit terganggu dengan hal itu.

“Wae?”, Kai langsung memberi respon atas perubahan Jinri tadi. Apa ia salah bicara?

“Ahh.. ani. Gwenchana. Aku juga merindukan saat-saat seperti ini”, setidaknya Jinri berusaha memperlihatkan senyumnya di hadapan Kai.

//////////////

Sementara di tempat lain. Tepatnya di dalam sebuah mobil lexus putihnya, seorang namja tampan namun juga dapat dikatakan imut dari segi parasnya, kini telah duduk dengan tidak nyaman di kursi kemudi mobilnya.

Pikirannya kacau, beberapa hari ini ia sibuk mencari seseorang. Namun rupanya, hasil yang ia dapat belum juga memuaskannya. Memang tidak mudah bagi seorang mahasiswa yang tak punya kekuasaan apa-apa, untuk menemukan seorang yeoja di antara sekian banyak yeoja di Seoul. Setidaknya Taemin yakin, yeoja itu tidak akan sampai keluar kota untuk bersembunyi darinya.

Sekarang Taemin menyandarkan kepalanya di kursi kemudi tersebut.

“sebenarnya kau dimana sih?”, desisnya. Setidaknya ia harus tahu bukan, bagaimana keadaan Jinri. Dan apa Jinri benar-benar hamil atau tidak?  Karena itu merupakan kewajiban di matanya. Tapi, Taemin yakin bahwa ketika di rumah sakit ia benar-benar melihat Jinri keluar dari dokter dengan name tag ‘Ahli Kandungan’ di pintunya. Ia pasti tidak salah. Matanya kan masih normal.

Beberapa saat setelah Taemin sibuk dengan pikirannya, matanya kini menangkap sosok yang ia cari-cari. Choi Jinri ada di radius kurang lebih 50 meter dari mobilnya. Ia melihatnya keluar dari sebuah restoran, menuju sebuah taksi yang Taemin yakini akan segera Jinri tumpangi.

Taemin hendak mengikuti Jinri, barang kali dengan itu ia bisa tahu kediamannya dengan cara ini. Namun rupanya, rencanya tidak akan berjalan mulus, ada dua orang kini telah berdiri dihadapan mobilnya. Iisshh… menganggu saja. Pikirnya.

Tunggu dulu. Polisi?

Salah satu dari mereka kini telah mengetuk kaca mobil Taemin. Taemin otomatis membuka kaca mobilnya.

“Ah.. ne. Ada masalah apa sebenarnya? Akau akan segera pergi, ada hal penting yang harus saya kerjakan”, ujar Taemin. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan jejak Jinri kali ini.

“Kami mengerti anak muda. Tapi anda sepertinya tidak bisa bergegas pergi, karena anda harus menyelesaikan urusan dengan kami dulu”, Taemin mengerutkan keningnya mendengar pernyataan dari salah satu polisi itu.

“Ne.. tapi saya tidak ada waktu. Mungkin lain kali”, Taemin sudah tidak sabaran. Ia melihat Jinri sudah memasuki taksi tersebut. Hah… bagaimana ini?

“Masalah ini tidak akan lama. Anda lihat tanda itu? Saya rasa anda pasti mengerti maksud kami kan anak muda?”, ucap polisi bertubuh sedikit gembul di samping mobil Taemin sambil menunjuk sebuah tanda larangan parkir. Tunggu, larangan parkir? Heeuuhh… matilah Taemin sekarang!!! bagaimana bisa ia melakukan pelanggaran konyol di saat tak tepat seperti ini?

///

“KATAKAN PADA APPA APA INI EOH??”

“Itu..”, belum sempat Jinri melanjutkan perkataannya appanya telah melayangkan tamparan keras di pipinya.

PLAAKKKK…!!

Rasanya benar-benar sakit. Ani.. bukan pipinya yang sakit karena ditampar oleh appanya, tapi hatinya..

“CHOI JINRI KATAKAN KALAU INI TIDAK BENAR!!! HAH..!!”, teriak tuan Choi, appa Jinri.

