[Freelance] Blood Life In The Love


Title : Yevie world: Blood life in the love

Author : Choi Vie

Main Cast : Kim Jongwoon/Yesung , Choi Soo Mi/Choi Vie

Rating : PG 15

Genre : Romance

Summary : Yesung menjadi penghisap darah karena Jeremy. Jeremy terjebak didalam tubuh Yesung. Hanya Isaura yang mampu menolongnya numan ia membutuhkan bantuan seorang wanita yang sedarah dengannya. Akankah Cho Vie mampu membantu Isaura dan mengembalikan semua keadaan seperti semula?

PS: Don’t be silent reade ya. Author akan semangat berkaya jika respon kalian baik-baik dan membangun. Kamsahamnida. ^^

Diam bukan berarti tak suka. Ku mohon mengertilah aku sebentar saja. Aku tahu aku salah. Tapi semua ini juga bukan mauku. Kau yang datang padaku secara tiba-tiba. seolah-olah kau menyodorkan nyawamu untukku. – Kim Yesung

*

*

Aku mencintaimu. Apapun kulakukan untukmu. Bahkan jika aku bisa menyerahkan nyawaku. Aku akan melakukannya. Sadarlah. Lihatlah aku. – Choi Vie

 

 

***

 

Seogwipo beach, Jeju

Jan, 25-2015

 

 

Yesung duduk terdiam disalah satu sofa. Dihadapannya ada seorang gadis manis bahkan bisa dibilang sangat cantik duduk menghadap kearahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sepertinya gadis itu sedang dilanda rasa senang yang berlebihan. Senyumnya tidak pernah hilang dari bibir tipisnya. Entahlah, apa yang sedang dipikirkan gadis itu.

 

“Kenapa kau mau menikah denganku?”

 

Suara bariton itu memecah keheningan. Matanya menatap tajam kearah gadis lugu didepannya. Sorotnya seakan dipenuhi amarah dan rasa dendam. Gadis manis itu hanya memandang balik Yesung dengan tatapan bersahajanya. Seberapa pun dinginnya Yesung, sepertinya keramahannya akan terus melekat.

 

“Aku ingin membantumu Yesung~ssi. Aku ingin meringankan bebanmu.”

 

“Kau kira menikah itu adalah sebuah permainan? Mengapa kau dengan mudahnya menyerahkan masa depanmu padaku?”

 

Sejenak gadis itu menunduk lemah, namun sedetik kemudian ia menengadah dan kembali tersenyum. Ia seakan tak pernah memiliki beban hidup.

 

“Sekali lagi aku hanya ingin membantumu. Itu saja. Lagipula kita juga sudah terlanjur menikah Yesung~ssi.”

 

Yesung hanya mampu menghela nafas berat mendengar ucapan gadis itu. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan. Semuanya benar-benar membuatnya penat dan marah.

Yesung bangkit dari duduknya dan beranjak meninggalkan gadis itu. Namun baru selangkah ia menghentikan kakinya. Matanya kembali menatap gadis mungil yang masih duduk terdiam disofanya.

 

“Jangan salahkan aku jika kau akan merasa menyesal nantinya.”

 

Suara itu dingin dan penuh dengan ancaman. Yesung kembali melangkah dan berlalu menghilang dibalik pintu kamarnya. Gadis itu meremas ujung sofa. Hatinya berdesir takut mendengar perkataan Yesung. Ia ingin menangis, namun hanya rasa sesak yang keluar. Hanya kesabaranlah yang ia butuhkan untuk mengisi tenaganya sekarang.

 

 

***

 

Pagi ini adalah hari pertama pernikahan Kim Yesung dan Choi Vie. Udara sejuk menghiasi atmosfir kali ini. Bahkan mentari juga tersenyum dengan hangatnya. Vie bangkit dari ranjang. Perlahan berjalan mendekati jendela besar disudut kamarnya. Disibaknya tirai putih nan bersih yang menggantung diatas jendela menampakkan sebuah pemandangan menakjubkan dibaliknya. Rumah Yesung memang terdapat disisi pantai disalah satu sudut negara Korea. Sudah semenjak 3 tahun yang lalu Yesung mengasingkan diri ketempat ini. Membangun sebuah rumah yang berbentuk seperti kastil super besar dan mungkin terkesan menyeramkan karena selama itu pula Yesung tidak pernah peduli atau mengurus rumahnya.

 

Vie membungkuk dan meletakkan kedua sikunya disisi datar jendela. Kedua tangannya ia gunakan sebagai penopang dagunya. Seketika pikirannya menerawang jauh mengingat hal yang baru saja diambilnya. Sebuah keputusan untuk menikah dengan seorang Kim Yesung yang jelas-jelas bisa saja menghancurkannya kapanpun. Tapi perasaan itu kembali menguatkannya. Sebuah perasaan dalam dan manis kepada pria dingin itu. Perasaan yang tulus yang hanya bisa ia berikan kepada Yesung. Sebuah perasaan yang disebut cinta.

 

Flashback~~

 

“K..kau s..sia..pa?”

 

Saat itu keadaan kamar sang gadis terasa sangat mencekam. Bulan purnama diluar sana terlihat sangat sempurna membulat menghiasi langit yang gelap gulita. Sang gadis meringkuk dengan ketakutan dipojok kamarnya. Matanya memerah karena menahan tangis yang hendak meledak. Dan dadanya kembang kempis karena terlalu kesulitan untuk mengatur nafas. Keringat bahkan sudah membanjiri tubuhnya. Gadis itu hendak berlari, namun ia tak kuasa setelah mendapati sebuah sosok seperti dewi dihadapannya seakan mengunci semua sistem kerja tubuhnya. Dewi itu bersayap, cantik, dan tinggi semampai.

