Love Sick : Don’t We Look Good Together?


page2

Title             : Love Sick (Don’t We Look Good Together?)

Author        : Cocoa

Casts           : Yoona – SNSD

Kris – EXO

Genre         : Sad Romance

Length        : Oneshoot

Author’s note : This story was originally played by Jun.K 2PM & Jessica SNSD. Kindly check my blog for read the original version.

 “YA! Yeogiseo mwohanengoya?!?!” (Hey! Apa yang kau lakukan disini?)

Buk! Buk! Buk!

“Yoona-ah, geuman-“ (Yoona, hentik-)

Byuntae! Micheosseo, eoh? Nappeun saram!!!” (Mesum! Sudah gila ya? Penjahat!)

Buk! Buk!

Chakkam-“ (Tungg-)

Beraninya masuk ke rumahku! Memangnya siapa dirimu?”

“Kau yang menyuruh-“

Micheo! Micheo! Mi-“ (Gila! Gila! Gi-)

“-ku”

-eoh? Chegayo?” (-hah? Aku?)

Bantal itu untuk beberapa saat melayang di udara dalam genggaman Yoona, yeoja yang sedari tadi histeris dan menghempas bantal itu tanpa ampun.

Objek pukulan bantal itu hanya mendengus kesal sambil memijat pelan sisi bahunya yang tadi diserang secara tiba-tiba. Memandang jengkel kearah Yoona, orang itu berujar,”Umurmu benar-benar 24? Kenapa sudah pelupa dan pikun sih?”

Yoona menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu meringis. “M-mian.” (Maaf)

“Tadi kau bilang apa padaku? Byuntae? Nappeun saram? Siapa yang harusnya bilang begitu?” protes orang itu lalu merebut bantal itu dari tangan Yoona

“Aku kan sudah bilang maaf.”

“Permohonan maaf tidak diterima.”

“Kris!”

Alih-alih merespon pekikan yeoja dalam setelan piyama itu, Kris beranjak dari sofa tempat ia sempat tertidur itu lalu berjalan menuju kulkas. Beruntung, ada jus botolan yang tersisa.

Sambil meneguk jus itu, Kris melirik Yoona yang tak bergeming dari posisinya tadi. Dalam setelan piyama gambar Thomas and Friends yang terlihat kekanak-kanakkan sekali itu lengkap dengan rambutnya yang dijepit sekenanya, Yoona tampak seperti adik Kris daripada status sebenarnya yaitu, seorang sahabat sebaya.

Kris mengeluh dalam hati. Kenapa yeoja ini masih bertingkah seperti anak kecil begini di usianya yang sudah 23 tahun?

“Kenapa melirikku begitu?” tuduh Yoona.

“Siapa yang melirikmu?” elak Kris.

“Kau!”

Kris hanya mengedikkan bahu membuat Yoona geram. Luntur sudah niat baiknya untuk minta maaf sekali lagi pada pria itu atas tindakannya barusan. Meskipun ia tahu bahwa ia jelas-jelas salah memukuli pria itu dengan bantal saat pria itu sedang terlelap, sikap menjengkelkan pria itu memang tiada bandingannya. Dia heran dengan wanita-wanita yang berebut kesempatan kencan dengan pria itu. Heran sekaligus penasaran. Penasaran dengan apa yang dilihat oleh wanita-wanita itu di diri pria ini sampai rela pasang “harga rendah” demi melewatkan beberapa jam berdua saja dengan pria ini? Benar-benar membingungkan.

“Sudah sana kembali ke kamarmu. Sampai kapan mau memandangiku begitu? Aku masih mengantuk. Jadi..hush…hush…pergi sana.” usir Kris terang-terangan.

“Siapa yang memandangimu?”

“Kau.” Kris merespon datar. Menirukan perkataan Yoona dengan intonasi datar yang terdengar menyebalkan.

“Ini kan rumahku. Harusnya aku yang mengusirmu!” omel Yoona tidak terima.