“Appa mianhe.. tapi itu”, mendengar pengakuan tak langsung putrinya. Choi Siwon telah siap melayangkan tamparannya lagi ke pipi putrinya, namun Jonghun-oppanya Jinri, telah menahan appanya. Jujur saja, ia juga cukup terpukul dengan kenyataan yang menimpa yeodongsaengnya itu.

“Jangan halangi aku, Jonghun!! Anak ini benar-benar telah menghancurkan nama baik keluarga kita”, sekarang tuan Choi tampak tak bisa meredam emosinya lagi. Ia benar-benar marah dan kecewa pada putrinya yang selama ini ia banggakan. Sejauh ini ia selalu membekali putrinya dengan kepercayaan, tapi bagaimana hal memalukan ini bisa terjadi.

Sedangkan Hwang Miyoung –nyonya Choi, kini telah berada di samping putrinya yang terduduk lemas di lantai. Walau ia cukup sedih dengan keadaan ini, namun ia juga tidak tega melihat Jinri diperlakukan seperti ini. Nyonya Choi kini telah memeluk putrinya yang menangis.

“Sudahlah Miyoung-ah!! Jangan pedulikan anak itu. Sini kau Choi Jinri!!”, Siwon telah memisahkan pelukan hangat dari Miyoung dan Jinri. Ia menarik kasar putrinya dan memaksanya berdiri.

“Katakan siapa namja brenss*k yang telah menghamilimu!!!”, suruh Siwon dengan menarik rambut putrinya. Miyoung hanya bisa terisak melihat putrinya diperlakukan seperti itu, sedangkan Jonghun tidak bisa berlaku apa-apa jika itu menyangkut perintah ayahnya.

“Di.. dia.. Tae..min”, ujar Jinri dengan terbata-bata. Ia benar-benar takut pada appanya sekarang.

“Taemin? Dimana kau kenal dengannya eoh? Bukankah appa selama ini tidak pernah mengijinkanmu berpacaran dengan namja manapun? JAWAB APPA!!”

“Dia bukan namjachiguku appa.. aku.. aku.. tidak sengaja mengenalnya di ba.. di bar”

“Mwo? Bar? Bagaimana bisa kau kesana hah? Kau ini, bukankah appa selalu melarangmu!!”, Siwon nampaknya semakin syok dengan pengakuan putrinya.

“Waktu itu.. pikiranku kacau.. aku punya masalah. aku benar-benar tak bisa berpikiran jernih. Aku tidak punya teman untuk berbagi, jadi”, ujar Jinri sekenanya.

“Jadi kau memilih ke bar begitu?”, kini Siwon telah mendorong putrinya hingga ia terjatuh di sofa.

“Aku benar-benar tidak percaya, kau bisa melakukan bodoh seperti itu. Kau bukan Choi Jinri yang ku kenal selama ini. kau bukan putriku lagi”, ucap Siwon melanjutkan caciannya kepada Jinri.

Sedangkan Jinri kini semakin terpana dengan perkataan appanya. Bagaimana bisa appanya mengatainya seperti itu? Ia rela dikatai macam-macam oleh appanya. Namun tidak dengan pernyataan bahwa Siwon sudah tidak mengakui Jinri sebagai putrinya lagi. Itu terlampau sakit baginya.

“Ku mohon appa.. maafkan aku. Aku tahu aku sangat bodoh dan benar-benar mengecewakan appa. Tapi ku mohon jangan mengatakan bahwa aku bukan anak kalian. Aku benar-benar menyangi keluarga ini appa.. hikss”, Jinri mengemukakan pernyataan tersebut dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.

“ANII… KAU BUKAN PUTRIKU LAGI. KAU BUKAN PUTRI DARI SEORANG CHOI SIWON”, perkataan appanya tadi sukses membuat dada Jinri makin bergemeuruh. Ia semakin terluka sekarang.

“Appa.. sudahlah, Jinri juga terpukul dengan masalah ini. Ia juga korban appa..”, ujar Jonghun berusaha membela adik kesayangannya.

“Diam kau!! Aku sedang berbicara dengan anak tidak tahu diri ini”, ucapan Siwon benar-benar menyanyat hati Jinri.