 

Sang dewi itu tersenyum. Mungkin tidak ada wanita didunia ini yang memiliki senyum paling cantik seperti dirinya. Benar-benar seperti bidadari yang turun dari surga. Kaki jenjang dewi itu melangkah semakin mendekat. Dibungkukan tubuhnya dan diangkatnya bahu gadis itu. Sebuah aura dingin menyeruak dari sentuhan dewi itu. Menandakan bahwa makhluk itu memang bukanlah seorang manusia.

 

“Bangunlah. Aku Isaura. Isaura Choi. Senang bertemu denganmu saudaraku.”

 

Gadis itu membelalak. Saudara? Sepengetahuannya, ibunya tidak pernah melahirkan saudara kembar dengannya. Apa ibunya menyembunyikan sesuatu? Tapi tidak mungkin. Wanita dihadapannya ini terlihat beberapa tahun lebih tua darinya. Gayanya juga terlihat lebih dewasa. Pasti ada sesuatu dibalik ini semua. Tapi apa?

 

“Aku adalah dirimu dan kau adalah aku. Kita adalah penggambaran diri masing-masing.”

 

Terang sang dewi. Gadis itu terdiam sesaat mencoba memikirkan maksud dari perkataan wanita dihadapannya yang kini tengah duduk bersanding dengannya diranjang. Wanita itu tersenyum menanti Vie mengerti semuanya.

 

“Jadi kita memiliki hubungan?”

 

Tanya Vie yang dibalas dengan anggukan mantap dari sang dewi.

 

“Darahmu dan darahku sama. Meski kita dalam dunia dan wujud yang berbeda. Maaf telah mengejutkanmu. Aku datang karena ada sesuatu yang harus kusampaikan padamu. Ini semua menyangkut kehidupan orang banyak.”

 

Vie semakin memutar otaknya. Tak mengerti sama sekali dengan ucapan dewi itu. Terlalu memusingkan untuknya. Kedatangan yang tiba-tiba ditambah lagi dengan perkata-perkataannya yang seakan sebuah teka-teki yang harus dipecahkan.

 

“Sesuatu tengah merusak diluar sana. Seseorang yang tengah dirasuki makhluk yang sama sepertiku sedang membahayakan semua nyawa. Hanya kau yang mampu menghalanginya.”

 

“Apa? Apa maksudmu? Kenapa aku? Ceritakan yang jelas. Aku tak mengerti apa maksudmu.”

 

“Jeremy Kim. Dia adalah kekasihku. Kami sudah hidup bahagia beribu-ribu tahun lamanya. Tapi sayang, hubungan kami harus hancur dikarenakan ayahku. Dia tak setuju dengan Jeremy yang notabene bukan keturunan penguasa. Ayahku memisahkan kami. Ia mengatakan kalau aku dikirim kebumi agar menjauh darinya. Padahal aku dikurung dikhayangan. Semenjak hari itu aku mendengar kabar kalau Jeremy menjadi dewa yang jahat. Ia dendam pada ayahku dan melakukan segala tingkah frontal. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk turun kebumi. Berusaha untuk mencariku namun tetap dengan tingkah frontalnya. Ku dengar kabar baru Jeremy juga menghisap darah manusia. Namun dia bukan drakula jadi manusia yang dihisap darahnya tidak akan mati atau berubah menjadi drakula. Dia hanya akan lemas. Tapi jika Jeremy menghisap darahnya terlalu banyak ia akan mati karena kehabisan darah. Hal yang sudah menjadi kebiasaannya itu sulit dihilangkan, Jeremy akan membuat manusia yang dirasukinya menjadi sakit dan lemas jika tidak meminum darah, meskipun itu hanya setetes. Kau tidak bisa membayangkan jika Jeremy sedang marah, berapa banyak manusia yang akan mati karena dihisap darahnya?!”

 

Jantung Vie berdetak cepat mendengar penuturan dari sang dewi itu. Mendadak tubuhnya panas dingin. Apa Jeremy Kim yang dimaksudnya sebegitu kejam dan sadis? Lalu apa hubungan Jeremy dengan dirinya?

 

“Apa kau kabur dari khayangan dan turun kebumi?”

 

“Ne, aku tak kuasa melihat Jeremy yang semakin berubah seperti ini.”

 

“Lalu aku harus apa?”

 

“Jeremy akan kembali seperti semula jika bertemu denganku. Namun jiwanya sudah terjebak didalam raga seorang manusia yang bernama Kim Yesung. Mereka sama seperti aku dan kau. Mereka memiliki darah yang sama. Jalan satu-satunya adalah, aku harus merasuki tubuhmu dan kau harus mencintai Kim Yesung dan membuatnya juga mencintaimu dan mengakuinya. Dengan begitu Jeremy bisa bebas dari tubuh itu dan kembali bersamaku. Dan dunia ini akan tenang seperti sediakala.”

 

“Tapi bagaimana caranya? Bahkan aku tak mengenal sama sekali siapa Kim Yesung itu. Harus kemana aku mencarinya Isaura?”

 

“Aku juga tidak tahu. Hanya saja aku bisa sedikit membantumu. Aku dan Jeremy adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Jika aku merasuki tubuhmu maka saat kau bertemu dengan seseorang yang bernama Kim Yesung, kau akan merasakan jantungmu berdetak cepat dan dadamu akan terasa sesak. Maka kau akan tahu bahwa dia adalah kim Yesung. Dan kau harus melakukan apa yang kukatakan tadi.”