Kris menggelengkan kepalanya dengan gaya yang dibuat-buat. “Kau kan sudah mengizinkanku menginap disini. Jadi kau tidak berhak mengusirku apalagi aku kan sahabatmu yang paling tampan sejagad raya. Manislah sedikit…dear…”

Huek! Yoona berlagak ingin muntah mendengar Kris memanggilnya “dear”. Kris hanya terkekeh seakan ia adalah seorang komedian yang berhasil menghibur penonton.

“Perdebatan dihentikan dulu ya? Aku benar-benar lelah. Besok aku harus masuk kerja. Kau juga. Jadi sebaiknya kita tidur saja.” tawar Kris lagi yang kini sudah ancang-ancang merebahkan badan lagi di sofa tadi.

Yoona hanya mendengus kesal lalu berbalik masuk ke kamarnya.

Hanya malam ini saja, sayang.

***

“Apa Yuri tidak marah kalau dia tahu kau menginap disini semalam?”

Pertanyaan pertama Yoona pagi ini pada Kris dan sukses membuat Kris kehilangan selera melahap roti selai kacang buatan Yoona untuk sarapannya. Bercampur rasa gondok, Kris hanya merespon dengan bibirnya yang mengerucut.

“Jangan sok imut. Jawab pertanyaanku, Kris.” desak Yoona.

“Jangan sampai dia tahu.” balas Kris datar.

Yoona melirik Kris sekilas sambil terus mengoleskan plain butter pada roti panggangnya. “Nanti aku benar-benar disangka selingkuhanmu, bagaimana? Karirku di Deltaress bisa berakhir.”

Kris mencibir. “Mana mungkin aku selingkuh denganmu? Seleraku kan tinggi.”

“Heeeeeeh!!!” Yoona mencubit lengan Kris geram disambut pekikan Kris. “Pagi-pagi sudah bikin kesal orang. Teman macam apa kau ini?”

“Harusnya aku yang tanya begitu padamu. Teman macam apa kau ini? Pagi-pagi sudah menanyakan hal sensitif begitu?” sungut Kris tak mau kalah.

Meskipun tak begitu tampak, Yoona sejenak terhenyak mendengar perkataan Kris. Hal sensitif. Ah ya benar. Apalagi kalau bukan Yuri? Kris memang selalu tampak kesal tiap kali Yoona menyebut-nyebut nama wanita yang dijodohkan dengan Kris itu. Sudah jadi rahasia umum, bahwa Kris tidak menyukai perjodohan itu apalagi oknum yang dijodohkan dengan dirinya itu. Tiap kali ditanya, Kris hanya berkata bahwa Yuri bukan tipenya. Tapi Yoona sendiri dalam hati yakin sepenuhnya bahwa ada alasan yang lebih kuat hingga Kris memilih membenci Yuri.

Yuri sendiri bukanlah wanita dengan latar belakang pas-pasan. Meski usianya masih muda, Yuri adalah sosok yang sepadan dengan Kris. Cantik, menawan dan karirnya sebagai desainer pakaian juga cukup sukses. Ayahnya adalah pengusaha yang cukup berpengaruh di Korea sementara ibunya adalah aktris senior yang kini lebih sibuk mengurusi perusahaan manajemen artis kepunyaannya sendiri.

Jika dibandingkan dengan Yoona, seperti atap dan lantai rumah barangkali. Hatinya berjengit nyeri kalau analogi itu diganti dengan langit dan bumi. Baginya meskipun levelnya di bawah Yuri, jaraknya tidak sejauh itulah, pikirnya. Wajahnya lumayan cantik meski terlihat seperti anak SMA di usianya yang sudah 23 tahun. Sudah dua tahun menjadi jurnalis sebuah majalah bisnis dan sedang dalam usaha menerbitkan tulisan fiksinya setelah ditolak berkali-kali oleh beberapa penerbit. Orang tuanya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan pesawat. Sementara itu, dia belum pernah kekasih sejauh ini. Sedikit pathetic.