“Appa.. bisakah appa mengerti Jinri sekali saja? Selama ini bukankah ia selalu mendengar perkataan appa? Ia bahkan memilih menghabiskan masa remajanya hanya untuk menjadi boneka appa, agar ia selalu belajar. Appa seharusnya sadar, karena gara-gara itu Jinri jadi tidak punya orang lain yang bisa ia ajak berbagi.”, sebenarnya Jonghun sudah dari dulu muak dengan sikap appanya, namun baru kali ini ia mengeluarkan unek-uneknya itu.

Isakan Jinri kini semakin terdengar jelas di ruang keluarga Choi. Tapi, rupanya itu sama sekali tak membuat appanya bergeming. Ia sudah terlanjur sangat marah dan kecewa denagn putri yang selama ini ia banggakan.

“Ohh jadi sekarang kau menyalahkanku hanya karena kau membela adikmu ini, Choi Jonghun? Kalian berdua sama saja. Padahal appa melakukan itu untuk kebaikannya”, Siwon sepertinya juga tidak ingin kalah.

“Kebaikan apa? Kebaikan agar di masa depan Jinri bisa menjadi menggantikan appa di perusahaan karena aku tidak bisa menjadi apa yang appa inginkan? Itu yang appa maksud kebaikan? Appa itu sangat egois”

“Oppa sudahlah.. ini salahku”, Jinri memegang pergelangan tangan Jonghun yang berdiri di depannya.

“Diamlah Jinri. Mungkin ini saatnya aku membelamu, selama ini aku hanya bisa mendiami hal ini. Appa yanga harusnya sadar dengan sikapnya selama ini”, ucap Jonghun.

“Kau!! Siapa yang mengajarimu jadi kurang ajar seperti itu di hadapan appamu sendiri. Hah?? Apa ini hasil yang kau dapatkan bergelut dengan teman-teman satu band mu yang tak karuan itu?”, kini Siwon telah berbalik menghardik putranya.

“Appa!! Appa sama sekali tidak punya hak untuk menghina teman-temanku dan band kami. Ini sama sekali tak ada hubungannya dengan masalah itu”, ujar Jonghun yang benar-benar tidak terima dengan hiaan appanya, itu sama saja ia telah menghina mimpi besarnya bersama kawan-kawannya.

“Heoo.. jadi kau masih sama keras kepalanya seperti dulu. Lihat!! Bahkan mimpimu yang tidak jelas itu jadi membuat adikmu sendiri kan yang jadi penggantimu. Sepertinya kau tampak lebih egois dari appamu ini, Choi Jonghun!!”, Jonghun yang mendengar hanya bisa mendengus kesal. Jonghun sendiri merasa seperti itu, seringkali ia merasa bersalah pada adiknya. Tapi ia juga tidak bisa melepaskan impian besarnya begitu saja. Sedangkan Jinri hanya bisa semakin mengeratkan genggamannya pada oppanya –Jonghun.

“Kenapa kau diam eoh? Apa kau baru sadar?”

“Cukup appa!!! Jangan salahkan oppa lagi, ini semua salahku. Ini gara-garaku. Aku yang menghancurkan semuanya”, kini Jinri semakin tidak bisa menghentikan tangisnya lagi.

“Jinri-ah.. mianhe”, hanya kalimat itu yang sekiranya bisa Jonghun ucapkan sekarang.

“Sudah. Sekarang ikut appa Jinri-ah. Laki-laki brenss*k itu harus bertanggung jawab”, ujar appa masih dengan nada marahnya.

“Anii”, ujar Jinri yang berhasil membuat Siwon –yang tadinya ingin mengambil kunci mobil, menghentikan langkahnya.

“Aku.. aku tidak tahu dimana ia tinggal”

“Yakk!! Bagaimana kau… akhhh!!!”, Siwon hanya bisa mengerang mendengar pernyataan Jinri tadi. Ia bahkan menumpahkan kekesalannya dengan menggeprak meja di ruang keluarganya menggunakan kepalan tangannya. Untung saja meja itu terbuat dari kayu jati.