 

Flashback end~~

 

Dan tak lama semenjak hari itu saat Vie berlibur dipulau Jeju. Ia bertemu dengan Yesung. Tak butuh usaha keras untuk membuat dirinya jatuh cinta pada Yesung. Karena memang Vie sudah jatuh kedalamnya semenjak pandangan pertama, paras Yesung yang sangat tampan sudah cukup membuatnya tergila-gila dalam sekali pandangan.

 

Mungkin usaha kerasnya adalah membuat Yesung menyukainya. Bahkan sampai sekarang saat ia sudah menikah dengan Yesung, pria itu juga belum bisa menerima keberadaannya. Lalu bagaimana ia bisa menikah dengan Yesung? Itu semua karena Yesung yang sedang terkena masalah keluarga. Keluarga Yesung yang sudah ditinggal 3 tahun olehnya datang ke Jeju dan memaksa Yesung untuk pulang. Yesung menolak dikarenakan ia tak ingin terjadi sesuatu pada keluarga yang disayanginya. Ia sadar bahwa dirinya sudah berubah, namun ia tak tahu apa yang membuat dirinya berubah seperti ini. Dan disaat yang bersamaan Vie datang menolongnya dengan mengatakan bahwa ia adalah calon istri Yesung yang akan segera menikah dengannya dan tinggal di Jeju. Dan akhirnya orang tua Yesung mengijinkan Yesung untuk tinggal jauh dari mereka demi sang ‘calon istri’. Yesung kini bisa bernafas lega, namun ia masih tak habis pikir dengan gadis yang kini hidup berdampingan dengannya. Gadis yang mau bersusah payah menjalani hidup dengan sikap ketus dan dinginnya. Bahkan gadis itu menerima Yesung apa adanya meski hanya kesedihan yang selalu Yesung berikan padanya.

 

Cklek~~

 

Terdengar suara pintu dibuka. Pasti itu Yesung. Pikir Vie. Darimana Yesung pagi-pagi seperti ini? Apa semalaman ia tidak ada dirumah? Yesung dan Vie memang tidur terpisah. Semenjak semalam Yesung memang pergi keluar, namun Vie sama sekali tidak tahu kalau Yesung juga tidak pulang. Lalu kemana dia?

 

Vie yang penasaran langsung keluar dari kamarnya untuk meminta penjelasan dari Yesung. Dihampirinya Yesung yang kini sedang terduduk disofa diruang tengah. Terlihat disana Yesung tengah menyandarkan tubuhnya dipinggiran sofa sembari memijat kepalanya. Vie pun berjalan semakin mendekatinya. Saat tubuhnya sudah berada dihadapan Yesung, tercium bau anyir yang sangat memualkan. Ada apa dengan Yesungnya? Apa yang dikatakan Isaura itu benar-benar nyata? Apa Yesungnya benar-benar melakukan itu? Vie memang belum pernah melihat Yesung melakukan tindakan sadis itu.

 

“Yesung~ssi..”

 

Sebuah panggilan lirih keluar dari bibirnya. Tubuh Yesung menegang seketika. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan kepada Vie untuk menjelaskan keadaannya sekarang. Gadis itu pasti akan sangat ketakutan melihatnya.

 

“Ada apa?”

 

Berusaha untuk tenang Yesung memilih untuk bersikap dingin. Gadis itu tidak mungkin bersikap macam-macam jika yesung sudah mengeluarkan sisi ketusnya.

 

“K..kau dari mana saja?”

 

Takut-takut Vie berusaha untuk melontarkan sebuah pertanyaan yang mewakili rasa penasarannya. Yesung menghela nafasnya berat. Ia sudah tahu bahwa akhirnya akan begini. Bahwa perbuatannya mau tak mau pasti akan diketahui orang lain. Dan yang lebih menakutkan adalah bahwa yang mengetahui itu untuk pertama kalinya adalah istrinya. Meski Yesung masih belum bisa menerima keberadaannya, tapi ia juga seorang pria yang memiliki hati nurani terhadap seorang wanita. Mana mungkin ia tega melihat istrinya takut akan kepribadiannya yang mengerikan ini. Jadi ia memilih untuk diam dan tak menjawab pertanyaan istrinya itu.

 

Vie dengan segala kekuatan hati akhirnya duduk dilantai menghadap Yesung. Diusapnya peluh yang keluar dari dahi sang suami. Meski sejujurnya ia ingin sekali muntah karena bau anyir yang begitu menyeruak dari tubuh Yesung, tapi ia tetap mencoba untuk bertahan dan bersikap biasa saja. Seolah-olah ia tak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

 

“Kau pasti lelah. Istirahatlah. Aku akan membuatkan air hangat untuk kau mandi dan memasakkan makanan untukmu.”

 

Vie mengecup pipi Yesung. Namja itu semakin membeku. Ini adalah pertama kalinya ia merasakan sentuhan seorang wanita selain ibunya. Hatinya berdesir. Aliran darahnya seakan naik seluruhnya kekepala. Ada apa dengan dirinya?

 

***

 

Setelah selesai membersihkan diri Yesung kini menghampiri Vie diruang makan. Disana meja makan telah tertata rapih dengan berbagai makanan lezat mengisi penuh meja bundar itu. Dan disalah satu sisinya sudah bertengger manis seorang gadis cantik yang menunggunya untuk menyantap makanan itu bersama.

 

“Kau sudah selesai? Ayo kita makan!”

 

Seru Vie semangat. Yesung hanya membalasnya dengan tatapan datar. Ia tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan rasa terima kasihnya pada gadis itu yang telah rela memasakkan ini semua uuntuknya.