Kepala Yoona menggeleng-geleng lalu memejamkan matanya kuat-kuat membuat Kris menoleh kearahnya. Kenapa wanita ini?

“Kau kenapa?”

Yoona tersadar dari lamunannya tadi. “Tidak apa-apa.”

Kris tak berusaha bertanya lagi dan kembali mengunyah rotinya. Sementara Yoona dalam hati mengeluh, kenapa dia jadi membandingkan dirinya dengan Yuri? Memangnya dia akan jadi kekasih Kris apa? Gila.

“Mau berangkat bersama?” ajak Kris. Rotinya sudah habis dilahap.

Mata Yoona memandang roti di tangannya dan Kris bergantian.

“Makan di mobil saja. Ayo aku antar ke kantor.”

“Tapi kan kantormu dan kantorku tidak searah?”

“Tapi kantormu dan rumahku searah. Meskipun aku sudah mandi disini, mana mungkin aku ke kantor dengan baju yang sama dengan yang ku pakai kemarin? Mau ikut atau tidak?”

Yoona buru-buru mengangguk setuju. Lumayan dapat tebengan ke kantor daripada ia harus menunggu bis dulu. Toh, kantornya dan rumah Kris memang searah.

Dengan cepat, Yoona meraih sling bag dan berkas-berkas lalu berjalan mengekori Kris yang sudah duluan keluar rumah.

“Siang nanti menurutmu sebaiknya aku makan apa ya?” tanya Kris sambil berjalan menuju mobilnya yang terparkir agak jauh dari rumah Yoona karena tidak dapat tempat kemarin sore.

“Sebaiknya…kau….mentraktirku! Hahaha…”

Kris mengerucutkan bibirnya mencibir Yoona.

“Ayolaaaaaah…kau kan sudah lama tidak mentraktirku. Pelit sekali sih pak pengacara satu ini.” cibir Yoona.

“Kau sendiri juga sudah lama tidak mentraktirku.” tolak Kris.

“Loh kau kan sudah ku perbolehkan menginap di tempatku, harusnya kau memberikan tanda terima kasih padaku.”

“Memangnya mengantarmu ke kantor sekarang bukan bentuk tanda terima kasih?”

“Ya jelas bukan. Kau kan mengantarku karena searah dengan rumahmu.”

“Ya, ya, ya, baiklah. Nanti siang, kita makan bersama.” Kris mengalah.

Mata Yoona membulat senang. “Jinjja? Jeongmalyo?

“Bukankah kau ada janji makan denganku siang ini, Kris-ah?”

GLEK!

Perlahan Yoona menoleh ke belakang memastikan bahwa orang yang barusan bicara di belakangnya bukan yang ia kira.

Dan perkiraannya malah tepat. 100% akurat.

Kwon Yuri sedang berdiri di belakang Yoona dan Kris dan memandang ketus kearah mereka berdua. Rambut sebahu wanita itu tertata sempurna dan beberapa helai yang dibiarkannya jatuh natural tertiup angin musim panas pagi ini. Perplum dress selutut yang dikenakannya menonjolkan badan langsingnya dan ya, wanita itu tampil sempurna pagi ini.

“Apa yang kau lakukan disini?” desis Kris tak senang.

Yuri berjalan mendekat lalu berkata,”Bukankah aku lebih berhak bertanya begitu padamu?”

“Bukan urusanmu.”

“Kau menginap di rumah wanita ini?”

“Kalau iya, memangnya kenapa?” tantang Kris.

Aduh, celaka. Yoona merutuki Kris dalam hati. Kenapa pria ini malah menantang dan mendebat Yuri sih? Posisinya jadi serba salah di hadapan Yuri. Meski Yuri sudah tahu bahwa Yoona dan Kris adalah teman baik tapi kan tetap saja rasanya canggung seperti tertangkap berselingkuh saja. Padahal kan Kris hanya menumpang menginap karena pria itu menyetir dengan kondisi mabuk dan malah nyasar ke rumah Yoona. Mau memulangkan Kris ke rumahnya juga tidak bisa karena Yoona tidak bisa mengendarai mobil. Mau memanggil taksi, Kris sudah keburu tidur nyenyak di sofa dan sialnya saat Yoona terbangun tengah malam, ia malah lupa membiarkan Kris menginap di tempatnya.

