Starduster Before Story


Starduster BS

Huah~ mo Ohisashiburi desune minna-san genki?

ahahah mianhae saya pake Jepang, udah lama engga ketemu semua, gimana kabarnya? baik? mian jarang post disana-sini, lagi sibuk siap-siap UN //hiksu

Hoho menepati janji *walau telat* buat Trilogy dari “Starduster” dan ini Trilogy pertamanya “Starduster Before Story”

Yo dibaca saja monggo, silahkan, dozo yoroshiku onegaishimasu~

Author  : Viqi Ramdhan Naru.

 

Title       : Starduster Before Story.

Cast       :

 

– Seo Joo Hyun (SNSD)

– Cho Kyuhyun (Super Junior)

Story     : Oneshoot.

Genre   : Sad, Romance.

 

Sinopsis : Pertemuan Terinspirasi dari lagu Hatsune Miku (Vocaloid) Starduster. Lagu ini menceritakan seorang wanita yang takut jikalau laki-laki yang disayangi dan dicintai pergi, tapi dia ingin si laki-laki tetap disisnya sampai dia berububah menjadi serpihan bintang yang bertabur di angkasa….Starduster…..~

==|==|==

Present

Story Line Belong to Kuro

Title Belong to ShiroCatPaw.

==|==|==

Starduster [Before Story]

==|==|==

Kyuhyun Pov’s

 

Saat aku kecil, aku mendapat sebuah mimpi. Seorang gadis dengan pakaian serba putih muncul dihadapanku. Lalu, dia menunjukkan padaku bagaimana caranya membuat sebuah bintang dari kertas.

Dia memberitahuku jika aku membuat 1000 bintang dari kertas dan menaruhnya satu persatu seiring aku merasakan kesepian dan sakit hati, maka keinginan terbesarku akan terkabul.

Aku tidak pernah percaya pada sebuah permintaan, tapi sejak itu aku menyukai membuat sebuah bintang dari kertas. Aku putuskan setiap aku merasa kesepian, sedih dan sakit hati, aku akan membuat bintang dari kertas dan ku masukan kedalam toples.

Aku tidak tau itu akan membantu, tapi semenjak pertama aku mencobanya entah kenapa, seiring dengan satu persatu bintang aku buat, seiring juga rasa kesepian, sedih dan sait hatiku sirna.

Sejak SD saat teman-teman sekelasku bercanda gurau saat makan siang, dan aku hanya sendiri. Aku membuat bintang dan ku masukan kedalam toples. Saat SMP, saat pelajaran berlangsung, saat aku merasa bosan. Aku membuat bintang dan ku masukan kedalam toples.

Saat SMA, saat tidak ada yang mau berbicara padaku, saat semua orang mengacuhkanku. Aku membuat bintang dan kumasukan ke dalam toples. Setiap hari setiap waktu, setiap aku merasakan kesepian, sakit hati dan sedih aku selalu membuat bintang.

Suatu malam, di malam ulang tahunku yang ke-17, disaat aku sendiri dikamarku. Aku berhasil membuat 1000 bintang kertas. Aku berlari ke arah balkon, menatap toples yang penuh dengan bintang kertas dengan senyum, dan lalu memeluknya sambil menangis.

Aku menangis begitu keras, aku tidak merasa itu bukan aku, semua perasaan kesepian, sakit hati dan sedih serasa tertumpah pada satu tangisan keras di malam hari. Aku lihat satu bintang bersinar begitu terang dilangit.

Tak kusangka, dari toples berisi 1000 bintang keluar sebuah cahaya yang sangat menyilaukan. Seorang gadis dengan pakaian serba putih berdiri di depanku dengan senyum sambil berkata….

“Hai….”

Ia tersenyum begitu manis, sementara aku hanya terdiam melihatnya “Aku datang untuk mengabulkan permintaanmu.” Ia menunjukan sebuah bintang berwarna biru ditangannya.

“Ikut denganku, dan kau bisa meninggalkan hidup yang membuatmu tidak bahagia. Keinginanmu yang ingin hidup dimana kau tidak sendiri lagi, atau tidak dilihat oleh orang lain, benarkan?”

Aku terdiam mendengar kata-katanya, memang benar aku tidak senang seperti ini, sendiri dan tidak dilihat orang lain itu sangat menyakitkan. Tapi…..

“Masuklah….”

