[Freelance] Loneliness


Loneliness

Author             : SparkFishy

Cast                 : Kwon Yuri x Kim Jongwoon (Yesung)

Genre              : Romance, Sad (?) and Little bit humor

Note                : pertama kali buat ff yang bergenre sedikit humor tiba-tiba langsung kebayang muka Yesung  sebagai cast utama, mengingat ‘keanehan’ n tipe 4D yang dimilikinya. Peace clouds-.-v Maaf yah klo humornya disini agak garing, author masih belajar.

All Author POV.

Kenapa mereka hanya hidup berdua?

Yuri lupa persisnya, kapan pertanyaan itu mulai berdengung di kepala. Seperti sebuah lagu yang dinyanyikan sekelompok lebah dari hari ke hari dan membuatnya ingin berteriak sekeras-kerasnya. Tapi suara itu tak pernah bisa disuruhnya diam. Dan Yuri lambat-laun menyadari dia harus hidup dengan pertanyaan yang sama di kepalanya. Pertanyaan yang boleh jadi juga melintas di kepala orang lain; keluarga, teman, tetangga, dan pastinya…Yesung.

Tapi kenapa laki-laki itu tidak pernah mengatakan apapun?

Lewat sudut matanya, Yuri melirik Yesung yang duduk tegak dengan sebuah bantal menyangga punggungnya. Mata lelaki itu tampak tekun menyusuri halaman demi halaman buku. Ritual yang di awal pernikahan sempat membuat Yuri ketakutan. Seperti biasa, perempuan itu tak banyak bergerak, bahkan pernah menahan nafas, hanya supaya Yesung yang sedang membaca, tidak merasa terganggu. Buku, diakui oleh Yuri punya ‘mantera’ tersendiri yang menghipnotis dan membuat suaminya terpaku lama. Wajah laki-laki itu menjadi begitu serius ketika sedang memegang sebuah buku. Semakin tebal, semakin lama pula Yuri harus kehilangan sosok suami yang biasa menghiburnya.

Aigo!

Yuri menepuk dahinya sendiri. Apakah suaminya sedang berusaha meredam pertanyaan yang sama yang sebetulnya sedang melompat-lompat di kepala lelaki itu, dengan membenamkan diri pada ratusan halaman buku yang dibacanya?

Di sisinya, Yesung tampak asyik memelototi buku yang baru kemarin dibelinya. Yuri tahu, sebab diam-diam meskipun tak tertarik dia mengikuti paling tidak judul demi judul buku yang dibaca suaminya. Mulai dari komik, novel sampai buku-buku sastra, bahkan filsafat. Dari situ dia tahu, suaminya benar-benar penikmat buku.

Sekarang dia ingin sekali menanyakan sesuatu. Tapi meskipun waktu lima tahun bersama telah mengikis perasaan takut di hati perempuan itu, untuk menyela ritual suaminya sebelum tidur, Yuri tetap tak ingin mengganggu.

Pelan-pelan perempuan berkulit sedikit kecoklatan itu membalikkan tubuhnya hingga memunggungi suaminya. Tapi pertanyaan yang berusaha diredamnya terus melompat-lompat, makin lama makin cepat dan membuat kepalanya pening. Tuhan..sudah lima tahun dan ini bukan waktu yang bisa dibilang singkat. Kenapa mereka hanya hidup berdua?

Dan dibelakangnya terdengar suara nafas Yesung pelan dan teratur. Seteratur bunyi lembaran-lembaran kertas yang dibaliknya.

***

 

Sebagai seorang perempuan, Yuri merasa dia termasuk tipe penyabar. Buktinya pertanyaan yang belakangan merajai kepalanya, tidak muncul ketika pernikahan mereka berusia setahun, dua tahun, bahkan lima tahun. Dia cukup bisa mengerti, takdir setiap orang memang tidak sama.

Dia juga cukup mempercayai bahwa Tuhan pasti punya alasan yang bagus untuk memberikan anugerah yang berbeda bagi setiap manusia.