 

Yesung kini mendudukan tubuhnya dikursi yang berhadapan dengan gadis itu. Sementara Vie kini sedang berusaha melayani sang suami. Disendokan nasi kepiring Yesung ditambah dengan beberapa lauk didalamnya. Yesung hanya memandang gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Hingga akhirnya ia menyantap makanan itu sesuap demi sesuap kedalam mulutnya.

 

“Kau tidak perlu bersikap seperti ini padaku. Tidak perlu bersikap seolah-olah kau istri yang baik karena aku tidak akan pernah bisa membalas perbuatanmu.”

 

Vie tercekat. Rasanya makanan yang sedang dikunyahnya tidak mampu tertelan. Bagaimana bisa Yesung mengatakan itu padanya? Apa sampai akhir pun Yesung tidak bisa mencintainya?

 

Vie memandang Yesung sekilas. Pria itu benar-benar dingin dan ketus padanya. Selama ini Vie tidak pernah meminta Yesung memperhatikannya atau peduli padanya. Yang ia mau hanya Yesung mencintainya, karena dengan begitu Vie bisa melihat Yesung terbebas dari Jeremy yang merasuki tubuhnya. Yesung bisa menjalani hidup normalnya seperti dulu. Tidak perlu melakukan hal kejam kepada semua orang.

 

“Apa sampai kapanpun kau tidak bisa melihat aku yang ada disisimu?”

 

Yesung menghentikan makannya. Kembali ia menghela nafas mendengar pertanyaan yang terlontar dari gadis didepannya. Ia tidak tahu. Sama sekali tidak tahu apa yang harus ia katakan. Otaknya serasa kosong tiap kali ia berhadapan dengan gadis itu.

 

“Aku hanya bisa menyakitimu. Bukankah ini semua adalah keputusanmu? Aku tidak pernah menyuruhmu untuk menikah denganku dan hidup bersamaku. Jadi, jangan pernah memaksa atau menyalahkanku atas semua ini. Ini semua salahmu.”

 

Yesung bangkit dari kursinya. Terlihat ia juga tak menghabiskan makanannya. Ia pergi meninggalkan Vie begitu saja. Pergi keluar dari rumah kastil ini tanpa memberitahu akan kemana. Bukankah ia baru saja pulang pagi ini? Lalu mau kemana lagi dia?

 

Vie menundukkan kepalanya diatas meja. Cairan bening keluar dari kelopak mata indahnya. Ia menangis. Entah siapa yang harus ia salahkan. Ini bukan maunya. Kenapa takdir begitu mempermainkannya? Kenapa ia harus ditakdirkan dengan seseorang yang bernama Yesung?

 

 

***

 

 

Seogwipo beach, Jeju

Nov, 25-2015

 

 

Sepuluh bulan sudah pernikahan mereka berlalu. Air mata Vie sudah cukup terkuras hanya untuk menangisi sikap Yesung. Kini Yesung sudah berani membentaknya hanya karena Vie membongkar perbuatan keji suaminya itu. Ia geram tiap kali mendapati Yesung pulang pagi hanya untuk menghisap darah seorang manusia yang tidak bersalah. Kapan Yesungnya akan sadar dan kembali normal? Sampai kapan ia harus menunggu? Ia sudah tak kuasa mendengar berita diluar sana banyak korban jiwa hanya karena ulah Yesung. Untung saja suaminya itu tidak pernah tertanggap basah sedang membunuh mangsanya. Jika tidak, apa yang akan terjadi pada diri Yesung? Bisa saja suaminya itu dibunuh oleh masyarakat. Bukankah itu sangat menakutkan? Ini semua juga bukan kemauan Yesung. Mereka berdua sama-sama lelah menghadapi ini semua.

 

Hari ini jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Vie masih terjaga didalam kamarnya. Ia begitu mencemaskan Yesung. Ia takut malam ini Yesung kembali keluar untuk mencari korban. Apa yang harus ia lakukan agar suaminya tidak pergi?

 

Vie berjalan mondar-mandir mengelilingi kamarnya. Ia berusaha untuk memecahkan persoalan ini. Ia tak mungkin memaksa Yesung untuk mencintainya. Pria itu sangat dingin, Vie cukup lelah menangis hanya karena pria itu. Akhirnya bola matanya menatap benda-benda yang tergeletak diatas meja kecil disamping ranjangnya. Benda-benda itu adalah gelas berisi air mineral dan sebilah pisau buah yang tersimpan didalam keranjang buah kecil miliknya. Vie berjalan mendekati meja kecil itu. Diraihnya gelas itu dan ditenggaknya air mineral itu sampai habis. Sementara tangannya yang lain meraih pisau itu.

 

“Aku tahu apa yang harus aku lakukan untukmu Yesung~ssi.”

 

Seketika Vie menggerakkan pisau itu keleher putihnya. Memberinya sebuah sayatan kecil disana namun mampu membuatnya mengeluarkan darah cukup banyak. Lalu ditampunya darah itu kedalam gelas. Ia mengisi gelas itu dengan darah sampai seperempatnya. Setidaknya itu sudah cukup hanya untuk memuaskan hasrat Yesung.

 

“Sshh…”

 

Ia meletakkan pisau itu ketempatnya. Matanya berkunang dan kepalanya sedikit pening karena baru saja kehilangan darah. Ia mengambil tissue yang juga tergeletak dimeja itu. Membersihkan bekas darah dilehernya dan mengambil syal untuk menutupi luka sayatannya. Ia tak ingin Yesung tahu dengan apa yang diperbuatnya barusan. Bukankah ini pengorbanan yang cukup manis? Demi Yesungnya.

 

Trap~~

Trap~~

 

Vie mendengar derap langkah dari luar kamarnya. Ia tahu, itu pasti langkah kaki Yesung yang hendak pergi keluar. Dengan tergesa-gesa ia membawa gelas berisi darahnya itu dan keluar dari kamarnya.