Aku menyuruh gadis itu masuk kedalam kamarku, awalnya dia kaget dengan apa yang aku lakukan. Tapi, kemudian dia dengan senang hati ikut kedalam dan duduk bersamaku.

“Aku tidak ingin lari dari masalahku, dan aku tidak butuh seorang malaikat berbaju putih untuk menyelamatkanku, yang aku butuhkan hanya seorang….Teman. Teman yang mau mendengarkanku, teman yang mau tertawa bersamaku dan teman yang mau menyemangatiku.”

Aku lihat gadis itu sedikit kaget dengan ucapanku, namun kemudian ia tersenyum kearahku, “Kalau itu keinginanmu, akan ku kabulkan, tutup matamu.” Aku melakukan apa yang ia katakan.

“Tapi bagaimana jika temanmu itu tidak sempurna? Apa kau masih mau menerimanya sebagai teman?” tanya gadis itu.

“Tentu saja. Teman bukan soal fisik, tapi menyangkut dengan perasaan dan hati.” Jawabku dengan mata yang masih tertutup.

“Emh….kalau begitu bukalah matamu, keinginanmu sudah terkabul.”

~ Next Morning~

 

Ku buka perlahan mataku, aku bangun dari “Tidur? Jadi itu hanya mimpi.” Yah bertemu dengan gadis berbaju serba putih itu ternyata hanya mimpi, ku lirik jam yang ada di meja disamping ranjangku, “Bahaya! Aku terlambat.”

Dengan sekejap aku berlari ke kamar mandi, setelah bersih dalam waktu sepersekian detik aku sudah memakai seragam sekolahku. Lari meneruni tangga menuju ruang makan, membuat kedua orang tuaku menatap heran.

Aku yang sudah hampir terlambat sesegera mungkin menghabiskan sarapanku “Aku berangkat.” Ujarku sambil berlari keluar rumah, berlari menuju sekolah yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah.

[ Shcool, Seoul High School ]

Aku menghembuskan nafas lega saat berhasil duduk dibangku kelasku tepat pada waktunya. Singkat cerita sonsengnim masuk kedalam kelas dan mengumumkan bahwa salah satu teman sekelasku bernama Sulli tidak masuk, karena kecelakaan dan sekarang di rawat dirumah sakit.

Semua teman sekelas membicarakan akan menjenguk Sulli saat pulang sekolah, namun hanya perwakilan saja. Aku yang selalu sendiri, tidak memperdulikan hal tersebut, namun nyatanya malah aku yang harus ke sana bersama ketua kelas dan wakil ketua kelas.

Katanya ‘Kyuhyun lah yang paling tidak sibuk.’ Cih, aku sibuk. Tapi aku juga ingin mengetahui keadaan Sulli, lagi pula dia pernah satu SMP denganku jadi aku sedikit dekat dengannya.

Setelah masalah siapa yang akan menjenguk selesai, sonsengnim memulai palarajan. Tidak ada hal menarik seperti hari-hari kemarin, setiap hari sama saja, dimanapun aku merasa bosan dan kesepian.

“Jika saja malaikat berbaju putih membawaku….dan menjadi temanku.”

Tak sadar aku bergumam, menyadari fantasiku yang sudah terbang terlalu jauh aku mencoba mengendalikan pikiranku dan berkonsentrasi kearah pelajaran yang sedang sonsengnim terangkat didepan kelas.

[ Skip Story, After School ]

Waktunya pulangpun datang, aku berjalan dibelakang ketua kelas dan wakil ketua kelas, sementara mereka berdua berbincang seru didepanku. Mata ini tak henti-hentinya menyuguhkan pemandangan jalan dimusim semi.

Daun yang kecoklatan, yang kadang terbang tertiup angin musim semi yang dingin. Terkadang daun-daun yang mengering itu menutupi jalan, selama diperjalanan menuju rumah sakit, aku yang sedikit bosan tak henti menendang pelan gundukan daun yang gugur.

“Coklat berganti putih.”

Bergumam kembali, tapi sepertinya itu benar. Sebentar lagi musim dingin akan datang, yang menjadi pertanyaanku saat ini hanyalah satu hal, akankah dihari natal tahun ini akan ku rayakan sendirian lagi? seperti natal-natal tahun lalu.

Kukira yang tau jawabannya hanyalah Tuhan dan diriku sendiri.