Tapi tahun-tahun yang berlalu hanya dengan Yesung, lama-lama terasa tidak sempurna. Tetap saja ada sesuatu yang kurang.

Yuri butuh suasana lain, sebab rumah mereka yang sederhana, tetap saja dianggapnya terlalu besar untuk mereka tinggali. Tapi suaminya seolah santai saja. Terkesan tidak terganggu dengan kenyataan bahwa mereka hanya berdua.

Masih seperti dulu, Yesung kerap kali mengajaknya menonton acara variety show di tv. Atau mengajaknya duduk berlama-lama di perpustakaan kecil di rumah, yang menjadi tempat favorit lelaki itu. Lain waktu dia menceritakan sebuah lelucon yang membuat Yuri tertawa terbahak-bahak.

Kemarin bahkan Yesung muncul di pintu kamar dan mengajaknya main tebak-tebakan.

“Yuri, apakah kau tahu persamaan antara dangkoma dengan heebum?”

“Sama-sama binatang oppa.”

“Salah!”

Wajah istrinya yang berangsur serius mulai mengolah jawaban demi jawaban. Tapi berulang kali lelaki itu menggelengkan kepala.

“Salah! Salah! Salah lagi!”

“Ya sudah, aku menyerah oppa. Apa jawabannya?”

Yesung tersenyum. Puas karena tebakannya bisa mengecoh sang istri.

“Persamaan dangkoma dan heebum adalah……..”

Yuri menunggu dengan kening masih berkerut. Sebetulnya dia tahu jawaban aneh yang akan keluar dari mulut suaminya, jeleknya tetap saja dia menunggu dan penasaran.

“Apa?” kejarnya tak sabar ketika Yesung tak juga menjawab.

Yesung mendekat, lalu membisikkan jawaban tepat di telinga istrinya, hingga selintas mesra.

“Persamaannya adalah, sama-sama gak punya handphone, hahaha!”

Aishh!

Begitulah, kecuali kesibukan yang kian menggunung, suaminya tak banyak berubah. Terlihat lucu dengan mata yang kerap bersinar jenaka. Satu-satunya momen saat lelaki itu terkesan begitu serius adalah saat menjelang tidur, dan Yesung sudah menggenggam sebuah buku.

Harusnya dia bersyukur, suaminya tidak berubah. Tidak juga melupakan kebiasaan mengecup keningnya sebelum tidur, dan berucap mesra.

“Nite..yeobo.”

Dulu semuanya terasa indah. Tapi jiwa keibuan Yuri belakangan merongrong, meminta hal lain. Makhluk-makhluk mungil yang tak pernah muncul di rahimnya. Kerinduan yang membuahkan pertanyaan yang ingin diajukannya langsung kepada Sang Pencipta.

Kenapa?

Dia bukan tipe istri yang genit, apalagi suka berselingkuh. Begitu pun dengan Yesung. Di benak Yuri bahkan bermain bayangan-bayangan manis, betapa idealnya mereka berdua menjadi orangtua. Tapi kenapa Tuhan tidak menganugerahkan satu saja dari begitu banyak persediaan calon-calon bayi yang mungkin ada di surga?

“Oppa…”

Perempuan itu ingin bertanya, ingin bisa mendiskusikan soal kerinduan yang menyesakkan dadanya dari hari ke hari. Tapi setiap kali melihat sorot mata Yesung, keinginan itu mendadak buntu, dan terpaksa ditahannya kuat-kuat.

“Wae, jagiya?”

Begitu banyak kalimat sayang, panggilan cinta, keluar dari mulut suaminya. Tetap saja dia merindukan panggilan yang lain…omma.

“Hey…kau kenapa Yuri-ah?

Yuri menggelengkan kepala. Beberapa hari lagi Yesung sudah harus kembali berangkat ke Jepang. Dia tak ingin menempuh resiko sebuah dialog yang tak menemukan titik temu.