 

“Yesung~ssi!!”

 

Vie berusaha menghentikan kaki Yesung yang sebentar lagi akan menghilang dari balik pintu rumah mereka. Yesung membalikkan tubuhnya menatap yeoja itu. Sementara Vie dengan cepat berlariu kearah Yesung.

 

“Ini. Untukmu. Ku mohon jangan lagi pergi keluar dan menyakiti orang lain.”

 

Vie menyodorkan gelas itu kehadapan Yesung. Pria itu sukses membelalak tak percaya. Darimana gadis itu mendapatkan darah? Batinnya bertanya-tanya. Dengan ragu Yesung menerima gelas itu. Sejujurnya hasratnya sudah memuncak saat ia mencium bau anyir darah itu. Namun ia tetap menjaga diri agar tidak memperlihatkan sisi lain dirinya didepan sang istri.

 

“Darimana kau dapatkan ini?”

 

Akhirnya rasa penasarannya tak mampu ia pendam. Dipandangnya gadis itu secara seksama. Berusaha mencari kebenaran atas jawaban yang akan gadis itu lontarkan padanya.

 

“Sudahlah, kau tidak perlu tahu. Mulai malam ini kau jangan lagi pergi keluar rumah. Aku tak ingin kau tertangkap oleh orang lain.”

 

Yesung hanya diam. Ia masih bertanya-tanya darimana gadis itu mendapatkan darah untuknya.  Apa gadis itu pergi membunuh? Tapi jika memang benar, kenapa darahnya begitu sedikit? Namun rasa penasaran itu tidak berlangsung lama setelah digantikan dengan rasa sakit dan lemas disekujur tubuhnya. Ia harus cepat-cepat menenggak darah ini sebelum tubuhnya jatuh pingsan. Tanpa mempedulikan gadis dihadapannya Yesung mengarahkan sisi gelas itu kemulutnya. Menelan sedikit demi sedikit darah yang tak diketahuinya itu. Sampai akhirnya rasa dahaganya hilang.

 

‘Apa kau merasa baikan Yesung~ssi? Syukurlah, setidaknya satu nyawa selamat malam ini dari kekejamanmu. Apa sebegitu sulitnya kah kau mencintaiku? Berhentilah melakukan itu. Aku akan melakukan apapun untukmu Yesung~ssi’

 

Vie menangis dalam hati sembari memandang Yesung didepannya. Pria itu sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.

 

***

 

Yesung dan Vie duduk bersama diruang tengah. Mereka berdua hanya saling diam sembari menonton sebuah film yang Yesung putar dari dvd koleksinya. Awalnya Yesung sedikit sungkan Vie bersamanya. Bukan karena ia tidak suka, melainkan karena ia begitu canggung berada didekat gadis itu.

 

Yesung memang tidak mempunyai kegiatan lain. Ia tidak pergi bekerja seperti suami-suami pada umumnya karena memang awalnya Yesung adalah seorang pengusaha muda yang sukses. Ia juga merupakan salah satu orang terkaya diKorea. Hidupnya sudah terjamin. Ia menyerahkan segala perusahaannya kepada adik semata wayangnya. Semua kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi tanpa perlu bekerja keras.

 

“Yesung~ssi.”

 

Vie berusaha untuk memecah keheningan diantara keduanya.

 

“Hm?”

 

“Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Tidakkah kau ingin menikmati dunia luar? Disana begitu menyenangkan.”

 

Yesung mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Menoleh menatap gadis yang duduk disampingnya dengan tatapan yang seketika langsung membuat hati Vie mengkerut ketakutan. Apa pertanyaannya salah?

 

“Kalau kau ingin pergi. Pergi saja sana. Aku tidak akan menahanmu untuk tinggal disini selamanya. Kau bebas. Aku tidak pernah memintamu untuk bersamaku kan?”

 

Seketika sebuah jarum menusuk hati Vie begitu dalam. Kapan pria ini akan bersikap ramah dan baik kepadanya? Ia hanyalah wanita biasa. Hatinya lama-kelamaan akan rapuh juga. Bahkan sepertinya ia mulai merasakan sebuah kelelahan. Apa pria ini tidak pernah melihat semua usaha yang telah dilakukannya?

 

“Kapan kau akan melihatku Yesung~ssi? Apa sebegitu bencinya kau padaku? Kenapa kau tak menjadikanku sebagai salah satu korbanmu, huh? Dengan begitu aku tidak akan mengusik hidupmu lagi.”

 

Derai air mata Vie sudah mengalir deras dipipinya. Dengan amarah dan emosi yang memuncak ia menampar pipi Yesung sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Yesung dan mengurung diri didalam kamar. Pria itu hanya terdiam. Ia tahu ia salah, itulah sebabnya ia hanya diam. Merasakan seberapa perihnya tamparan gadis yang selama ini telah bersabar menghadapinya.

 

***

 

Malam telah larut. Seperti ada alarm yang membangunkannya, Yesung pasti langsung terjaga ditengah malam seperti ini. Rasa dahaga seakan menariknya paksa dari alam mimpinya. Sejujurnya Yesung sudah lelah dengan semua ini. Namun jika ia tidak melakukannya sama saja ia membunuh dirinya sendiri.

 

Seketika indera penciumannya menangkap sebuah aroma. Aroma khas kesukaannya beberapa tahun terakhir ini. Aroma yang hanya bisa ia dapatkan dari tindakan kejamnya. Ia memalingkan wajahnya. Mendapati sebuah gelas yang sudah terisi darah. Gelas yang sama seperti yang istrinya berikan semalam. Apa Vie memberikan darah lagi untuknya? Bukankah gadis itu sedang marah padanya? Kenapa ia masih saja bersikap peduli pada Yesung? Bahkan dengan bodohnya Yesung membiarkan begitu saja sang istri terluka tanpa berniat untuk meminta maaf padanya.

