[Freelance] Bumped


Bumped

Characters :

Sooyoung, Siwon (Soowon)

Jalanan Seoul | Jumat, 29 April 2011 | 22.55

Seorang yeoja bertubuh kurus tinggi melangkahkan kakinya keluar dari sebuah bar malam, gemerlapan lampu bar malam itu menyinari hampir setengah bagian jalan tempatnya berada.

Yeoja itu terhuyung dan melanjutkan kembali langkahnya yang mana semakin lama semakin tak stabil akibat pengaruh bergelas-gelas Martini yang telah ia minum. Samar-samar bibirnya tampak menyunggingkan cengiran licik dan menggumamkan sesuatu yang tak jelas.

Tiba-tiba sesuatu, lebih tepatnya seseorang menubruk bahu kanannya. Reflek ia berpaling dan melontarkan makian kepada penubruknya. Yang dimaki pun hanya diam, mengernyit, dan akhirnya menghadap kembali ke arah tujuannya semula.

Tak lama yeoja tadi kembali terhuyung, lebih tak terkontrol, sambil mencengkeram kepalanya yang mendadak terasa berputar. Sepuluh detik kemudian yeoja itu terjatuh. Bukan di atas jalanan, namun dalam dekapan seorang namja yang tadi menubruknya.

SM Apartment | Sabtu, 30 April 2011 | 07.12

Sinar mentari menyeruak dan menyilaukan matanya, kembali ia menutup singkat matanya untuk menyesuaikan diri. Setelah terbiasa, ia melihat lingkungan di sekitarnya ; normal dan terlalu wajar, tak seperti yang biasa ia lihat.

Setelah agak lama meresapi kamar tempatnya berada, ia turun dari ranjang yang sedari tadi malam ia gunakan untuk tidur. Pikirannya terus menerka siapa pemilik tempat yang ia singgahi. Ia agak yakin tadi malam ia tak menghubungi siapapun, walaupun sebenarnya ia tak memiliki siapapun kenyataannya. Atau mungkin secara tak sadar ia menghubungi seseorang? Ia tak ingat. Samasekali. Apapun.

Kaki jenjangnya terus membawanya ke depan pintu yang (lagi-lagi) berwarna putih. Agak ragu ia memutar kenopnya dan sebelum melangkah keluar ia memperhatikan keadaan di luar kamar itu. Sepi. Namun samar ia mencium sesuatu. Aroma manis pedas yang membuatnya tersadar ia amat sangat kelaparan. Tak ragu lagi ia menghampiri sumber dari bau yang membuat perutnya berbunyi.

Langkahnya terhenti di dekat pantry, tempat bau yang maha menggoda itu berasal, ia melihat seorang namja putih dan tinggi sedang mengaduk-aduk sesuatu. Walupun namja itu membelakanginya ia tahu bahwa ia perduli terhadap ‘bentuk’ tubuhnya. Terlihat dari otot-otot lengan yang agak menyembul di balik kemejanya. Selain itu bila diperhatikan lebih lama, mungkin akan banyak menduga (atau memang faktanya ) bahwa ia seorang model.

‘Dari belakang ia terlihat cukup tampan,’ batin yeoja itu.

Belum satu detik ia berpikir seperti itu, namja yang sedari tadi ia perhatikan berbalik, mungkin menyadari dirinya sedang diperhatikan. Setelah namja itu mengetahui siapa yang memperhatikannya ia tersenyum kecil.

“Bagaimana keadaanmu? Lebih baik?” ucapnya. Senyum kecilnya masih tak hilang dari mukanya, yang mana membuat yeoja tadi menaikkan alis; tebakannya benar, tampan.

“Ne,” jawabnya pendek.

“Kau ingin makan sekarang? Sebenarnya be-,” belum selesai ia bicara seseorang tiba-tiba masuk ke apartemennya. Yahh, sebenarnya fakta bahwa orang itu berteriak menyebut seseorang bernama Choi Siwon-lah yang membuat namja tadi terhenti.