Rupanya Kris menangkap ekspresi tak nyaman dari Yoona. Kris akhirnya berkata,”Aku pergi saja daripada bicara denganmu. Yoona bisa terlambat masuk kantor jika tidak segera ku antar.”

Tentu saja Yuri langsung mengernyit kesal.

“Sejak kapan urusan Yoona terlambat menjadi hal penting bagimu?” tuntut Yuri.

“Ayo kita pergi, Yoong.”

“KAU SELINGKUH DENGANNYA YA?”

Freeze.

Yoona tiba-tiba merasakan amarahnya meluap dan segera meletup menjadi makin. Apa kata Yuri? SELINGKUH?

“Jaga bicaramu. Kalaupun aku menyukainya, aku tidak selingkuh darimu. Jangan lupa, Yuri-ssi, kita hanya terikat dalam hubungan di depan orang tua kita. Secara personal, kita hanya dua orang asing. Kajja, Yoong.”

***

Layar komputer itu masih terus menyala. Kursornya tidak bergerak sejak sejam yang lalu. Tentu saja, orang yang menggunakan komputer itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri dan tak bergeming dari posisi topang dagunya. Kalau saja Yesung, tetangga cubicle-nya, tak mengetok-ngetok sisi cubicle-nya, Yoona tak akan sadar bahwa jam makan siang sudah tiba.

“Yakin tidak ingin makan siang dengan kami, Yoong?” tanya Yesung sekali lagi.

Yoona mengangguk yakin lalu berujar,”Hmm…aku sudah punya janji.”

“Ah, dengan pengacara tampan itu ya? Siapa namanya? Kris?” tebak Hyoyeon, rekan seberang cubicle-nya.

Lagi, Yoona mengangguk.

“Beruntung sekali kau, Yoong, punya teman baik yang “berpotensi” begitu. Hehehe, ya sudah, kami pergi dulu ya.” sambar Hyoyeon lagi lalu akhirnya gerombolan staff itu beranjak pergi.

Yoona membatin lagi.

“Berpotensi”?

Heol, mereka tidak tahu saja kalau Kris sudah dijodohkan dengan wanita lain. Lagipula Kris hanya teman baik dan tidak mungkin lebih dari itu lagi. Pria itu terlalu banyak berbuat baik padanya sehingga Yoona tidak akan berani meminta hal yang lebih lagi.

Ponsel Yoona kemudian bergetar pelan.

From : Kris

Aku sudah di lobi kantormu.

Yoona meraih sling bag-nya, sekilas merapikan rambutnya lalu bergegas menuju lift untuk turun menuju lobi. Dia harus mengatakannya pada Kris. Lebih cepat lebih baik.

***

“Kris, kurasa-“

Don’t we look good together?”

Eoh?

Ekspresi Yoona tak jauh bedanya dengan tololnya anak umur 7 tahun yang dicekoki Teori Relativitas.

Setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya dengan harapan pendengarannya lebih jelas lalu berujar,”Kau bilang apa barusan Kris?”

“Skor listening TOEFL-mu rendah ya?”

Huk!

“Kenapa kau jadi menghinaku?”

Kris tak berkomentar. Pria itu malah tampak nyaman mengunyah potongan cumi dari menu makannya siang ini.

Oh Tuhan, kenapa kau ciptakan makhluk semenyebalkan ini? batin Yoona.

Bibir mungil Yoona mengerucut kesal. Masa bodoh dengan apa yang Kris katakan tadi. Toh tidak ada ruginya. Eh apa mungkin-

“Aku tadi bilang bukankah kita terlihat cocok?”

“Kris…”

Kris tertawa kecil. Entah menutupi kegugupannya atau dia baru saja tertawa untuk menunjukkan bahwa perkataannya hanya candaan ringan.