 

“Darimana kau mendapatkan ini Vie~ya?”

 

Gumam Yesung seraya menenggak darah itu untuk melepas dahaganya. Ia menyadari satu hal tentang darah ini. Rasanya sangat manis. Ia belum pernah merasakan darah semanis ini sebelumnya. Rasanya sama seperti semalam. Begitu aromanya. Memabukkan.

 

“Gumawo.”

 

Yesung meletakkan gelas itu diatas nakas. Sebuah senyum terukir diwajahnya. Senyum yang pertama kali ia tunjukkan setelah hampir 4 tahun terakhir dirinya berubah. Apa karena darah itu? Apa ia begitu menyukainya? Tidakkan ia tahu asal muasal darah itu? Untuk mendapatkannya ada seseorang yang harus merintih kesakitan disana. Dan ia sama sekali tidak mengetahuinya.

 

***

 

Hari demi hari telah berlalu dan bulan pun telah berganti. Yesung kini sudah tidak pernah lagi keluar dimalam hari untuk mencari mangsa semenjak Vie selalu memenuhi kebutuhannya akan darah.

 

Namun semakin lama kehidupan rumah tangganya semakin berbeda. Vie tidak lagi pernah berbicara banyak pada Yesung. Ia akan berbicara hanya untuk sekedar mengingatkan Yesung untuk makan atau hal-hal yang dianggapnya sangat penting.

 

Pagi ini Vie sibuk memasak didapur. Entah mengapa mata Yesung sejak tadi tak pernah lepas mengamati sang istri. Seperti ada sebuah ketertarikan. Dan tubuhnya seakan mengerti akan dirinya, jantungnya berdetak cepat begitupun dengan dadanya yang terasa sesak. Ia masih tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.

 

“Aw! Ssshh!”

 

Vie seketika menjatuhkan pisaunya kelantai. Sepertinya tengah terjadi sesuatu padanya. Yesung yang merasakan ketidak beresan pada istrinya langsung berlari menghampiri Vie. Dilihatnya gadis itu sedang meringis kesakitan memegangi tanganya. Jarinya teriris pisau ketika ia sedang memotong sayuran yang hendak dimasaknya.

 

Dengan gerakan spontan Yesung menghisap darah yang keluar dari ujung jari istrinya. Saat darah didalam mulutnya itu menggenang tubuh Yesung membeku seketika. Rasa darah itu seakan familiar didalam mulutnya. Aromanya juga begitu dihafalinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Yesung menoleh mendapati istrinya kini tengah memejamkan mata. Menahan rasa perih dijarinya.

 

“Gwenchana?”

 

Tanya Yesung. Ia berusaha menahan kebingungannya tentang darah itu.

 

“Aku baik-baik saja. Gumawo Yesung~ssi.”

 

Vie langsung menyibukkan diri menyiapkan makan siang mereka. Ia tak ingin berlama-lama didekat Yesung karena itu akan semakin menyakiti hatinya. Ia tak sadar bahwa Yesung kini sedang berusaha mencari tahu tentang dirinya dan darah itu.

 

***

 

Semenjak hari itu Yesung semakin merasa bahwa Vie menjauh darinya. Ia hanya akan bertemu dengan Vie saat sarapan pagi, makan siang dan makan malam. Itu pun hanya sebentar karena gadis itu sudah makan lebih awal darinya. Gadis itu akan langsung mengurung diri setelah makannya selesai. Yesung sendiri sudah amat sangat jarang mendengar suara gadis itu. Apa gadis itu sangat marah padanya?

 

Saat ini makan malam tengah berlangsung. Lagi-lagi gadis itu sudah selesai saat Yesung baru saja akan memulai makannya. Yesung menatap geram sang istri. Ia begitu terlihat sangat kesal. Hey, bukankah ini adalah kemauannya dulu? Kenapa ia bersikap seperti ini sekarang? Apa ia sudah menyesal? Kenapa ia begitu terlambat?

 

“Sampai kapan kau akan terus mengacuhkanku?”

 

Yesung mencengkram pergelangan tangan Vie saat gadis itu hendak pergi meninggalkannya. Hati Vie terasa berdesir. Ini pertama kalinya Yesung mengomentari tindakannya. Tapi tetap saja rasa sesak didadanya akibat Yesung masih terasa jelas. Selama ini pria yang berstatus sebagai suaminya itu tidak pernah bersikap baik padanya.

 

“Lepas Yesung~ssi. Aku lelah dan ingin tidur.”

 

Vie berusaha meronta dan melepaskan tangan Yesung. Namun pria itu semakin kuat mencengkram tangannya. Yesung tak tahu harus berkata apa. Ia begitu bingung bagaimana caranya mencegah gadis ini untuk tetap bertahan disisinya dan tidak menjauhinya seperti akhir-akhir ini.

 

Hening. Keduanya hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Yesung mengalah dan melepaskan Vie.

 

“Istirahatlah. Kau terlihat pucat akhir-akhir ini. Jika kau sakit katakan padaku.”

 

Vie tidak mengindahkan ucapan Yesung dan langsung berlari masuk kedalam kamarnya.

 

***

 

Malam ini Yesung tetap terjaga. Ia begitu penasaran dengan Vie yang bisa mendapatkan darah itu. Yesung duduk diruang tengah. Menanti Vie jika memang benar gadis itu pergi keluar untuk membunuh dan memberikan darah untuknya.