Ditatapnya paras suaminya yang mengunyah makan pagi dengan cepat. Wajah lelaki itu makin gelap. Mungkin nyaris selalu berada di lapangan. Akhir-akhir ini kesibukan lelaki itu memang bertambah. Dari satu proyek ke proyek lain, nyaris tak ada jeda. Resiko menikah dengan seorang arsitek, pikir Yuri.

Mungkin karena semua kesibukan itu, suaminya tak pernah merasa kesepian. Kelar dengan satu proyek, sudah lanjut lagi dengan proyek yang lain. Selama enam bulan ini saja hanya dua atau tiga kali Yesung pulang.

Atau….

Kening Yuri mendadak berkerut. Baru sekarang dia menyadari, betapa seringnya suaminya berada di luar rumah. Ah, apakah ini cara lain Yesung, untuk mengusir sepi?

Mata mereka tiba-tiba bertemu. Yuri tersentak. Parasnya yang sering diledek sendu oleh Yesung mendadak panik. Sebaliknya lelaki itu malah memonyongkan bibirnya, meledek seperti biasa.

“Wae?”

Yuri diam saja, mengalihkan pandangannya. Tangan perempuan itu mulai mengaduk-aduk nasi di piring yang belum disentuhnya dari tadi.

“Mau disuapi?”

Tahu-tahu tangan Yesung sudah mengambil alih sendok dan menyuapi istrinya. Yuri menurut dan mulai mengunyah pelan-pelan. Sesekali suaminya berpura-pura salah menyuapi hingga nasi menyentuh ujung hidung Yuri atau dagunya. Dulu-dulu itu membuat Yuri tertawa, tapi kali ini tidak.

“Apa yang kau pikirkan?”

Yuri tidak menjawab, hanya matanya mendadak panas. Perempuan lain mungkin takut terlihat gemuk karena hamil, tapi dia tidak. Perempuan lain mungkin takut mengalami sakitnya kontraksi ketika melahirkan, dia justru sebaliknya.

“Ada laki-laki lain?”

Pertanyaan itu membuat Yuri memandang lurus wajah suaminya. Bolehkah dia mengangguk dan mengiyakan? Dia memang memikirkan laki-laki lain, atau perempuan lain yang diharapkannya akan tumbuh dari rahimnya.

Airmata Yuri tahu-tahu sudah meluncur cepat. Tanpa mengatakan apa-apa, perempuan itu meninggalkan meja makan, dan tergesa lari ke dalam kamar. Membiarkan Yesung termangu di meja makan, masih memegang sendok yang tadi dipakai menyuapi istrinya.

***

 

Sehari menjelang keberangkatan Yesung ke Jepang, kegundahan Yuri mencapai puncaknya. Sejak pagi, perempuan itu nyaris tidak bangkit dari tempat tidur. Dibiarkan saja Yesung mengaduk-aduk isi kulkas dan menyiapkan sarapan pagi sendiri. Perempuan itu bahkan tidak mengucapkan terima kasih, ketika lelaki itu membawakan sepiring nasi goring dan secangkir teh ke kamar.

“Makan dulu.”

Yuri bergeming.

Perempuan yang biasa lembut itu mulai mengomel panjang-pendek. Menunjuk ini dan itu, mengeluarkan kekesalannya. Ketika Yesung mencoba menggoda dan mengajaknya bercanda, Yuri membalas menyentakkan piring berisi nasi goreng yang tinggal separuh itu ke atas laci di sisi tempat tidur. Akibatnya cangkir berisi teh yang sudah lebih dulu ditaruh disana, tersenggol dan tumpah.

Yuri melipat kedua tangannya di dada. Bibirnya yang tipis terkatup rapat membentuk sebuah garis. Ketus. Kedua mata yang biasa terkesan ramah, kini tampak dingin.

