[Freelance] Mistake #1


 Mistake 1 of 3

Author: SarangaWonPpa

Cast: Kim Ryeo-Wook, Sim Min Ah, Choi Siwon

Genre: Romance

Rating: NC+21

Length: Chapter

Annyeong Chingu! Readers! Yadongers! Atau apalah sebutannya… Q author baru d sini..

Nb:Sebelumnya ff ni udah pernah di post di http://koreannc.wordpress.com/2011/12/11/mistake-part-1/

Tidak menuntut comment, hanya berharap readers bisa menyukai ff ni… Happy Read!!^^ *bow

***

Min Ah’s POV

Aku baru saja keluar dari dalam kelas ketika mendapatkan sebuah pesan singkat di ponselku. Kubuka dan kulihat nama pengirimnya yang ternyata adalah satu-satunya murid les kesayanganku, Wooky a.k.a. Kim Ryeo Wook.

 

Aku, Sim Min Ah, memang masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Kebetulan teman Omma ku mempunyai seorang anak laki-laki yang masih kelas 3 SMP dan membutuhkan guru les. Berhubung otakku lumayan encer, aku mencoba memanfaatkannya dengan menjadi guru les. Sekarang sudah menginjak bulan ke lima aku menjadi guru les Wooky.

Noona, bisa tidak kalau les untuk besok diganti hari ini?’

 

Keningku bekerut membaca pesan Wooky. Mm… sebenarnya dalam seminggu jadwal les untuk Wooky hari Senin, Rabu dan Sabtu. Karena selain hari itu aku ada kerja sambilan di toko 24 jam. Di tambah dengan jam kerjaku yang sama dengan jam les Wooky.

 

Aku bingung sendiri memikirkan solusi yang bisa kutemukan. Aku harus membatalkan salah satunya. Aku sudah beberapa kali tidak datang ke kerja sambilan karena sibuk dengan ujian akhir semester bulan kemarin. Masa’ sekarang aku tidak masuk lagi. Tapi, di sisi lain aku juga merasa tidak enak dengan Wooky.

 

Anak didikku itu tidak pernah meminta sesuatu kalau memang ia tidak benar-benar harus memintanya. Contohnya pergantian hari ini.

 

Ponselku tiba-tiba berbunyi. Hah? Dari Ajuushi pemilik toko 24jam tempat kerja sambilanku. “Yoboseyo?”, aku mengangkatnya.

 

“Min Ah-ah, nanti kau tidak usah masuk kerja”, kata Ajuushi langsung membuatku terkejut.

 

Waeyo?”, tanyaku tidak mengerti.

 

“Selama tiga hari ke depan aku harus keluar kota. Karena itu hari ini aku memutuskan untuk menutup toko lebih cepat. Jadi kau libur mulai hari ini sampai tiga hari ke depan. Arasho?”, jelasnya.

 

Ne, Ajuushi”, jawabku sambil mengulum senyum.

 

“Ya sudah, aku cuma mau menyampaikan itu saja”, katanya mengakhiri.

 

Gamsahamida, Ajuushi”, kataku sebelum menutup telepon.

 

Senyumku langsung merekah. Tanpa berpikir dua kali, aku langsung membalas pesan Wooky.

 

‘Bisa, Wooky. Kalau begitu nanti Noona akan ke rumahmu di jam biasanya’.

 

Min Ah’s POV Ends

 

Author’s POV

 

____________________

@ After School

 

Chagiya…!!”, panggil seorang namja kepada seorang yeoja yang sedang berjalan keluar kelas. Yeoja itu menoleh dan tersenyum pada Namja itu.

 

“Si Won-ah”, Yeoja yang ternyata Min-Ah itu tersenyum melihat namjachingu-nya berlari ke arahnya. Si Won adalah teman seangkatannya sejak SMP. Sudah hampir dua tahun Min Ah menjalin hubungan dengan namja paling tampan di sekolahnya ini.