“CHOOIII SIWOONNN,” kembai suara itu terdengar. Kali ini yeoja itu menyadari dan menduga bahwa sang pemilik suara adalah wanita yang mungkin lebih tua darinya.

Tak lama, seakan membenarkan dugaan yeoja itu, seorang wanita berparas agak mirip dengan namja di depannya muncul. Raut mukanya agak kesal tapi berganti menjadi kaget, kemudian senang. Yeoja tadi memperhatikan raut wanita tadi berubah senang ketika memandangnya. Perasaannya tak enak.

“Omma, kenapa tak bilang dulu jika ingin kemari?” namja tadi memecah kesunyian. Tampak jelas dari suaranya ia merasa terganggu dan risih.

“ Omma sudah mencoba menghubungimu tadi malam, kau tidak menjawabnya kan? Bukan salah Omma….”

“Mwo? Aku kan sedang ra-“ lagi, namja tadi belum sempat meyelesaikan kalimatnya ketika Omma-nya itu sudah mulai bicara lagi. Namun ia menatap yeoja yang dari tadi hanya memperhatikan.

“Nuguya? Ahh, kau pasti yeojanchingu Siwon… Ahh betapa cantiknya dirimu. Dan kupikir Choi Siwon-ku ini tak akan pernah punya yeojachingu. Betapa beruntungnya dia punya yeojachingu secantik kau! Ohh, namamu siapa?” ucap wanita tadi dengan cepat, membuat Siwon maupun yeoja tadi membelalakkan mata.

Tersadar akan wanita yang masih menunggu jawabannya, yeoja tadi menjawab pelan, “C-Choi Sooyoung imnida, t-ta-,”

“Mwo, bahkan kau juga seorang Choi? Kalian sungguh serasi, ne?” untuk kesekian kalinya, wanita tadi memotong ucapan.

“Omma, cukup, dia bukan yeojachingu-ku. Aku hanya menolongnya tadi malam.”

“Omo, betapa jahatnya kau tidak mengakui yeojachingumu. Kau tahu-“ akhirnya kali ini perkataannya yang disela. Bukan oleh kedua Choi muda di depannya melainkan ringtone panggilan masuk dari dalam tasnya. Ia segera menggerapai-gerapai ke dalam tasnya dan menarik benda persegi panjang putih, dan segera menempatkannya di samping telinga.

Sementara Ommanya menerima telepon, Siwon memandang Sooyoung dan memberi tatapan permintaan maaf padanya. Sooyoung hanya mengangguk dan menatap keluar jendela seolah-olah mereka hal yang paling menarik perhatiannya saat ini.

Siwon masih memperhatikannya dan menyadari bahwa mungkin gadis di depannya itu sedang terluka, atau sedih, atau tersiksa, ia tak tahu. Yang pasti ia merasakan rasa sakit yang dipancarkan kedua iris cokelat itu.

Seseorang berdehem, Omma Siwon. Tangannya masih memegang handphone dan mukanya telah berubah menjadi kesal lagi.

“Appa-mu mencari Omma. Selalu saja dia mengganggu di saat yang tidak tepat. Dia itu dari dulu pasti bergantung padaku, apa tidak bisa ia mengurus dirinya sendiri? Hhh, yasudahlah, Omma pergi dulu, maafkan Omma karena telah mengganggumu dan yeojachingumu. Sooyoung-ah, tolong jagalah Siwon. Ddo mannayo.” Ucapnya sembari menutup pintu apartemen Siwon. Membuat kedua Choi muda di apartemen itu semakin canggung.

“Maafkan Omma-ku, dia memang selalu berharap aku akan punya yeojachingu. Kau mau makan sekarang Sooyoung-ah?” Siwon memecah kecanggungan di antara mereka.

“Ne, maaf jika aku merepotkan. Setelah ini aku akan pulang.” timpal Sooyoung.