Tiba-tiba saja Yuri tak lagi peduli, jika besok adalah hari terakhirnya dengan Yesung. Jika setelah itu mereka tidak akan bertemu berbulan-bulan lamanya. Jika lelaki itu kemudian balas membentaknya dan mereka bertengkar hebat. Sungguh, tiba-tiba saja dia tidak peduli bahkan jika kehilangan kebersamaan mereka. Toh dalam pernikahan ini tak banyak yang dia miliki. Tak ada anak-anak yang akan menjadi perekat kasih orangtua, seperti yang dimiliki pasangan-pasangan lain. Tidak ada.

Anehnya, Yesung santai saja membereskan kekacauan yang ditimbulkan istrinya. Ringan, lelaki itu berjalan ke dapur, lalu mengambil sepotong kain, dan mengelap teh yang tumpah membasahi meja dan sebagian lantai.

“Nanti bisa ada semut. Ini kan teh manis, yeobo.”

Yuri diam saja. Kekesalan hatinya tak sanggup dipendamnya lebih lama. Sejak membuka mata, ada saja yang mengesalkan hatinya. Yuri ingin berteriak, ingin lari, kabur dan meledakkan semua yang menyesakkan dadanya.

Di sisinya, Yesung masih beringsut di lantai dengan kain pel. Ada senyum kecut di wajah lelaki itu.

“Terkadang aku tidak bisa membedakan. Sebenarnya, aku ini pembantu atau orang yang kamu cintai, ya?”

Sayangnya candaan itu malah membuat Yuri menatap suaminya dengan beringas. Membuat Yesung terburu-buru membuka wacana baru bagi perdamaian.

“Kau mau mandi? Biar segar. Mau ya?”

Yuri masih diam. Dibiarkannya Yesung menyiapkan handuk bahkan memilihkan pakaian yang akan dikenakan istrinya.

“Bagaimana kalau setelah ini kita jalan-jalan? Naik sepeda atau mungkin baca komik saja? Aku baru membeli komik lucu. Kau harus membacanya, biar kepalamu tidak jutek…eh maksudnya tidak butek. Biar jernih.”

Cukup!

Yuri menggertakan rahangnya dan tiba-tiba kemarahannya meledak di ubun-ubun,

“Oppa kira siapa yang tidak jernih di antara kita? Aku atau kau?”

“Tapi, maksudku……”

Belum selesai Yesung bicara, Yuri menyela.

“Seharusnya oppa sebagai orang terdekatku tahu bagaimana perasaanku, kesedihanku, kebutuhanku, kerinduanku.”

“Tapi, kau tidak pernah…..”

Lagi, Yuri memotong pembicaraan suaminya.

“Ini bukan soal pernah atau tidak pernah. Ini murni kepekaan. Oppa sebagai suamiku seharusnya tidak hanya asyik dengan dunia sendiri. Aku mengerti kalau kau memang mempunyai kesibukan di luar. Tapi, apakah kau pernah memikirkan bagaimana diriku saat kau tinggal di rumah sendiri? Oppa pasti tidak tahu bagaimana sepinya, bagaimana bosan dan menderitanya aku….laki-laki memang tidak punya perasaan!”

Yesung hanya melongo. Tapi dia salah jika mengira Yuri sudah selesai. Belum. Masih banyak kemarahan yang harus tumpah.

Yuri berteriak, menunjuk-nujuk dada suaminya. Menuntaskan semua kekesalan. Berbagai cap bahkan dilabelkan pada suaminya.

Suami tidak peka!

Suami egois!

Dan masih banyak lagi. Puncaknya ketika setengah menjerit, Yuri mengacungkan telunjuknya ke arah pintu kamar.

“Aku tidak mau melihat wajahmu lagi, Yesung oppa. Keluar…keluaaar!”

Seperti adegan dalam sebuah drama yang dilambatkan, pelan-pelan Yesung bangkit. Memandang istrinya sekali lagi, lalu melangkah menjauhi Yuri, dan meninggalkan kamar dengan wajah kalah.