 

Satu jam…

 

Satu setengah jam…

 

Dua jam…

 

Dua setengah jam…

 

Tiga jam..

 

Sampai akhirnya..

 

“Shh..aarrgghhh…”

 

Sebuah ringisan terdengar ketelinga Yesung. Ringisan seorang gadis yang berasal dari kamar Vie. Bahkan suara itu begitu mirip dengan Vie. Apa yang terjadi disana? Kecemasan mulai menggerogoti Yesung. Apa yang terjadi dengan istrinya? Akhirnya dengan terburu-buru ia berlari menuju kamar sang istri. Dan suara ringisan itu semakin jelas terdengar. Sebuah ketakutan juga mulai menyelimuti perasaannya.

 

“Vie~ya kau didalam? Apa yang terjadi?”

 

Yesung dengan brutal menggedor-gedor pintu kamar Vie yang memang dikunci dari dalam. Kini yang terdengar ditelinganya adalah sebuah suara isakan-isakan kecil dari dalam. Apa istrinya sedang menangis? Tapi kenapa?

 

“Kumohon buka pintunya.”

 

Yesung berusaha memohon. Namun tetap tak ada jawaban dari dalam. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang membahayakan diri istrinya? Pastinya ia akan kecewa seumur hidupnya. Semenjak ia meminum darah misterius pemberian istrinya itu, perasaan Yesung semakin tak menentu. Ia seperti merasakan sebuah perasaan yang selama ini orang sebut sebagai cinta. Apa ia sudah mencintai istrinya? Mungkin.

 

“Kumohon jangan membuatku cemas Vie~ya.”

 

Yesung kehabisan kesabaran. Ia menguras otaknya mencari ide untuk membuat pintu itu terbuka. Akhirnya dengan mengumpulkan segala tenaganya Yesung mendobrak pintu itu sampai akhirnya menjeblak lebar.

 

Mata Yesung seketika terbelalak setelah mendapati seorang wanita tengah terisak lemas diatas lantai. Tubuhnya seakan tak memiliki tenaga sama sekali. Ia begitu lemah dan tak berdaya. Darah berceceran dimana-mana. Dan yang paling membuat hati Yesung terpukul dan sakit adalah mendapati kenyataan bahwa istrinya rela menyiksa tubuhnya hanya untuk memenuhi hasrat dahaganya.

 

“Vie~ya!!”

 

Yesung berlari menghampiri Vie. Seketika tubuhnya langsung mendekap erat tubuh sang istri. Memberikan kehangatan yang mungkin saja dapat memulihkan tenaganya meskipun hanya sedikit.

 

“Jadi selama ini kau melakukan ini untukku?”

 

Yesung menangkup pipi Vie dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain merengkuh tubuh sang istri mendekap posesif didalam dadanya. Gadis itu hanya semakin terisak. Wajahnya penuh peluh dan air mata. Sementara pakaiannya penuh dengan darah yang mengalir dari lehernya.

 

“Kenapa? Kenapa kau lakukan ini?”

 

Yesung menatap dalam kedua manik mata Vie. Perasaan berasalah kini bersarang didirinya. Betapa tega dan kejamnya ia selama ini padahal istrinya sudah berbaik hati memberikan perhatian padanya. Bahkan rela kesakitan demi dirinya.

 

“A..ku..hanya..ingin..menolongmu..Yesung~ssi.”

 

Jawab Vie seraya menahan sakit dilehernya.

 

“Kenapa? Kenapa itu selalu kau jadikan alasan? Bukankah kau juga pernah mengatakan kau menikah denganku juga hanya ingin menolongku? Apa yang sebenarnya terjadi Vie~ya? Jangan membuatku bingung seperti ini.”

 

“Didalam dirimu, ada Jeremy disana. Dia yang membuatmu berubah seperti ini.”

 

“Jeremy? Siapa dia? Jadi aku menjadi manusia peminum darah karena dia?”

 

“Ne, dan didalam diriku ada Isaura. Ia adalah kekasih Jeremy. Hanya dia yang mampu mengendalikan Jeremy. Dan mengembalikan semuanya seperti semula dengan satu hal.”

 

“Satu hal? Apa?”

 

Yesung mendekap tubuh Vie semakin erat. Gadis itupun menangis semakin keras. Meremas baju Yesung dibagian dada. Ia ingin mengatakan hal itu. Tapi rasanya tidak mungkin mengingat Yesung tidak mungkin mencintainya.

 

“Tidak bisakah kau melihatku Yesung~ssi?”

 

Yesung merenggangkan pelukannya. Menatap gadis itu dengan tatapan penuh sayang. Mana mungkin ia tidak melihat gadis itu setelah akhir-akhir ini pikirannya hanya dipenuhi dengan gadis cantik yang menderita karena dirinya itu.

 

“Aku disini untukmu. Mianhae. Jeongmal mianhaeyo Vie~ya. Selama ini aku selalu menyakitimu.”

 

“Apa kau mencintaiku Yesung~ssi?”

 

Vie menahan nafasnya saat menanyakan hal itu. Ia tidak sanggup jika mengetahui perasaannya akan tetap bertepuk sebelah tangan. Dengan ragu ditatapnya mata Yesung. Perlahan sebuah senyum yang belum pernah Vie lihat terkembang dibibir Yesung.

 

“Ne. Saranghae nae anae. Jeongmal saranghaeyo.”

 

Tangis Vie semakin pecah. Apa ia sedang bermimpi saat ini? Tak ada hal didunia ini yang paling membahagiakan kecuali mendapati suaminya juga mencintai dirinya,

 

“Nado. Saranghae.”