“Aku rasa kau sedang bingung dan mood-mu kurang baik.” komentar Yoona canggung.

“Bukannya kau yang sedang merasa begitu?”

Yoona merengut kesal lagi. Apa maunya pria ini? Kenapa makan siang kali ini seperti arena debat kusir begini?

“Aku serius dengan perkataanku tadi, Yoong.”

Yoona terperangah, kalau tidak mau dibilang berekspresi tolol, lagi. Astaga, yang benar saja? Kris baru saja menyatakan perasaan padanya? Di kedai dosirak (bento ala Korea) yang ramai pengunKrisg ini? Dia tidak salah dengar kan?

“Kau menyukaiku?” ujar Yoona ragu. Selama pertemanannya dengan Kris, dia tidak pernah sekalipun mengira dirinya akan menanyakan kalimat semacam ini pada Kris. Jangankan bertanya begini, dia sendiri sudah yakin sepenuhnya Kris tidak pernah memandangnya sebagai wanita karena Kris terlalu mengetahui pribadinya selama ini. Dianggap perempuan saja Yoona sudah bersyukur.

Kris tersenyum penuh makna. “Aku bahkan selalu diam-diam memanggilmu ‘sayang’ dalam hati, Yoong…”

***

Sepuluh tahun yang lalu, Yoona sedang menimbang apakah sebaiknya ia membeli seporsi ddeobokki atau japchae saat seseorang menyeletuk dari sebelahnya. “Ddeokbokki saja,”

Yoona menoleh heran. Barusan orang ini menjawab pertanyaan dalam pikirannya atau sedang berbicara dengan orang lain atau apa?

Orang itu balas menoleh kearah Yoona. “Hai.”

“Eh?” Yoona terkejut sesaat kemudian sadar. “Kau ketua kelasku kan?”

“Hmmm, ya begitulah.” balas orang itu datar.

Anyeonghasseo. Kebetulan sekali kita bertemu disini. Kau mau beli jajanan juga?” tanya Yoona antusias. Tidak menyangka menemui ketua kelasnya di luar sekolah pada hari pertama kepindahannya ke Korea.

“Tidak.”

“Lalu?”

“Aku hanya ingin membantumu memilih makanan disini. Bukankah kau baru saja pindah dari Jepang? Kau pasti merasa asing dengan keadaan disini.” balas orang itu.

Yoona mengangguk kecil. “Jadi sebaiknya aku membeli ddeokbokki?”

“Sepertinya begitu.”

Dalam hati Yoona merutuk. Orang ini benar-benar seperti yang diceritakan teman-teman barunya saat di sekolah tadi. Kris Wu, si ketua kelas yang irit omongan.

Yoona akhirnya memesan seporsi ddeokbokki untuk dibawa pulang dan saat itu Kris sudah membalikkan punggungnya bergerak meninggalkan kedai kecil itu.

“Kris-ssi!” panggil Yoona.

“Ya?”

“Boleh pinjam duitmu tidak? Ternyata aku tidak membawa dompet.”

Kemudian Yoona meringis sungkan.

Kris mendecak tak percaya. Gadis ini, astaga…

***

Sudah seminggu berlalu sejak Kris menyatakan perasaannya pada Yoona dan malam ini pesta pertunangan Kris dan Yuri akan diadakan.

Sejak pagi Yoona sudah menenggak aspirin berusaha mengurangi rasa sakit di kepalanya dan untungnya cukup membantu. Berusaha untuk tetap terlihat baik saja di Deltaress, Yoona menebalkan sedikit eye make-up nya pagi ini dan melapisi lebih banyak BB cream pada bagian di bawah matanya. Sial, ia malah memakai setelan kerja serba hitam hari ini (tidak sengaja tentunya) membuat ia akhirnya tetap menghadapi pertanyaan yang ia hindari hari ini.