“Baik, aku akan mengantarmu nanti. Nah, silahkan.” Sembari berbicara ia meletakkan beberapa piring ke atas meja pantry, di atas piring-piring itu telah tersaji makanan-makanan yang menggoda. Berbaur saus pedas manis, digoreng garing, berkuah kaldu, dan beberapa di antaranya masih mengepulkan asap tipis bersama baunya.

Sooyoung pun tak ragu lagi, segera ia mengambil piring makan yang telah disiapkan di depannya dan mengambil setengah-setengah dari tiap piring. Sementara Siwon? Yahh, dia tentu saja tercengang. Pasalnya, Sooyoung sepertinya bukan tipe yang dapat makan sebanyak itu, melihat tubuhnya yang kurus tentu saja. Tapi setelah beberapa menit memperhatikan gadis itu, Siwon menjadi tersenyum geli. Dia menghabiskan hampir seluruh hidangan yang ia buat!

Setelah makanannya telah ia habiskan, Sooyoung memandang Siwon.

“Dimana kamar mandinya?” tanyanya.

“Ehhm, didekat kamar yang kau gunakan tadi. Di depan tapi agak serong sedikit.”

“Ohh, pintu berwarna biru muda.” Sebuah pernyataan, bukan pertanyaan.

“Ne, benar,” balas Siwon disertai anggukan.

Segera Sooyoung pergi ke pintu yang telah ditunjukkan Siwon tadi. Mencuci muka dan tangan serta merapikan pakaiannya. Saat ia memandang wajahnya yang terpantul di cermin ia mendesah. Mukanya tampak lelah dan kusut, rambutnya yang panjang hitam pun tak karuan. Ia pun berusaha menata rambutnya dan setelah beberapa kali mengusapkan tangannya pada rambutnya itu, kini ia tampak lebih ‘terawat’. Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi dan meneruskan ke kamar yang semalam disinggahinya alih-alih kembali ke pantry.

Ia sebaiknya cepat pergi dari sini, pasti ia akan menghukumnya. Ya, dia yang selama ini tinggal dengannya. Yang membuatnya jadi terluka dan membuat hidupnya seakan tak memiliki nilai maupun harga, penyebab ia mabuk berat semalam.

Cepat-cepat ia menggelengkan kepala dan mengemasi barangnya yang ditaruh namja penolongnya itu di meja sebelah ranjang. Dan setelah menemukan sepasang high-heels hitamnya di kolong ranjang ia kembali keluar, hendak berpamitan dan mengucapkan terima kasih.

Begitu ia keluar kamar ia menabrak sesuatu yang kokoh, Sooyoung pun terhuyung namun segera menyeimbangkan dirinya. Dilihatnya di depan telah ada Siwon yang memandangnya heran.

“Ehmm, maaf. Aku ingin pulang jadi aku kembali ke sini lebih dulu.” Ujar Sooyoung.

“Secepat itu? Kau tak ingin mandi dulu? Kulihat kau belum mengganti bajumu…”

“Tidak perlu, aku harus segera pergi.”

Siwon menghela nafas, “Baiklah, kajja.”

“Kajja?” Sooyoung  mengerutkan dahinya, menduga dirinya salah mendengar.

“Kau ingat kan bahwa kau akan kuantar? Di pantry tadi aku sepertinya sudah bilang,”

“Aniyo, aku bisa naik taksi, tak perlu.”

“Sudahlah, ikuti saja. Aku tak bisa membiarkanmu pulang sendiri. Ini bantuanku yang terakhir dan aku takkan lagi mengganggumu. Ne?”

Sooyoung pun ragu-ragu menganggukan kepalanya dan dengan diam mengikuti Siwon keluar apartemen, menuju mobilnya.

Di dalam mobil keduanya diam, hanya ada suara cuap-cuap penyiar radio yang membuat mobil itu tak diliputi kesunyian. Hanya beberapa kali mereka bicara dan itu pun karena Siwon yang tentu saja tak tahu arah ke rumah Sooyoung.