“Uljima Jinri-ah.. kembalilah ke kamarmu, sayang. Biar eomma yang berbicara dengan appamu”, nyonya Choi yang tadinya menagis, kini telah berusaha tampak kuat di hadapan anak-anaknya. Ia berhasil meredam tangisnya. Dia sadar, dia saat seperti ini ialah yang harus berada di samping putrinya. Setidaknya untuk lebih menguatkannya menghadapi masalah kejam ini.

Jinri masih terdiam duduk di sofa. Tubuhnya seakan lumpuh sekarang. tapi, sebuah tarikan dari pergelangannya membuat Jinri terpaksa menarik dirinya dari sofa itu. Jonghun lah yang menjadi pelaku dari usaha penarikan tersebut (?)

///

“Mianhe Jinri-ah.. oppa mu ini memang sangat pengecut rupanya. Bahkan  aku tidak bisa melindungimu”, ujar Jonghun pelan, yang kini duduk di samping tempat tidur yang Jinri gunakan. Jinri berbaring di tempat tidur tersebut dengan memunggungi Jonghun. Air mata Jinri mengalir pelan. Namun tangisan tersebut tidak mengeluarkan isakan sama sekali, ia menyembunyikannya dari oppanya. Jujur saja, ia menyesali samua yang terjadi padanya dan keluarganya sekarang.

“Anii oppa, gwenchana. Bukankah oppa bilang ingin mewujudkan mimpi besar oppa itu? Oppa masih ingat bukan. Jadi jangan pernah menyalahkan dirimu, ini semua karena aku juga ingin menyaksikan mimpi besar oppa terwujud”, Jinri kini telah menghadap pada Jonghun, lalu tersenyum sehingga matanya yang indah juga ikut tersenyum ria.

“Tapi..”

“Anii.. lagipula aku sudah tahu semua akar dari masalah ini. Aku akan segera mencabutnya agar dampak yang diberikannya tidak semakin besar”, senyum yang tadi Jinri torehkan kini berubah menjadi ekspresi yang bahkan sulit diartikan oleh Jonghun.

“Apa maksudmu?”, Jonghun mengucapkan pernyataan itu dengan keningnya yang ikut berkerut, tanda bahwa ia bingung dengan jawaban adiknya tadi.

////

Jinri’s POV

Benar. Akar dari semua permasalahan ini harus segera dicabut, jika tidak maka masalah yang ditimbulkan olehnya juga akan makin besar. Sudah cukup semua yang kualami selama ini. Aku sudah cukup lelah. Jadi aku harus segera mengakhirinya

Ini mungkin adalah pilihan yang cukup sulit. Bahkan merupakan tindakan paling gegabah yang telah ku pilih. Namun sepertinya tidak ada jalan lain selain itu. Aku harus menggugurkan janin ini secepatnya.

Bukankah yang menjadi akar dari semua ini adalah karena kehadiran janin ini? Mungkin memang akan terdengar sangat egois. Namun pikiran rasionalku telah memilihnya. Aku setidaknya sudah melewati begitu banyak masalah yang akhirnya membawaku pada jalan ini.

‘Mian..’, ucapku pelan seraya menyentuh perutku yang bahkan belum berbentuk sama sekali ini. Masih rata. Jadi tidak begitu sulit bukan.

Aku harus mengorbankan satu nyawa untuk kebahagiaan yang lain. Agar yang lain tidak ikut terkena imbasnya. Maaf..

Sekarang air mataku telah turun dengan derasnya. Bahkan sampai membuat bantal yang aku gunakan juga ikut basah. Sebenarnya hatiku tidak mengijinkan aku memilih ini. Tapi..

///

“BANGUN KAU!!”, itu suara teriakan appa. Aku segera membuka mataku dan appa menarikku dengan kasar. Jujur.. tanganku cukup perih akibat tarikan appa.

“KEMASI BARANG-BARANGMU SEKARANG!! SEGERA PERGI DARI SINI. AKU BENAR-BENAR MALU MEMILIKI PUTRI SEPERTIMU!!”, bentak appa dengan begitu keras di hadapanku.

“Yeobo-ah.. jebal jangan lakukan ini. Jinri tidak boleh pergi dari sini. Dia masih anak kita”, ku lihat eomma telah memohon-mohon pada appaku dengan air mata yang terus berlinang dari pelupuk matanya. Mianhe.. eomma, ini semua gara-gara aku.