“Kau sedang berduka karena Kris akan bertunangan ya? Pakaianmu hitam-hitam begitu seperti mau melayat saja.” cetus Sooyoung yang menjemput Yoona untuk berangkat ke kantor pagi ini. Kebetulan kantor Sooyoung ada di gedung perkantoran yang sama dengan Yoona. Sebuah perusahaan importir makanan.

Yoona mengerucutkan bibirnya yang dipoles lipstik warna fuscha pagi ini. “Semua bajuku masih di-laundry. Hanya ini yang tersisa.”

Sooyoung hanya mencibir tak percaya lalu mulai menyalakan Chevrolet-nya.

Yoona hanya memandang keluar jendela mobil dalam perjalanan menuju kantor. Pikirannya sedang menerawang kemana-mana. Sebentar memikirkan target pekerjaannya yang belum tercapai, sebentar lagi memikirkan kenapa ia bisa memilih setelan suram padahal sudah susah payah memakai make up khusus, sebentar lagi memikirkan ia harus minum kopi apa pagi ini, sebentar lainnya memikirkan pesta malam ini.

Dan untuk topik pemikiran yang terakhir adalah topik yang paling membuat kepala Yoona berdenyut lagi disela usaha aspirin meredakan sakit kepala itu.

Yoona mau tak mau mengingat lagi kejadian di kedai dosirak itu. Pengakuan Kris dan kemudian, sebelum Yoona sempat bicara, Kris menyerahkan sebuah undangan berpita perak ke tangan Yoona.

Pesta pertunangan Kris dan Yuri.

Tentu tolol sekali kalau Yoona berpikir adalah namanya yang akan bersanding dengan nama Kris di undangan itu. Sayangnya, Yoona sempat menjadi orang tolol itu dalam waktu sepersekian detik.

Yoona ingat jelas ekspresi Kris setelah undangan itu akhirnya dibaca oleh Yoona. Ekspresi penuh rasa bersalah. Sungguh, Yoona ingin memaki dan melemparkan undangan itu ke muka Kris tapi apa daya, ia akhirnya hanya mengucapkan selamat pada Kris. Saat itu juga, ia sadar bahwa ia memang mencintai Kris.

Selama ini, Kris terlalu dekat dengannya. Ia terlalu terbiasa dengan Kris hingga saat ia akan kehilangan, ia baru menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada pria itu sejak – entahlah – ia tak mampu mengingat. Bahkan saat pertama kali ia tahu Kris akan dijodohkan dengan Yuri, ia tidak merasakan hatinya sesakit ini karena ia – tanpa sadar – menyenangi fakta bahwa Kris tidak menyukai Yuri dan tetap ada di sisinya. Tapi tamparan kali ini terlalu keras dan menyadarkannya bahwa sekalipun Kris tidak menyukai Yuri, pria itu akan tetap pergi darinya. Yoona kemudian menyalahkan Kris karena pria itu mengutarakan perasaannya. Pikirnya, andai Kris tidak mengatakan apapun, ia tidak perlu sadar tentang cinta ini segala dan semuanya akan baik-baik saja. Tapi tak lama, Yoona berbalik menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia tidak sadar sejak lama?

Makan siang mereka saat itu kemudian berakhir dengan rasa canggung luar biasa dan mulut tertutup rapat. Yoona dalam hati berharap akan ada keajaiban – entah dalam bentuk apa itu – yang terjadi dalam seminggu menuju pertunangan itu yang akan membuat Kris terus di sisinya tapi harapannya kini sudah menguap tak berbekas. Seminggu itu berlalu dengan cepat apalagi ia dan Kris tidak melakukan kontak sama sekali sejak kejadian itu dan malam ini juga semua harapan hingga partikel sekecil apapun yang tersisa dari Yoona tentang kisah cintanya dengan Kris akan benar-benar musnah dan dia tahu itu adalah kesalahannya lagi.

“Kau datang ke pesta Kris dan Yuri nanti malam kan, Yoong-ah?” tanya Sooyoung memecah lamunan Yoona.