 

#flashback

 

Pertama kali perkenalan mereka ketika mereka menjadi teman sekelompok tugas akhir kelas 2 SMP. Awalnya Min Ah tidak mempunyai perasaan apa-apa pada Si Won. Padahal hampir semua wanita di sekolahnya waktu itu sangat memuja namja itu. Otaknya yang pintar di tambah dengan posisinya menjadi ketua osis selama masa SMP benar-benar menjadi nilai plus untuk Si Won.

 

Tidak ada yang pernah mengira bahwa namja paling tampan itu akan menyatakan perasaannya pada Min Ah. Dan yang paling mengagetkan Si Won menyatakannya tepat ketika hari kelulusan mereka. Si Won sebagai ketua osis sekaligus peringkat nomor satu dalam ujian memberikan pidato kelulusan sebagai perwakilan siswa. Dan betapa kagetnya ketika di tengah-tengah pidatonya Si Won berteriak menyatakan cintanya pada Min Ah. Min Ah bahkan masih mengingat setiap kata namja itu.

 

“Dan di kesempatan kali ini aku juga ingin mengatakan sesuatu kepada seorang yeoja yang selama ini telah mengisi hatiku. Menjadi penyemangatku untuk selalu menjadi nomor satu di sekolah. Semua yang kulakukan selama 3 tahun di SMP hanya untuk menarik perhatiannya. Dan di hari kelulusan ini akan menjadi puncak perjuanganku untuk menarik perhatiannya”, Si Won mengatakannya dengan terus menerus menatap Min Ah yang duduk di baris kelima dari depan. “SIM MIN AH!! SARANGHAE!! SARANGHANDA!! SARANGHAE!!”, ia meneriakannya berkali-kali  dengan wajah sangat merah dengan tangan di angkat ke atas dan di lengkungkan membentuk hati.

 

Melihat hal itu. Bagaimana perjuangannya untuk menyatakan perasaannya di depan semua orang. Tentu tidak ada alasan bagi Min Ah untuk menolaknya, maka ia berdiri dan langsung berjalan ke atas panggung. Ia menatapnya, dia balas menatapnya dengan wajah penuh harap. Ia bisa mendengar para tamu dan murid lainnya yang menahan nafas menunggu jawabannya.

 

Dengan mata berkaca-kaca ia berkata. “Nado Saranghae”, Si Won pun langsung menariknya ke dalam pelukannya diikuti suara gemuruh tepuk tangan. Seketika wajah Min Ah memerah menyadari banyaknya orang di sekeliling mereka. Setelah itu hampir selama tiga bulan lamanya di SMA insiden itu menjadi bahan omongan hampir seluruh murid. Apalagi mereka berdua memilih masuk ke SMA yang sama.

 

#flashback ends

 

“Kau sudah mau pulang?”, Tanya Si Won ketika sudah berdiri di hadapan Min Ah. “Seingatku hari ini kau kerja sambilan, kan?”, lanjutnya.

 

Min Ah menggeleng. “Ajuushi menutup tokonya karena ada urusan, makanya ia meliburkanku mulai hari ini sampai tiga hari ke depan”, jelasnya.

 

“Kalau begitu hari ini kau punya waktu untukku?”, Tanya Si Won terlihat bersemangat dengan matanya yang berbinar. Min Ah sampai seperti bisa melihat ekor yang bergoyang ke kanan kiri di belakang tubuh Si Won. Si Won mirip sekali dengan anjing yang baru mendapatkan mainan dari majikannya. Lucu.

 

Min Ah menggeleng lagi menjawabnya. “Wooky meminta hari lesnya di majukan jadi hari ini”, jelasnya lagi dengan memasang wajah menyesal.

 

Seketika wajah Si Won yang tadinya gembira menjadi cemberut. “Padahal aku ingin menghabiskan waktu bersamamu hari ini”, rengeknya.

 

Kadang Min Ah tidak habis pikir melihat namja di hadapannya ini. Tubuhnya yang bersar dan berbentuk membuat Si Won terlihat begitu jantan. Tapi justru di saat seperti ini ia benar-benar terlihat seperti anak kecil. Bagaimana mungkin wajah gantengnya bisa terlihat lucu seperti ini.