“AKU TIDAK INGIN MEMILIKI PUTRI YANG HANYA BISA MEMBAWA AIB DAN MENCORENG NAMA KELUARGA”, perkataan appa benar-benar menohok hatiku.

“CEPAT KEMASI BARANG-BARANGMU!! DAN JANGAN MEMUNCULKAN WAJAHMU LAGI DI HADAPAN KAMI!”, appa kini telah membawa eomma dengan paksa keluar dari kamarku.

/////

Aku berjalan menyusuri kota Seoul yang sudah diselimuti udara cekam malam yang dingin dengan membawa tas besar di tangan kanan. Yah.. aku benar-benar diusir dari rumah.

Ku tenteng tas tersebut dengan susah payah. Bukan karena tas itu yang berat, tapi hatiku yang terasa sangat berat seakan ditimpa oleh beban puluhan ton.

Aku bingung. Aku harus kemana sekarang?

Kalau aku ke rumah Lizzy? Eohh.. aku tahu pasti dia akan menerimaku dengan senang hati, tapi tidak dengan orang tuanya. Ke rumah teman yang lain? Jangan mimpi, aku benar-benar tidak punya teman lain selain Lizzy.

Jong In oppa? Haah… bagaimana bisa aku bertemu dengannya dalam keadaan seperti ini. Bisa-bisa dia meludahiku, ketika tahu apa yang terjadi padaku sebenarnya.

Aku merasa tidak punya siapa-siapa sekarang. aku sendiri. Tidak ada yang bisa menolongku. Kalaupun ada orang yang bisa, aku merasa sangat malu untuk itu. Aku begitu kotor untuk ditolong oleh orang manapun. Ujung-ujungnya ketika mereka tahu apa yang terjadi padaku, mereka akan membuangku seperti sampah. Benar-benar menjijikkan diriku ini. Tidak diinginkan oleh siapapun.

Mengingat itu semua, lagi-lagi cairan bening itu mengalir membasahi pipiku. Aku tidak mempedulikan pandangan orang-orang yang melihatku dalam keadaan seperti ini. Biar kan saja pikiran buruk itu memperdaya mereka, lagipula itu memang benar. Betapa menyedihkan hidupku ini.

Setelah sekian lama berjalan, dengan arah yang benar-benar tak menentu. Akhirnya ku putuskan untuk duduk di sebuah halte yang dapat ku katakan tak begitu ramai. Hanya ada dua wanita yang tampak berusia 20-an duduk tak jauh dariku.

Ku rapatkan sweater yang menyelimuti tubuhku. Rupanya udara sangat dingin sekarang. aku hanya menatap nanar lalu lalang kendaraan di hadapanku. Melalui jam tangan yang kugunakan, dapat ku ketahui bahwa sekarang Seoul berada di pukul 07.35. belum terlalu malam rupanya. Tapi, kenapa rasanya sudah sangat dingin seperti ini.

///

Author’s POV

Dengan kecepatan mobil di atas batas normal, seorang namja melintasi jalan raya Seoul seakan ingin membelahnya. Untung saja ia tidak dikejar-kejar oleh polisi akibat tidakan tidak tahu aturannya itu.

Yahh… namja dalam mobil itu lagi-lagi Lee Taemin. Ia semakin frustasi sekarang. bagaimana tidak, ia baru saja bertemu appanya. Mereka berselisih lagi.

Penyebab perselisihan mereka, masih sama dengan waktu yang lalu. Dan hal itu benar-benar membuat Taemin seakan tercepit.

Kenapa masalah datang padanya dengan bertubi-tubi seperti ini? Apalagi sekarang ia juga belum menemukan keberadaan Jinri. Siaalll….!!! Taemin  mendumel kesal dalam hatinya.

Seketika ia menghentikan kendaraannya di pinggir jalan. Ia menggemprak stir mobilnya dengan cukup keras. Ia juga merasa sakit akibat tindakan bodohnya tadi. Tapi, itu belum seberapa dengan dampak yang ditimbulkan oleh masalah-masalah yang menimpanya.