***

 

Pintu ditutup. Selesai. Memberi ruang penuh bagi Yuri untuk menangis dan menumpahkan semua perasaan yang masih mengganjal. Suasana kamar hening. Hanya isak Yuri yang terdengar.

Sejujurnya, kemesraan dan sikap hangat Yesung tidak pernah hilang. Buktinya sejauh ini hanya soal kerinduan terhadap si kecillah yang mengganggu perasaan Yuri. Cuma itu. Tidak dibumbui hal-hal lain seperti, perasaan cemburu atau curiga, atau sikap paranoid seperti istri-istri lain yang khawatir suaminya menikah lagi, ketika tahu istrinya tidak bisa memberikan keturunan.

Kenapa Yesung oppa tidak resah? Kenapa lelaki itu tenang-tenang saja?

“Aku tidak peduli, berdua, bertiga atau bersebelas sekalipun. Asalkan bersamamu, yeobo!”

Terngiang kalimat mesra yang diucapkan, usai kunjungannya ke dokter kandungan. Yesung terkadang masih mengulangnya. Hanya saja tidak terdengar seromantis ketika perkataan itu pertama kali diucapkan.

Apakah itu alasan suaminya tidak resah?

Airmata yang sudah surut, mengambang lagi di pelupuk. Ah, betapa jahat sikapnya pada Yesung pagi ini. Padahal laki-laki itu besok akan pergi cukup lama meninggalkan rumah. Tempat yang tampaknya menjadi pelabuhan terbaik bagi suaminya, seperti ucapannya yang sering kali diutarakan, There is no place like home.

Sebersit perasaan iba menelusup hati Yuri. Dia ingat kelegaan yang selalu menghiasi wajah lelaki itu setiap kali pulang ke rumah. Benarkah tidak ada tempat sebaik rumah, walau tanpa anak-anak di dalamnya?

Sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan irisan tomat masih tergeletak di atas meja. Juga secangkir teh yang menjadi pelengkapnya. Yesung telah menyiapkan yang baru, setelah cangkir pertama tumpah.

Tidak cukupkah itu semua sebagai bukti cinta?

Dan dia yang tolol telah bertingkah terlalu. Sampai-sampai merasa siap kehilangan cinta sejati di depan mata, untuk sebuah kemarahan yang tidak jelas.

Semoga Yesung oppa tidak pergi, batin perempuan itu. Agak panik dan tergesa dia meraih gagang pintu. Sungguh, tanpa ragu, dia akan mengakui semua kesalahan dan memohon pada Yesung untuk memaafkannya. Kesedihan karena belum memiliki anak, pasti juga menjadi milik Yesung. Namun, Yuri kecewa saat melangkah keluar kamar, mendapati sekitar yang lengang dan sepi.

Pasti Yesung oppa merasa tersinggung dan marah padanya, hingga pergi tanpa pamit.

Yuri menangkupkan wajah dengan kedua tangannya. Semangatnya terasa hilang. Apalagi ketika di ruang tamu, saat membuka pintu depan, matanya tak menemukan bayangan Yesung.

Airmata Yuri kembali menetes, kedua kaki terasa lemas, memasuki rumah. Melewati ruang tamu, terus ke ruang tengah, kemudian termangu di depan perpustakaan kecil mereka.

Pintu perpustakaan terbuka lebar. Yuri bisa melihat sosok suaminya yang memunggungi pintu. Sesekali bahu lelaki itu terguncang.

Yesung oppa menangis? batin Yuri terenyuh.

Dengan perasaan bersalah yang pekat, perempuan itu melangkahkan kaki mendekati suaminya. Sungguh, belum pernah Yuri melihat adegan seperti ini. Lima tahun pernikahan, belum pernah sekali pun dilihatnya lelaki itu sedemikian terluka.