Tak lama kami bertiga berjalan, sampailah didepan rumah sakit Seoul. Rumah sakit terbesar di Seoul, kami bertigapun masuk ke rumah sakit itu, wakil ketua kelas sudah menyiapkan bunga dan buah-buahan untuk Sulli, sementara aku harus menyampaikan pesan dari semua murid dikelasku.

Ketua kelas menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan ruang rawat Sulli, setelah mendapat informasinya kami menaiki lift. Dilantai 5 yah, katanya kamar Sulli ada di lantai 5 nomor 205.

Tapi syukurlah ujar perawat keadaan Sulli sudah sedikit membaik dan bisa dijenguk, dia sudah berhasil melewati masa kritisnya. Dan inilah kami didepan kamar nomor 205, kami bertiga pun masuk dan disapa dengan senyum hangat dari eomma Sulli.

“Teman-temanmu, Sulli?” tanya eomma Sulli dan Sulli hanya megangguk.

“Sulli, kau baik-baik saja?” tanya ketua kelas dibarengi dengan penyerahan bunga dan bingkisan buah, lalu aku yang dengan cepat menyampaikan semua pesan dari murid-murid kelas kami.

Waktu berjalan begitu cepat, saat Sulli, ketua kelas dan wakil ketua kelas berbincang, hari sudah semakin sore. Aku memutuskan untuk pulang duluan, setelah pamit kepada Sulli dan semua yang ada disana.

Menaikki lift kelantai dasar, saat aku berjalan menuju gerbang rumah sakit, aku lihat ada dua anak kecil pasien rumah sakit ini, yang sedang bermain lempar-tangkap bola bassball. Aku putuskan untuk sejenak menonton mereka.

‘Emh….sepertinya enak memiliki teman yang bisa diajak bermain bersama.’ Batinku.

Tak kukira anak itu melampar bola tepat kearahku, aku tangkap bola itu. “Ah, kakak mianhae. Bisa lempar bola itu.” Ujar anak tersebut.

Aku tersenyum kearah anak itu, “Baiklah. Tangkap.” Ujarku sambil melemparnya, namun aku lupa memperhitungkan kekuatan lemparanku, dan alhasil bola itu malah melambung jauh dan sialnya memecahkan salah satu jendela kamar dirumah sakit itu.

Aku berlari kearah dua anak itu, “Tenang, kakak yang akan bertagung jawab. Kalian tunggu disini, aku akan mengambil bola itu. Ne.” Ujarku sambil mengelus pucuk kepala kedua anak laki-laki itu.

Aku hitung ternyata kamar yang jendelanya pecah itu ada dilantai 5. Apa mungkin itu kamar Sulli? Tidak mungkin. Untuk memastikan aku kembali ke lantai 5 rumah sakit Seoul dan mengecek satu-satu kamar pasien.

Dan dari hasil pengecekkanku bukan kamar Sulli yang kena, namun kamar 205, kamar sebelah kamar rawat Sulli. Seorang yeoja paruh baya tersenyum kearahku, dia pasti keluarga dari seseorang yang dirawat dikamar itu.

Aku mendekatinya dan membungkuk sedalam-dalamnya, “Mianhae, aku benar-benar menyesal. Aku tidak sengaja melempar bola baseball itu, tapi tenang saja aku yang akan bertanggung jawab.” Ujarku sambil membungkuk sempurna.

“Ah, tidak apa. Emh, mungkin bukan padaku harus meminta maaf tapi minta maaflah kepada anakku.” Ujar yeoja paruh baya itu, ah jadi anaknya dirawat disini. Dan pasti karena kaca jendelanya pecah dia sedikit kaget.

Aku masuk kedalam ruang rawat itu, pertama yang kulihat adalah ruang rawat yang putih bersih dengan sentuhan soft pink, dan juga beberapa boneka kodok karakter keroro diatas meja.

Dan itulah pertama kali aku melihat gadis itu, gadis berambut indigo panjang dengan mata coklat yang indah, serta kulit putih bersih dan pipi yang chubby. Aku terdiam saat pertama kali melihat gadis itu.

“Seohyun, ada yang ingin bertemu denganmu.” Ujar yeoja parauh baya itu.

“Ah…emh…eto…mianhae, sudah membuat kaca jendela kamarmu pecah, mianhae sudah membuatmu kaget.” Ujarku sambil membungkuk didepan gadis bernama Seohyun itu.