Taemin kini menyangga kepalanya, yang seakan ditimpa oleh ribuan ton beban entah darimana.

“Sebenarnya kau dimana Jinri-ah?”, ujar Taemin seorang diri dengan suara yang sangat pelan. Jinri rupanya masih menjadi masalah utama yang menjadi beban bagi Taemin sekarang.

///

Sementara di tempat lain. Kim JongIn kini juga telah dilanda kecemasan dan khawatir. ia baru saja mendapat pesan dari yeojachingu-nya.

‘Aku lelah oppa. Aku ingin mengakhirinya. Mulai malam ini kita akhiri hubungan ini saja. Aku ternyata bukan seorang yang penyabar, pada akhirnya aku sampai pada titik jenuh dalam hubungan kita. Semoga kau mendapat yeoja yang lebih baik dariku. Jangan temui aku lagi. Aku tak pantas untukmu’

Pesan macam apa itu? JongIn benar-benar tidak mempercayai pernyataan konyol Jinri yang disampaikan melalui pesan tadi. Benar-benar sangat konyol.

Bukankah tadi siang, mereka masih sempat makan dan bercanda bersama. Mereka baik-baik saja. Rasanya terlalu tidak masuk akal jika Jinri tiba-tiba memilih jalan seperti itu.

‘Apa jangan-jangan Jinri ingin bercanda denganku. Apa ia ingin balas dendam ku dengan cara seperti ini?’

Itulah pikiran positif yang berusaha JongIn tanamkan dalam pikirannya. Yahh.. candaan Jinri belaka. Tapi, kenapa ia masih saja tidak tenang. Jinri itu bukan tipe orang yang suka melakukan hal aneh macam ini. Dan tentu saja.. Jinri juga bukan yeoja pendendam. Jadi akan terdengar sangat mustahil jika Jinri sengaja melakukan hal ini padanya,

Karena pikirannya terus saja tidak tenang, akhirnya JongIn memutuskan untuk menghubungi Jinri. Namun.. lagi-lagi mailbox. Berulang kali JongIn telah mencobanya, tapi, hasilnya tetap saja sama.

“Aaakkhhh……..”, JongIn berteriak kencang melalui balkon apartemennya.

“Ada apa sebenarnya Jinri-ah?”, ujar JongIn dengan suara bassnya yang terdengar samar. Dengan cepat ia menuju kamarnya dan menyambar jaket serta kunci mobilrnya. Ia harus bertemu Jinri. Ia harus memastikan apa sebenarnya maksud Jinri.

/////

JongIn duduk dengan gelisah dalam mobilnya. Ia baru saja ke rumah Jinri. Tapi, satpam di rumahnya bilang. Jinri pergi. Hanya itu yang sempat dikatakannnya. Berulang kali JongIn bertanya, namun pertanyaan berikutnya tak dijawab oleh satpam tersebut, karena ia buru-buru menutup pagar. Dan dengan itu, tentu membuat JongIn sama sekali sulit mendapat akses untuk masuk ke rumah tersebut.

Perasaan JongIn makin tidak tenang sekarang. pikiran-pikiran buruk kini telah berhasil mengusiknya. Kembali ia menghubungi Jinri, tapi tidak ada hasil.

Dengan cukup pelan JongIn menjalankan mobil audi merahnya meninggalkan area rumah Jinri. JongIn berusaha menenangkan pikirannya dengan berusaha menikmati udara malam ini sambil mencari Jinri –siapa tahu ia dapat menemukan Jinri yang entah kemana itu. namun, rupanya usaha tersebut tidak berhasil.

JongIn malah semakin cemas. Jinri bukanlah orang yang akan keluar malam-malam begini, kalau bukan untuk hal yang benar-benar penting. Biasanya juga Jinri akan ditemani oleh Jonghun –oppanya. Dan kenyataan yang tampak bahwa Jonghun tak menemi dongsaengnya, tampak jelas ketika motor Jonghun dapat ditangkap oleh pandangan JongIn di pekarangan rumah keluarga Choi.

///

“Appa.. kenapa mengusir Jinri seperti itu eoh?”, kini Jonghun membentak appanya lagi. Ia tak habis pikir dengan tindakan appanya itu. Benar-benar tega..