Sooyoung memang turut diundang ke pesta itu. Ia adalah teman sekolah Yoona dan Kris dulu. Sooyoung sendiri sebenarnya masih ada hubungan keluarga dengan Yuri.

Yoona tanpa menoleh hanya menjawab dengan suara serak. “Hmmm, tentu saja.”

Dan dengan cepat pula ia merutuki dirinya karena jawabannya barusan. Bicara apa dia tadi? TENTU SAJA? Dia saja tidak yakin masih bisa sadarkan diri sepulang dari jam kantor nanti.

“Mau pergi bersamaku?” tawar Sooyoung.

Ah ya benar. Ia belum punya tumpangan untuk pergi ke pesta itu. Biasanya, ia akan datang bersama Kris ke acara-acara semacam ini.  Tapi kali ini, Kris adalah bintang pestanya. Pria itu tak mungkin jadi pendampingnya.

“Kau benar-benar penyelamatku, Youngie…”

Sooyoung tersenyum kecil. Dalam hati, ia tahu temannya ini sedang patah hati. Tapi ia bisa berbuat apa lagi?

Dan Yoona sudah kembali larut dalam lamunannya.

***

“Aduh, maafkan aku, Yoong. Minho berulah lagi. Maaf ya,” pinta Sooyoung begitu Yoona masuk ke dalam mobilnya malam itu.

Yoona hanya mengangguk seadanya. Sebenarnya ia merasa Sooyoung tidak perlu minta maaf padanya karena terlambat menjemput malam ini. Toh, ia setengah berharap Sooyoung lupa menjemputnya dan ia tidak perlu hadir di pesta itu.

“Kita benar-benar terlambat. Aduh semoga pak ketua kelas itu tidak marah pada kita.” celoteh Sooyoung sibuk sambil terus memacu kendaraannya menuju tempat pesta itu berlangsung.

Terlambat lebih lama lagi, kumohon. Sampai acara tukar cincinnya lewat saja kalau perlu. batin Yoona.

Beep! Beep!

From : Kris

Dimana kau, Yoong? Ku tunggu sepuluh menit lagi. Jika kau belum sampai juga, kau akan melewatkan kejadian spektakuler abad ini. Kau akan menyesal. Sungguh.

Yoona mencibir. Sepuluh menit lagi?

Diraihnya undangan pertunangan itu sekali lagi dan dilihatnya rundown acara yang diselipkan Kris di undangan itu. Entah kenapa juga dia mendapat rundown acara itu, benar-benar aneh. Kurang sepuluh menit lagi, jam akan menunjukkan pukul 8 malam. Acara jam 8 malam adalah acara tukar cincin.

Kau benar-benar brengsek, Kris! cerca Yoona dalam hati.

Apa maksud pesannya tadi? Melewatkan kejadian spektakuler abad ini katanya? Meresmikan hubungan pertunangannya dengan Yuri adalah kejadian spektakuler? Cih, yang benar saja. Korea Selatan menjadi negara adidaya mengalahkan Amerika Serikat itu baru kejadian spektakuler abad ini.

“Akhirnya kita sampai!” seru Sooyoung.

Perut Yoona tiba-tiba terasa mual menyadari mobil Sooyoung sudah terparkir manis dan dia harus segera turun. Dilihatnya Sooyoung sudah turun dari mobil dan merapikan gaun yang dikenakannya. Perlahan dan enggan, Yoona turun kemudian mengekori Sooyoung yang sudah melangkah masuk ke ballroom. Sekilas Yoona melirik penunjuk waktu di layar ponselnya. Masih kurang lima menit sebelum “kejadian spektakuler” yang Kris bilang.

Tak butuh waktu lama bagi Yoona untuk menemukan Kris di kerumunan para undangan. Kris menyadari kehadirannya dan seakan melempar pandangan isyarat bahkan seulas senyum terarah padanya. Damn. Apa maksudnya pria ini?