 

Mianhae…”, kata Min Ah sambil mengelus pipi Si Won. “Sebagai gantinya aku akan mengabulkan satu permintaanmu. Otte?”

 

Si Won memasang evil smirk-nya. “Gurae… Asal kau janji harus menepatinya. Yaksoke?”, ia mengajukan jari kelingkingnya.

 

Min Ah mengaitkan kelingkingnya mantap. “Yaksoke”.

 

Kureom…”

 

Tiba-tiba Si Won menarik tubuh Min Ah ke dalam pelukannya. “Si Won-ah, ini di dalam sekolah”, protes Min Ah. Tapi Si Won tidak menghiraukannya. Jantung Min Ah berdegup kencang ketika merasakan nafas Si Won di telinganya.

 

“Satu bulan lagi ulang tahunku. Aku ingin memilikimu seutuhnya di hari bahagiaku itu. Saranghae”, bisik Si Won tepat di telinganya.

 

Min Ah masih tercengang ketika tiba-tiba Si Won melepas pelukannya dan mencium bibirnya sekilas sebelum berbalik dan pergi meninggalkannya. Perasaannya begitu melambung tinggi memikirkan apa yang akan dilakukannya satu bulan lagi dengan Si Won. Namjachingu yang paling ia cintai.

__________________________________

@ Ryeo Wook’s House

 

Min Ah menekan bel dua kali. Seorang wanita paruh baya yang ia kenal sebagai Ajuuma yang mengurus Wooky dari kecil keluar membukakan pagar untuknya. Ia mengucapkan terima kasih dan langsung masuk ke dalam rumah Wooky yang sudah ia anggap seperti rumah sendiri.

 

Rumahnya terlihat sepi, karena memang biasanya kedua orang tua Wooky  pulang sekitar jam sepuluh malam. Min Ah sudah sangat hafal dengan letak tempat di rumah ini. Jadi, ia langsung berjalan menuju kamar Wooky. Ia mengetuk pintu kamar Wooky perlahan.

 

Noona, wasseoyo?”, terdengar suara Wooky dari dalam kamar diikuti suara kunci di buka.

 

Ne…”, jawab Min Ah.

 

Author’s POV ends

 

Ryeo Wook’s POV

 

TOK!TOK!TOK!

 

Nuna, wasseoyo?”, Aku bertanya sambil membuka kunci pintu kamarku.

 

Ne…”, terdengar Noona menjawab.

 

Beberapa detik kemudian kami sudah duduk bersila di atas karpet di kamarku. Noona duduk di hadapanku terhalang meja bundar berukuran kecil yang memang biasanya kami pakai ketika les.

 

“Jadi, apa yang ingin kau pelajari hari ini?”, Tanya Noona memulai.

 

“Mm… Matematika?”

 

Mwo? Kemarin kan kita baru belajar matematika. Dashi saenggakhaebwa(coba pikirkan lagi)”, suruhnya.

 

Akhirnya aku memutuskan untuk belajar Fisika. Memang Noona hanya mengajariku di bidang IPA saja. Noona menjelaskan salah satu bab yang sedang aku pelajari. Setelah aku mengerti ia memberiku beberapa latihan soal.

 

Sebenarnya aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi sejak awal les di mulai. Mataku lebih tertarik dengan baju yang di kenakan Noona dari pada rumus-rumus membosankan yang di jelaskan Noona.

 

Nuna mengenakan sweater leher rendah yang otomatis memperlihatkan belahan payudaranya yang montok di baliknya. Terutama ketika Noona bergerak-gerak sehingga kedua gunungan itu juga ikut bergoyang. Tanpa kusadari celanaku pun mulai terasa sesak. #>,<#

 

Aku masih mencuri-curi pandang ketika tiba-tiba Noona menatapku seduktif(?). Nuna bersedekap di atas meja dengan posisi payudaranya tepat di atas lipatan tangannya. Sehingga payudaranya semakin terlihat menantang. Aku hanya bisa menelan ludah melihatnya. Noona menggeser duduknya ke sebelahku. Konsentrasiku semakin buyar. Keringat dingin mulai membasahi kening dan pelipisku.