“berhenti berteriak di hadapanku Choi Jonghun. Kenapa kau semakin tidak sopan begini?”, Siwon kini telah sedari sibuk berkutat dengan komputer jinjingnya kini mengalihkan pandangannya pada .putranya yang berdiri di depan meja kerjanya.

“Mianhe appa. Tapi, ini sangat keterlaluan. Apa appa tidak mempedulikan keadaan Jinri bagaimana? Ia sedang hamil. Dan ini sudah malam, apalagi sekarang sedang musim dingin. Hal buruk bisa saja terjadi padanya”

“Tidak usah membelanya”, ucap Siwon dengan nada yang sangat dingin.

“Mwo? Aku sedang tidak berusaha membelanya, appa. Tapi bagaimana bisa kau setega ini?”, Jonghun sekarang benar-benar tak tahan dengan appanya.

“Ia layak mendapatkannya. Ia sudah mempermalukan keluarga ini. mencoreng nama baik keluarga. Seharusnya kau sadar, kalau kesalahannya bukan kesalahan kecil”

“Terserah appa kalau begitu. Aku akan mencarinya”, cukup sudah. Percuma Jonghun berdebat dengan appanya. Appanya juga tidak akan mengalah darinya. Jalan satu-satunya sekarang ialah harus segera mencari Jinri.

“JANGAN PERNAH MEBAWANYA DI HADAPANKU. KALAU KAU MEMBAWANYA, AKU AKAN MELAKUKAN HAL YANG LEBIH KEJAM DARIPADA HANYA MENGUSIRNYA”, Siwon benar-benar meneriaki putranya

Dengan langkah lebarnya Jonghun segera meninggalkan ruangan appanya. Dalam hati, Jonghun merutuk dirinya. Seandaninya saja tadi ia tidak meninggalkan Jinri di rumah. Pasti ia tak akan kehilangan Jinri begitu saja seperti malam ini.

Jonghun benar-benar khawatir. sedangkan Siwon yang sejak tadi ada di ruang kerjanya, hanya duduk diam tanpa ekspresi. Tatapannya hanya lurus. Jujur, jiwanya juga tak kalah terguncang dengan kenyataan yang menimpa putri kesayangannya.

////

Jinri yang sejak hampir dua jam ini duduk di halte bis semakin merasakan dinginya malam. Sweater tebal yang ia gunakan rupanya tak mempan terhadap udara dingin yang sudah menyelimuti tubuhnya ini.

Jinri semakin menggigil bahkan bibirnya kini tampak semakin pucat. Namun ia sendiri tak beranjak dari tempat itu juga. Entah apa yang ia nantikan.

Kini kepalanya juga semakin terasa berat. Pandangannya mulai mengabur. Ia ingin berteriak minta tolong, tapi tenaga yang sangat minim dalam tubuhnya sepertinya menajdi penghalang baginya. Di halte ini bahkan sudah tak tampak siapa-siapa lagi selain Jinri.

Jinri memegang kepalanya yang main pusing tak karuan. Ia mencoba berdiri. namun keseimbangan tubuhnya sekarang bahkan semakin berkurang, membuat tubuhnya oleng. Hingga ia tak sadarkan diri dengan keadaan terduduk di lantai halte dan kepalanya yang tersandar pada kursi di halte tersebut.

////

Namja yang sejak tadi mengitari kota Seoul dengan menggunakan mobilnya untuk mencari seseorang kini menghentikan kendaraannya tersebut. Ia cukup lelah sekarang.

Namja tersebut kemudian mengeluarkan air mineral yang kebetulan ia letakkan di dasboard mobilnya. Ia menyesapnya secara perlahan untuk sekedar menghilangkan rasa dahaganya. Udara di luar tampak cukup dingin melalui pandangannya.

Ia kemudian meletakkan botol air mineral tadi ke tempat semula, lalu menyandarkan kepalanya. Ia ingin istirahat sebentar.

Tapi ia tak melanjutkan kegiatannya tersebut setelah ia melihata sesuatu di sebuah halte yang terletak tak jauh dari mobil yang kebetulan ia parkir. Ia memencingkan matanya untuk memastikan apa yang ia lihat.