Yoona sudah ribuan kali mengucapkan sumpah serapah pada Kris dalam hati. Dia makin sakit hati mengingat perkataan Kris tentang “kejadian spektakuler” itu. Benar-benar pria tidak berperasaan. Apa jangan-jangan pengakuan Kris minggu lalu itu hanya sandiwara? Sialan.

Yoona kini merasa mual di perutnya semakin merajalela.

Aku butuh champagnepikir Yoona.

Ia berusaha mundur dari kerumunan orang yang sibuk menikmati pesta. Dengan langkah agak sempoyongan menahan mual, ia berhasil sampai ke meja saji gelas-gelas berleher tinggi berisi champagne. Saat ia meraih gelas itu dan berniat meneguknya, ia merasakan seseorang mendekat kearahnya. Kris yang rupawan.

“Yoong, we look good together…” ucap Kris.

“Hah? Maksudmu-“

Kris menciumnya. Sungguh, ini bukan bercanda.

Sepasang mata Yoona terbelalak kaget menyadari pria itu tiba-tiba memeluk pinggangnya dan menciumnya dan tak lupa juga bahwa saat ini seluruh tamu undangan memandangi mereka berdua dengan ekspresi terkejut. Amat sangat. Dari ekor mata Yoona, ia melihat Sooyoung yang berdiri tak jauh darinya menjatuhkan piring berisi rumball yang baru saja diambilnya.

PRIA TOLOL! Dia benar-benar melakukannya. Ya Tuhan, apapun yang terjadi setelah ini, selamatkan aku.

Suasana riuh mendadak sesunyi kuburan.

Dan pria tampan ini.

***

Seminggu yang lalu…

Mobil Kris sudah sampai di depan gedung kantor Deltaress.

Yoona meraih tasnya bersiap untuk turun tapi pintu mobil masih terkunci. Ia menoleh kearah Kris lalu berujar,”Kau belum membuka pintunya, Kris.”

Alih-alih membuka kunci pintu mobil itu, Kris malah memiringkan badannya menghadap Yoona.

“Kau benar-benar merelakanku untuk Yuri?”

Ah, Kris bertanya hal itu lagi. Yoona menggerutu dalam hati.

“Bicara apa sih? Kau kan memang kekasih Yuri. Apanya yang harus direlakan?”

“Kau benar-benar berpikir kita tidak cocok menjadi kekasih?”

“Kris, sudahlah. Ini hanya perasaan sesaat. Pikiranmu sedang tidak beres. Oke?”

Kris masih tak bergeming. “Baiklah, kalau menurutmu begitu. Karena kau menolakku, kau harus datang ke pesta itu, Yoong.”

Yoona tertawa hambar. “Tentu saja aku datang. Kau kan teman baikku. Mana mungkin aku melewatkannya…”

Klek!

Kunci pintu mobil terbuka. Yoona beranjak membuka pintu itu namun Kris bicara lagi.

“Aku akan membuktikan kalau kita serasi, Yoong.”

“Kris…”

“Aku akan membuktikannya dengan caraku.”

END


27 thoughts on “Love Sick : Don’t We Look Good Together?

  1. Good FF-nya…
    Gak ada typo, bahasanya bagus
    Good deh thor
    Tapi kok gantung ya? Sequel bisa?
    Oh ya ane readers baru disini , salam kenal all…. #tebarbunga

    Like

  2. Annyeong…. FF-nya bagus. Tolong dong….. Buat sequal. Soalnya, endingnya gantung. Acara tunangannya Kris sama Yuri jadi gak ?

    Hehehehe… Mian kalau banyak nanya.
    Gamshamida ^_^

    Like

  3. sebenernya nggak suka ma couple Yoonkris
    tp penasaran juga pengen lihat lanjutannya
    lanjutin lagi dong……..
    pengen lihat gimana nasibnya Yuri onnie selanjutnya

    Like

  4. aduh,ini story keren sangat..haha..suka bnget gaya bahasa ny…ending ny puas lah…bisa aku byangin..walau tetep penasaran kalo cerita ini di lanjut..tapi tetep keren…aku suka 🙂

    Like

Leave a comment