Yuri pun siap memohon maaf, lalu merayu dan menghibur suaminya mati-matian, mengakui kesalahan, bahkan kalau perlu menyatakan dirinya siap dihukum. Sebagai istri, kesalahannya sudah terlalu parah, Yuri telah membuat lelaki yang biasa tegar itu kini menangis terisak-isak.

Langkah kaki Yuri kian mendekat. Tangan perempuan itu telah terulur, siap menyentuh pundak Yesung dengan lembut. Namun urung, saat matanya menangkap sesuatu.

Sebuah komik, yang tergeletak di pangkuan Yesung, rupanya telah membuat bahu lelaki itu tak henti berguncang, menahan tawa, sejak tadi.

Kemarahan kembali menguasai Yuri, dengan lantangnya iya berteriak di hadapan suaminya,

“Yak! Yesung oppa, ceraikan aku sekarang juga!”

 

END

Endingnya gantung? Emang dr awal, saya mau buat ending ff ini gantung hahahaha *ketawa setan* #digaplokreaders. Jadi kalo ada yang minta sequel, mohon maaf, author gak ada niat untuk buat sequelnya. Tapi author janji akan kembali dengan ff lainnya dgn pairing yg berbeda-beda, biar pada gak bosen. Love u all….


53 thoughts on “[Freelance] Loneliness

  1. bhahaha.
    garing sih thor.
    tapi sumpah aku ketawa setan bacanya.
    hahaha.

    endingnya keren bangeeet.
    aku yakin ga mungkin yesung mau ceraiin yuri.

    kasihan yuri unnie.
    suaminya ga peka banget.
    tapi salut jg ma yesung oppa, dia sabar banget.

    nice ff thor.

    Like

  2. ketawa dulu thor..ha..ha..ha…ha..

    endingnya bikin ketawa.
    Yesung g mngkin ceraiin Yuri. *pasti*

    tu orang g peka banget ma istri sendiri?…*dipelototin clouds*

    Like

  3. Aihh ..
    Lucu thoorrrr …..
    Yaa , ga ada sequel . .gapapa lahh …
    Oke thor , aku rquest cast ajaa ..

    Pairingnya KyuFany .. Jarang kan cast ituu …
    Author kan td blng mw bkin FF yg baru . Pairingx KyuFany ya ?
    Please thorr ..
    Makasih kalo mw nanggepin prmntaan aku . Hehe

    Love u thoorrr … Hahahahahahhahaha

    Like

  4. aish… yeppa gak peka banget >,,<
    tapi kekeh banget , kau kira Yeppa nangis 😦 Eh ? ternyata lagi ketawa gara2 baca komik -_-
    tapi aku suka thor Ending gantung 😀
    daebak 😀

    Like

  5. Kelewatan.. ckck.. bener-bener kelewatan thu yesung oppa.. >,<
    ceritanya touching walau humornya garing kriyuk-kriyuk(?).. tapi cukup bikin ngakak gulung-gulung, beneran.. ^^
    Cant speak more words lah, cuma bisa blg DAEBAK dan Ditunggu karya lainnya..
    Fighting! ^^9

    Like

  6. Wahahaha, sial lu thor. Ketipu ane baca ff ini begitu baca endingnya. Ane pikir ff ini ff yang temanya marriage life yang ceritanya serius karena dari awal emang ceritanya udah serius. Eh begitu baca endingnya ane ketawa terbahak2. Ane ketawa karena endingnya lucu n ane merasa udah ketipu ama author. Wkwkwkwk. Lanjutkan thor.