 

Apa mungkin Nuna tahu aku memperhatikannya? Apa ia sengaja begerak-gerak seperti itu? Tapi, untuk apa? Ah, mungkin saja Noona juga merasa horny ketika melihat milikku menonjol. Tunggu dulu… apa memang Noona melihatnya dan sengaja menggodaku?? Ah… Aku malu sekali…

 

Aku baru akan permisi ke kamar mandi ketika tiba-tiba Noona menjatuhkan sebuah buku ke bawah meja. Dengan gerakan refleks Noona dan aku mengambilnya. Aku bisa melihat Noona membelalakkan matanya terkejut melihat gundukan di selangkanganku.

 

Kurasakan wajahku memerah. “Ah ani…”, elakku. Aku bangkit berdiri. Tapi, Noona menarik tanganku sehingga aku kembali duduk.

 

Aku terkejut ketika Noona mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Aku menahan tangannya. “Jangan, Noona”, larangku.

 

Wae?”, ia tidak peduli dan tangannya melepaskan genggamanku. Dengan lancar ia menyentuh gundukan di selangkanganku. Aku sedikit tersentak. Noona mengelusnya perlahan. Nafasku semakin memburu.

 

Aku membiarkan Noona membuka resleting celanaku. Ia menarik celanaku bersama dengan celana dalamku. Wooky Junior pun langsung menyembul keluar. Aku melihatnya sedikit terkejut melihat ukuran juniorku yang besar. Juniorku benar-benar terlihat gagah mengacung tegak seperti tiang. “Noona jangan aku Ah… ”, Noona menyentuh kepala juniorku yang berwarna kemerahan. Ia mengelusnya sambil sesekali menekannya dengan gerakan memijit. Aku tidak tahan dan mendesah tertahan. “Mmmhhh…”

 

Tangannya semakin kuat menekan sampai akhirnya ia menggenggam juniorku lalu mengocoknya perlahan.

 

“Astaga Ah… Noona …” Aku mendesah. “Ah… Mmm…. Ya… Ah…”

 

Perlahan gerakan tangannya semakin cepat. Desahanku semakin keras. Aku benar-benar dibuat melayang. Ini pertama kalinya aku merasakan perasaan nikmat yang amat sangat. Aku tidak bisa menggambarkannya.

 

“Achh… Noona … Mm… Ah..Ah… Ya ampun… Uh…huuuhh… hhh…”

 

Ia mendekatkan kepalanya ke juniorku. Ia mulai menjilatinya. Dari kepala juniorku hingga ke pangkalnya. Kedua tangannya tidak tinggal diam, terus mengelus-elus twinsball-ku.

 

“Ah… Noona … Te…Ah…russ… E… ahhh… nak…”, aku mulai meracau.

 

Kulumannya semakin dalam. Ia mulai menggerak-gerakkan kepalanya maju mundur sambil sekali-kali menghisapnya kuat-kuat. Aku semakin menggelinjang nikmat. Desahanku semakin keras. Aku juga mulai menggerakkan pinggulku membuat Noona hampir tersedak ketika juniorku menyentuh tenggorokannya.

 

Setelah lima belas menit, akhirnya aku merasakan juniorku berkedut-kedut. Seakan-akan juniorku akan meledak mengeluarkan sesuatu.

 

“Ah…ah… Noona … aku…aku…”, desahku yang kemudian menyemprotkan cairan berwarna putih kental ke dalam mulut Noona.

 

Badanku menegang dan terus menerus bergetar hebat. Mungkin setelah sekitar lima tembakan, kurasakan badanku berangsur-angsur melemas. Kulihat Noona menelan semua cairan itu. Ia membersihkan juniorku sampai bersih. Aku hanya bisa diam melihatnya sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasmeku yang pertama kalinya.

 

Perlahan aku mengulurkan tanganku meraih tengkuk Noona dan menariknya ke wajahku. Kucium lembut bibirnya perlahan sebelum akhirnya berubah ganas. Noona membalas ciumanku sama ganasnya ketika aku memasukkan lidahku ke dalam mulutnya yang terbuka pasrah. Lidahku terus menari-nari di dalam mulutnya ketika ku dengar desahan  sexynya.