20 menit berkendara akhirnya mereka tiba di kawasan perumahan tempat Sooyoung tinggal.

“Kamsahamnida,” ujar Sooyoung sambil menolehkan kepalanya kepada Siwon yang membalasnya dengan anggukan kecil.

Siwon pun meng-gas mobilnya kembali dan menghilang di tikungan, setelah Sooyoung turun tentunya. Sementara itu Sooyoung masih di depan gerbang rumahnya. Ia tak berani masuk, tapi di sisi lain ia takut terjadi apa-apa pada orang itu.

10 menit berlalu dan Sooyoung masih tak beranjak dari tempatnya berdiri tadi. Ia pun menelan ludahnya, berusaha membulatkan tekad dan batinnya, dan melangkah memasuki gerbang.

–2  Minggu Kemudian, Minggu, 15 Mei 2011 | pukul 07.30 —

Jalanan menghablur di kiri kanan jendela mobil hitam itu, pertanda betapa pemiliknya memacu mobil tersebut dengan cepat.

‘Sial, kenapa aku ini? Bisa-bisanya bangun terlambat di hari Minggu seperti ini. Aishh, pasti gara-gara kerjaan semalam yang membuatku baru tidur di tengah malam. Semoga saja masih belum mulai,” pikir sang pemilik mobil yang tak lain adalah Siwon.

Tak lama kemudian mobil hitam mewah itu sampai di pelataran gereja. Siwon bergegas membuka pintu mobil dan menaiki tangga lebar yang berujung pada sebuah pintu ganda besar. Di belakang pintu ganda itu berjejer rapi bangku-bangku panjang yang memenuhi hampir tiga perempat luas ruangan  gereja itu.

Siwon menghela nafas lega. Masih belum begitu banyak orang di dalam gereja. Segera ia melangkahkan kakinya menuju bangku panjang pada urutan terdepan.

— pukul 11.40—

Siwon menopang kembali tubuhnya dari bangku dan memutar badannya menghadap pintu ganda tempatnya memasuki gereja tadi. Ia berjalan pelan sambil merasakan kehangatan aura yang dipancarkan sisi dalam gereja itu. Lalu ia pun menghirup dalam-dalam aroma gereja, mencoba memenuhi dirinya dengan kehangatan gereja.

Saat itulah ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh atau lebih tepatnya mendorongnya ke depan, mungkin karena banyaknya orang yang ingin keluar dari gereja. Tapi ia tetap berbalik dan mendapati sesosok gadis yang familiar, sekalipun ia menunduk Siwon tetap mengenalinya. Choi Sooyoung.

Ia terdiam beberapa detik, memerhatikan gadis di depannya itu. Ia berbeda. Dalam arti yang tidak terlalu bagus sebenarnya. Terdapat perban yang melilit pergelangan tangan kirinya, plester cokelat di pipi kanannya dan bibirnya tampak lebih pucat serta terluka.

“S-Sooyoung-ah…” ucapnya agak tergagap, terlalu terkejut melihat keadaan gadis di depannya.

Sementara Sooyoung yang sebelumnya tak menyadari Siwon membelalakkan matanya, kaget. Tapi, cepat ia tersadar, matanya kembali memancarkan tatapan dingin dan sakit. Ia menelan ludah dan melewati Siwon, berpura-pura tak mengenalnya. Tapi langkahnya terhenti karena sesuatu yang menahannya. Siwon memegang pergelangan tangan kirinya.

“Apa yang terjadi padamu Sooyoung-ah?”

“…gwenchana,” jawabnya pendek, tatapannya masih belum berubah.

“Bisakah kau lepaskan tanganku? Aku ada urusan di tempat lain,” lanjutnya ketika Siwon tak merespon perkataannya dan terus menatapnya.

“A-aa, mianhae…”

Sooyoung kembali berjalan menuju pintu ganda. Di lain pihak Siwon masih terus melekatkan matanya pada sosok gadis itu., terutama pada kakinya.