Lebih tepatnya sesuatu yang ia katakan tadi ialah seseorang. Tapi, kenapa ia berada dalam posisi seperti itu?  Apa ia dalam keadaan mabuk? Sampai-sampai ia tertidur di halte dengan keadaan harus seperti itu? Pikir namja itu.

Karena rasa keingintahuannya yang cukup tinggi, akhirnya ia memutuskan memperpendek jarak antara mobilnya dengan halte tempat ia melihat seseorang tadi.

Dengan jarak sudah cukup dekat, dari dalam mobilnya namja tersebut dapat memastikan bahwa orang tadi rupanya seorang yeoja. Namun ia masih belum dapat memastikan wajahnya, karena yeoja itu bersandar dalam keadaan berbalik. *ngertikan maksud Riri?*

Namja tadi cukup khawatir dengan pemandangan di depannya. Rasa kemanusiaannya yang cukup tinggi akhirnya menang. Ia tahu kalau keadaan di luar sangat dingin, maka dari itu ia memutuskan untuk keluar dari mobilnya dan menengok yeoja itu. Barangkali yeoja itu butuh bantuan. Pikirnya.

“Ehhmm.. agasshi..”, namja itu menepuk pundak manusia di hadapannya itu.

“Agasshi..”, ujarnya sekali lagi. Namun rupanya tak ada respon.

Namja tadi kemudian membalikkan badan yeoja tersebut. Ia terkejut melihat yeoja di hadapannya dengan keadaan yang cukup mengkhawatirkan.

“Jinri-ah..”, ujar namja tadi. Entah itu sebuah nada kelegaan kerena telah menemukan orang yang sedari tadi dicarinya atau bisa juga itu merupakan nada kekhawatiran melihat keadaan Jinri yang tak sadarkan diri seperti itu.

Dengan menyentuh kulit Jinri. Namja itu tahu kalau Jinri demam. Yah.. tentu saja karena udara malam ini. dengan cepat namja itu menggendong Jinri dan membawanya segera ke rumah sakit dengan mobilnya.

To Be Continue..

Siapakah namja yang menolong Jinri?

Kim Jong In atau Lee Taemin kah?

Bagaimana dengan rencana Jinri untuk menggugurkan bayinya?

Tunggu di Chapter berikutnya^^!!

Preview Too Love Chap. 4

“Namja? Nugu?”

“Ne.. ne. Sekitar 20 menit lagi aku tiba di sana”

“kalau aku hanya membunuh bayiku saja, mungkin itu akan terdengar egois. Mungkin memang akan lebih baik jika aku juga ikut lenyap!”

“CHOI JINRI JANGAN MEMBUATKU MATI CEMAS!”

“Ia sedang tidak berusaha melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya bukan?”

“Hikss.. Eo.. eom.. ma.. hikss sekali lagi minta maaf! Jeongmal mianhe”

“Oppa.. bawa aku pergi dari sini. Aku.. aku tidak mau melihat wajahnya lagi!”,

 

Hehee.. previewnya tadi sebagai hadiah dari Riri. Walau cukup pendek, tapi selamat menebak-nebak kalo gitu …

Riri sebagai author bener-bener minta maaf, karena publishnya selalu lama. Itu karena Riri udah kelas 3 SMA, jadi waktu belajarnya mesti diperbanyak dan otomatis waktu buat FF.nya jadi berkurang. Jadi Riri mohon dimaklumi. Sekali lagi Jeongmal Mianhe.

Semoga reader nggak bosen untuk nunggu.

Terakhir… JANGAN JADI SILENT READERS YAH^^, APALAGI KALO JADI PLAGIATOR!! JANGAN LUPA RCL *dirajam readers karena kebanyakan bacot*

Gomapta^~^

 

 

 


8 thoughts on “[Freelance] Too Love #3

  1. ahh tambah penasaran sama ceritanya.. jd kepo deh.. thor, next chap nya kapan nih ? kagak sabaran .. wkwkwkwkw saya tunggu deh fighting

    Like

Leave a comment