    Like

  7. Ckckck..thor ngakak abis.. wktu yuri tau yesung itu ketawa bukan nangis.. hahaha 😀
    Keren thor FF nya ^^ ditunggu ff lainnya ya 😀

    Like

  8. hahaha, ff nya lucu bgt, awl2nya sih blum krasa(?) yg lucunya, mkin akhir sumpah ngakak bgt, author kren ! kpn2 bikin yg castnya yesyul lagi ya 😀

    Like

  9. Udah dpet feel sedihnya tb2 diakhir jd ngakak…dasar si yesung gak tau apa istrinya udah resah gundah gulana…mantapp author …bikin pairing yoonwon dong…#ngarep

    Like

  10. Bruakakakakak…!!! Cast YulSung emang yg pling cucok daahh bwt ni FF. YulSung jjang!!
    Kocak bgt pas bagian trakhirny. Tpi emang bnr sie, org nangis sm ketawa klo diliat dr blkng gak ada bedany, pundakny sm2 goyang(?) kcuali klo mnimbulkn suara br tw deh itu nangis or ktawa
    Bwt FF YulSung lg ya thor^^ *maklum bawaan panas sm gosip Yeppa – Jiyeon#keselek jambu*

    Like

  11. Thor, request pairingny Eunhyuk – Seohyun doonnk *gak kebayang thor, king of yadong dipairing sm angel maknae bruakakakakak…!!!*
    Jebballll thor

    Like

  12. DEMI APA DEH THORRRRRR!!!! Ini air mata udah diujung mata!!! udah siap-siap mau nangis tapi….. endingnya parah bangettt!!! BIKIN ketawa, ahhhh, gak jadi nangis deh -______-”
    Yakin deh Yesung gak bakal ceraiin Yuri.. ahhh Yesung mahhh, merusak suasana *plakkk
    bagus!! feelnya dapet banget, kata-katanya bagus dan bikin kebawa suasana… tapi rada nyesek baca endingnya -_-
    keep writing!

    Like

  13. ANNYEONG… Wuah… lama banget gag komen nih, sibuk sih *sok sibuk*
    YesYul yah?? Wah, idenya fresh from the oven banget, author yang keren! Hehehehehehehe…
    Kug aku malah merasa ‘so sweet’ sih dari pada komedi?
    Anyway bagus kok, ditunggu karya dengan pairing yang lain dong, RyeoWook-Tiffany mungkin??
    Gomawo, annyeong…

    Like

  14. #gubrak
    yesung parah amat yah? XD kirain dy nangis.
    Eh tau2nya -_- nahan tawa.. Pantes aja istrinye kaga betah. Hahahaha
    Poor buat yuri unnie, sabar selama 5 tahun.. Wkwkkwkwk

    Like

  15. Omo,,yeppa,,ksihan tu yuri eonni,,,,

    kya,,,!! Ku pikir yeppa lgi nangis,,,eeee taunya ,,,,

    thor bkin ff lagi yg cast nya KyuNa donk,,n genre nya school life,,,*readers sotoy,,,

    Like

  16. What? End? Kirain ada penyelesaian masalahnya gitu
    ckck udah ngira aja si yesung beneran nangis, apalagi bahasa pendeskripsiannya kayak gitu, eh taunya..
    Dia beneran ga mikirin istrinya yang mendadak gitu apa gimana _-_

    Like

  17. hahaha …, parah ni ending nya …
    bikin ketawan ngakak …
    dasar yeppa, emang gak pernah peka sama perasaan wanita … #dilemparkacangsamaclouds
    lain kali bikin ff yulsung lagi ya, thor …

    Like

  18. uwaaa~~
    endingnya….endingnya….ada apa dengan endingnya…
    yesung oppa…teganya dikau pada yuri eonni…
    #getok kepala yesung

    Like

  19. Wah wah .. Parah baget thor .. Nagis dah kalo ending nya kaya gini semua ..:'( tp pas liat akhirnya aku ketawa.tp ga ada adegan yg deg degan ..
    Author jahat banget ya
    Tp fighting aja deh buat ff nya lagi

    Like

  20. ya ampun kesian yuri eon,
    yesung masa kea gitu sih… Ngerupus mulu kerjaannya ich…
    Agak jlebb baca endingnya… Huhuhuh
    keren nih ff nya….
    Suka ending gantung soalnya lbh berkesan gt… #apa si???

    Like

Leave a comment