‘Bagaimana mungkin berjalan pincang dapat dikatakan baik-baik saja?’

_1 bulan kemudian | Minggu, 12 Juni 2011 | Pukul 10.21_

Minggu-minggu ini Siwon merasa pusing dan stress. Bagaimana tidak, Ommanya terus saja menanyakan keberadaan Sooyoung. Ommanya begitu terobsesi dan telah jatuh hati padanya. Hal lain yang membuatnya stress yaitu fakta bahwa pertemuannya dengan Sooyoung yang terakhir kali  menampakkan keadaannya yang sangat kacau. Padahal kejadian itu hampir 1 bulan yang lalu. Dan selama itu pula ia tak melihatnya kembali. Entah karena dia yang menghindar dengan pergi ke gereja lain atau memang kebetulan saja, ia tak tahu.

Siwon memegang kepalanya yang menjadi agak berat hari-hari ini.

‘Apa yang harus aku lakukan?’ tanyanya pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba ia ingat sesuatu yang penting, surat pemindahan kepemilikan tanah yang seharusnya telah ditandatangani Ommanya harus is serahkan pada Bosnya esok Selasa.

Kebetulan saja Bosnya itu sedang mencari tanah dan mengetahui Ommanya yang memiliki beberapa tanah kosong, Siwon membujuk Ommanya agar menjual salah satu pada Bosnya. Berharap ia akan mendapatkan kenaikan jabatan, setidaknya kenaikan gaji bulanan. Ommanya pun akhirnya mengalah dan menjual salah satunya.

Cepat ia menyambar smartphone miliknya yang tergeletak di atas sofa dan menekan tombol call. Setelah beberapa kali nada sambung yang ia dengar akhirnya teleponnya diangkat.

“Ada apa?” jawab Ommanya agak datar.

“Omma, ehmm.. surat pemindahan kepemilikan tanah yang kemarin itu perlu Omma tanda tangani. Nanti sekitar pukul 12 aku akan ke rumah agar Omma bisa menandatanganinya.” Agak ragu-ragu Siwon menjelaskan.

“Omma tak mau menandatanganinya,” jawab Ommanya dengan santai, membuat Siwon panik.

“Omo, kenapa Omma berubah pikiran?” balas Siwon yang berusaha tenang dan sabar.

“Omma tak ingin melakukan apa-apa untukmu sepanjang kau belum mempertemukan Omma dengan Sooyoung lagi.”

“Mwo?”

“Bukankah sudah jelas apa yang Ommamu katakan?” Ommanya mendesah dan segera menutup telepon tanpa menunggu Siwon.

Kali ini Siwon benar-benar stres. Ia tak percaya Ommanya berbuat seperti itu hanya karena seorang gadis. Padahal ini semua menyangkut pekerjaannya juga. Pekerjaan yang sangat susah ia dapatkan kala itu.

Siwon pun menyenderkan punggungnya ke sofa, berusaha berpikir jernih. Apa yang harus dia lakukan? Apa? Sesuatu, tolong…

Tiba-tiba ia mengejang, sesuatu berkelebat di pikirannya. Ia pun berlari ke kamar mandi, membersihkan dirinya dan setelah itu memakai kemeja biru dongker kesukaannya. Tak lama ia keluar dari apartemen, memacu mobilnya menuju sebuah perumahan yang dilihatnya satu setengah bulan yang lalu.

Begitu sampai ia agak ragu-ragu untu melewati gerbang kayu di depan rumah itu. Apa yang harus dikatakannya? Terakhir kali aku bahkan bilang bahwa aku takkan mengganggunya…

Namun pikirannya terhenti oleh sebuah teriakan dari dalam rumah. Siwon pun bergegas melewati gerbang dan mengetuk pintu rumah itu. Perlu beberapa kali ketukan keras atau mungkin dapat disebut menggedor saking kerasnya ia menghantam kepalan tangannya pada pintu itu, ia terlalu khawatir. Suara teriakan tadi, terlalu familiar.