“Emh, tidak apa-apa. Seohyun, Seo Joo Hyun imnida.” Ujar gadis itu, dia memperkenalkan dirinya, dengan senyum yang ia pasang dibibir mungilnya. Aku masih bisa melihat bola baseball yang tadi aku lempar, kini ada digengamannya.

“Ah. Kyuhyun, Cho Kyuhyun imnida.” Balasku.

“Kyuhyun….ne. Ini bola baseballnya.” Ia memberikan bola itu. Sementara aku mengambilnya dengan wajah yang melongo, sangat bodoh.

“Ara, ara. Kalian memiliki nama belakang yang sama, Hyun.” Ujar eomma Seohyun yang berhasil membuatku kaget dan pasti ada serubat merah dipipiku, ah aku malu. Ku mohon hentikan.

“Iya juga, Kyuhyu, Seohyun. Pasti ini takdir.”

Dia tersenyum, aku sudah tidak bisa menerimanya lagi, aku rasakan pandanganku kabur dan hanya terdengar suara benda jatuh, lalu aku tidak ingat apapun. Beberapa menit kemudian aku terbangun, yah beginilah aku. Aku selalu kehilangan kendali dan malu sampai-sampai pingsan jika didekat seorang gadis.

Aku terbangun disofa ruang rawat Seohyun, Aku masih bisa melihat Seohyun duduk diatas ranjangnya, menatap dengan senyum indah yang terukir dibibirnya. Ia menatap kearah sunset yang terlihat dari jendela kamar rawatnya.

Eomma Seohyun sedang keluar mencari makanan untuk Seohyun, dan seperti bertanggung jawab aku memutuskan untuk tinggal sejenak sampai eomma Seohyun kembali, agar bisa menjaga Seohyun.

“Kyuhyun….ne. Apa yang kau harapkan dari dunia ini?”

Tiba-tiba saja suara dari Seohyun yang mengajukan pertanyaan membuatku terdiam, memang benar. Apa yang aku harapkan dari dunia ini? Dunia yang selalu membuatku sakit hati dan kesepian.

“Tidak ada yang aku harapkan, mengharapkan sesuatu dari dunia ini hanya akan membuat hati lebih sakit dari sebelumnya.” Jawabku, hening kemudian, Seohyun masih memasang senyum indah sambil menatap sunset.

Beberapa detik kemudian Seohyun memandang kearahku masih dengan senyumnya, “Kalau begitu, boleh aku berharap padamu?” kembali, seperti ada satu peluru yang langsung menancap dihati, Seohyun kembali membuatku terdiam.

“Berharap? Berharap apa?” tanyaku dengan nada yang sedikit gagu.

“Aku ingin berharap padamu, semenjak kita pertama bertemu yaitu hari ini, entah kenapa suatu hari nanti Kyuhyunlan yang akan menjadi laki-laki yang paling berharga dalam hidupku, seperti kesatria berbaju putih yang bertemu dengan malaikat berbaju putih.”

‘Malaikat? Mungkinkah…..’ aku membatin.

Aku terdiam menatap Seohyun, dibelakangnya matarahi sudah bersembunyi dibalik horizon. Lampu-lampu dari gedung-gedung menghiasi malam diSeoul. Langit yang tadinya berwarna keemasan berubah gelap dihiasi bintang.

Aku terdiam, “Tapi bagaimana jika aku mengecewakanmu?” tanyaku.

Dia mengelengkan kepalanya, “Aku yakin Kyuhyun tidak akan mengecewakanku.” Senyum itu.

 ~To Be Continued~

 

Next : Starduster and Thousand Stars.


11 thoughts on “Starduster Before Story

  1. Wah, sudah berapa lama ya semenjak pertama kalinya saya baca starduster? Trims krn sudah menyempatkan waktu utk membuat kelanjutannya. Krn saya suka alur ceritanya yg simpel dan cenderung mengikuti tahapan, ga dipaksakan.

    Semangat utk kelanjutannya! Arigato gozaimasu~

    Like

  2. Mereka saling memimpikan satu sama lain y???
    Kayaknya niruin yg srbu bintang seru jg kali y..tp aku sih tiap sedih nulis quote d secarik kertas,terus d kumpulin d amplop besar #eh,kok jd curhat.

    Lanjutannya d tunggu y?gomawo

    Like

Leave a reply to Alfha Cancel reply