 

Ciumanku turun ke lehernya untuk memberikannya waktu mengambil nafas. Nafas kami sama-sama memburu. Kepalaku sendiri terasa pening mencium aroma tubuh Noona yang menggairahkan. “Noona …”, desahku di telinganya.

 

Seperti tersadar, Noona tiba-tiba menarik kepalanya. Wajahnya pucat pasi. Nafasnya masih memburu sama sepertiku. Aku membetulkan kembali celanaku sambil mencoba mengatur nafas. Aku menatap Noona yang terdiam di hadapanku.

 

“Salah…”, aku mendengarnya mulai bergumam. “Ini tidak benar… ini tidak benar…”, katanya berulang kali sambil menggelengkan kepalanya.

 

Noona …”

 

“Aku sudah mempunyai namjachingu. Apa yang telah kulakukan?! Aku mengkhianatinya”, katanya tanpa memperdulikanku. Tiba-tiba ia menoleh, menatapku dengan pandangan memohon. Matanya berkaca-kaca. “Ini tidak pernah terjadi Wooky. Tidak pernah. Arassho?!”, katanya yang menurutku terlihat seperti meyakinkan dirinya sendiri.

 

Tapi, aku sudah terlanjur menyukai dirinya sejak pertama kali bertemu dengan Noona. Mana mungkin aku dengan mudahnya melupakan kejadian yang menurutku adalah mimpi terindah yang  pernah terjadi dalam hidupku.

 

Aku belum menjawab apapun ketika tiba-tiba Noona berdiri. Aku ikut berdiri dan menarik tangannya tepat sebelum ia menyentuh gagang pintu hingga menghadapku. Noona hanya menatapku. Tanganku kuletakkan di bahunya.

 

Noona …”, kataku pelan. “Kalau yang Noona minta dariku adalah untuk melupakan kejadian barusan. Aku tidak bisa mengabulkannya”, kulihat Noona menggigit bibir bawahnya. “Tapi, kalau Noona benar-benar ingin aku melupakannya. Nuna juga harus mengabulkan satu permintaanku”, kataku pelan. Ku dongakkan kepalanya. Kupaksa untuk menatap mataku. Matanya terlihat penuh kebingungan. Bergerak-gerak ketakutan.

 

“Sebentar lagi akan ada tes akhir semester di sekolahku. Tepat satu bulan lagi hasilnya akan diumumkan. Dan kalau aku mendapatkan nilai seratus dalam semua mata pelajaran. Aku ingin…”, aku melihat Noona menahan nafasnya “…Noona mengijinkanku menyentuh Noona. Aku ingin ‘memelukmu’ Noona”.

 

-TBC-


13 thoughts on “[Freelance] Mistake #1

  1. ampuuuuuun..
    itu wookie masih kecil udah yadong..
    sma anak sma pula..
    tapi bagus thor dtunggu lanjutannya*ketauan yadong*

    Like

  2. ampun deh wookie >.< kenpa jadi yadong ya ???
    gg cocok untuk wookie thor tapi teap bagus kok ditunggu ya
    *hahahaha jadi ketularan yadong kyk hyukie oppa

    Like

  3. aigooo dari kemaren apa aku kesurupan yadongnya eunhyuk oppa yahh..
    bacanya ff nc melulu
    hahaha
    tp ff nya bagus thor… meski sebenernya aku ga rela kalo siwon ikut dlm ff nc ini
    lol

    ryeowook oppa kau terrtular yadong nya eunhyuk oppa
    ga cocok.. tapi tetep bagus
    lol

    Like

  4. wah wooky oppa jauhi eunhyuk oppa sebelum kau terkena virus yadongnya# PLAAKK dipukul eunhyuk.@abaikan gak nyambung.
    wooky oppa jangan begitu, kau lebih cocok jadi namja baik-baik bukan yadongest kaya eunhyuk oppa#PLAAKK
    eunhyuk: kenapa aku harus dibawa, padahal aku gak main di ff ini
    me:mian oppa.(nangis sesenggukan) jangan marah lagi ya..

    Like

Leave a comment