 

Yesung merasakan sebuah kelegaan yang luar biasa. Ini semua berkat gadis dipelukannya. Ia tidak akan sanggup menjalani hari-harinya lebih lama jika tidak ada gadis ini disisinya.

 

Perlahan tangan Yesung merengkuh tengkuk gadis itu dan tangannya yang lain semakin erat mendekap tubuh mungilnya. Bibirnya menjangkau bibir sang istri. Memberinya ciuman pertama yang lembut dan penuh perasaan.

 

“..Nngghh..”

 

Mereka saling mendekap seerat mungkin. Dan ciuman itu pun semakin dalam. Keduanya berusaha mengalihkan rasa sakit saat sesuatu dirasakan keluar dari tubuh masing-masing. Sampai akhirnya lepas seutuhnya dari tubuh Yesung dan Vie.

 

“Gumawo.”

 

Sebuah suara menginterupsi mereka. Ciuman dan pelukan mereka lepas. Keduanya menoleh menatap ke sumber suara. Dilihatnya sepasang pria dan wanita yang saling menggenggam satu sama lain. Yang tidak lain adalah Jeremy dan Isaura.

 

Vie dan Yesung hanya mampu tersenyum membalas ucapan mereka. Tubuh mereka terlalu lemah dan tenaganya seakan terkuras habis setelah jiwa Jeremy dan Isaura keluar. Dan tak lama keduanya menghilang begitu saja dari hadapan mereka berdua.

 

“Jadi karena mereka selama ini kau rela berkorban untukku?”

 

Yesung kembali fokus kepada sang istri.

 

“Ne.”

 

“Kenapa kau tidak pernah bercerita padaku?”

 

“Bercerita apa? Bahkan rasanya menatapku saja kau tidak sudi Yesung~ssi.”

 

Yesung kembali mendekap Vie kedalam pelukannya. Ia memang sudah keterlaluan selama ini. Sungguh tak bersyukur mendapatkan istri yang setia dan penyayang.

 

“Ssstt.. Jangan bicarakan itu lagi, ne? Mianhae. Sekarang kita mulai semuanya dari awal. Arra?”

 

Vie mengangguk lemah. Ia terlalu bahagia sekarang. Yesung menggendong Vie dan membaringkannya diatas ranjang,

 

“Diamlah disini. Aku akan mengambil obat untuk mengobati luka dilehermu.”

 

Sebuah kecupan singkat mendarat dibibir Vie. Gadis itu menunduk malu. Rona dipipinya begitu merah. Yesung yang menyadarinya hanya terkekeh kecil. Ternyata kehidupan percintaan begitu manis. Ia menyesal tak melakukannya dari dulu.

 

Yesung pun melenggang keluar kamar dengan hati yang begitu berbunga sebelum akhirnya ia menghentikan kakinya diambang pintu sebelum melanjutkan langkahnya keluar.

 

“Nyonya Kim, kau begitu manis. Sepertinya malam ini aku tidak dapat menahannya. Bersiaplah untuk kelelahan dan lemas sampai esok pagi.”

 

Mata gadis itu membulat seketika. Sementara Yesung dengan santainya keluar dari kamar.

 

“YAK!! KIM YESUNG!!!!!!!!!!”

 

“HAHAHAHAHA…”

 

 

 

_End_

 

 

Buat cerita yg lain buka wp author : http://yeviecouplefanfiction.wordpress.com

 

Ending

 

Ending

 

Ending

 

Fiuh~ *elap keringet*

 

Gaje kah?

 

*Udah pasti*

 

Jeongmal mianhae.~

 

*Nangis sesenggukan dipelukan Yesung*

 

Ga tau dapet inspirasi darimana. Abis liat rambut baru Yesung yang merah merona pikiran jadi kacau. Suamiku yang satu itu ada aja tingkahnya. Tambah keren tambah cakep tambah seksi.

 

*Kunciin Yesung dikamar.*

 

Oh ya kalian udah tau kan siapa Jeremy Kim?

 

Yaph! Itu adalah nama asing Yesung, Dan kalo Isaura Choi itu nama Asing author

 

*Ga nanya*

 

*Nangis guling-guling*

 

Author sengaja masukin nama asing author dan Yesung dicerita ini. Karena emang ada sangkut pautnya sama cerita ini. Ya buat sekilas cerita tentang kisah author dan yesung juga. Cuma disitu didunia dewa-dewi.

 

*Ngomong apa sih lo*

 

Aku bawel banget ya?

 

*Udah tau nanya*

 

Yaudah deh. Segitu aja cuap-cuapnya. Untuk reader yang manis-manis kayak gulali. Aku Cuma butuh komen. Tentunya komen yang membangun biar aku tambah semangat membuat karya-karya tentang Mr.Bagol

 

*Dicium Yesung oppa*

 

Yaudah sekarang aku pamit undur diri.

 

Kamsahamnida!!!!

 

*Deep bow*


7 thoughts on “[Freelance] Blood Life In The Love

  1. agak merinding pas tau klau yeppa suka minum darah manusia,,hi…ngeri..

    Tapi daebbak,,, vie perhatian bgt ma yeppa ,, so sweet,,,
    daebbak”,, author daebbak,,,

    Like

  2. kereen. feelnya dapet. tp mian nih author, agak terganggu jg sama nama tokoh disini yang gak pake namkor hehee. coba author pake namkornya ^^

    selebihnya keren. hwaiting! ^^9

    Like

  3. Ff.a ckup bwt aq mrinding…. Pa lgi wktu vie yg ngorbanin drah.a u/ yesung… So sweet, pa lgi vie yg dgn sbar nunggu yesung u/ cinta ma dy…
    Nice ff >_<

    Like

Leave a comment