Pintu dibuka. Dibaliknya berdiri seorang pria yang diduga Siwon berusia 40an ke atas, mungkin bahkan telah mencapai kepala 5. Ekspresinya agak geram dan tak menyenangkan, bukan tipe tuan rumah yang baik. Sekilas Siwon melihat tangannya memegang sesuatu yang agak panjang sebelum ia menyembunyikan benda itu di balik tubuhnya yang lumayan jangkung.

“Apa maumu?” ucapnya yang sedikit banyak membuat Siwon agak gentar. Namun dia bertekad, perasaannya tak terlalu nyaman setelah mendengar teriakan tadi.

“Saya mencari Sooyoung, apakah saya bisa bertemu dengannya sebentar?”

“Dia tidak ada.”

Siwon tertegun. Apa mungkin hanya perasaannya saja yang menganggap suara tadi adalah milik Sooyoung?

‘Tapi… . Aishh, ini mungkin karena aku stress. Ya, tentu saja. Aku perlu istirahat.’pikirnya.

Namun tiba-tiba sebuah suara debam yang diikuti rintihan membuatnya melupakan apa yang baru saja dipikirkannya. Walaupun samar ia ingat persis suara ini. Panggilan ‘Omma’ yang sama seperti waktu ia membawanya menuju apartemennya. Kali ini ia yakin.

Tak menghiraukan pria yang tadi berdiri menghalanginya yang mungkin adalah Abeoji Sooyoung, Siwon merangsek masuk dan menemukan Sooyoung duduk bersandar di tembok.

Keadaannya lebih parah dari kemarin. Kanan-kiri pergelangan tangannya telah luka. Lebam dan memar di sekujur tubuhnya. Matanya tak henti merembeskan air ke pipinya yang alih-alih terlihat putih namun tampak kebiruan.

Siwon pun segera menggendongnya menuju mobil hitamnya.Tapi…

“MAU KAU BAWA KEMANA ANAK PEREMPUANKU?” teriakan Abeoji Sooyoung menghentikan langkah Siwon.

“Rumah sakit tentu saja. Apa Ajusshi tidak melihat lukanya yang separah ini?” Ucap Siwon, yang berusaha sekuat mungkin untuk meredam kemarahannya.

“DIA ANAKKU, AKU YANG AKAN MENGURUSNYA.”

“APAKAH AJUSSHI YAKIN MASIH MENGANGGAPNYA ANAK? APAKAH SEORANG ABEOJI MELAKUKAN HAL SEPERTI INI PADA ANAKNYA? Saya bahkan menyesal bahwa dugaan saya benar bahwa Ajusshi adalah Abeoji Sooyoung” setelah agak membungkuk ia keluar sambil mengendong Sooyoung, meninggalkan Abeojinya yang masih terpatung di depan pintu.

_Pukul 20.54_

Siwon membuka pintu apartemennya sembari memapah seorang gadis bersamanya.

“Kenapa kau begitu keras kepala? Bukankah lebih baik dirawat di rumah sakit?” mulainya dengan nada kesal.

“Shh, diamlah! Kakiku sakit!”

“Makanya aku bilang lebih baik jika kau tinggal di rumah sakit Nona Sooyoung…”

“Bisakah kau diam sebentar saja?” timpal Sooyoung, alisnya telah bertaut.

Akhirnya mereka berdua pun berjalan dalam diam menuju kamar Siwon. Setelah sampai di kamar itu Siwon mendudukkan Sooyoung pada ranjangnya, sementara ia masih berdiri.

“Aku akan menyiapkan makanan.” Katanya sembari beranjak meninggalkan kamar.

Sooyoung sementara itu diam saja, namun di dalam hatinya ia bersorak karena sebenarnya ia telah lapar sejak tadi.

Sembari menunggu ia berjalan terseok kearah jendela besar yang letaknya berseberangan dengan ranjang. Ia melihat dari jendela itu lampu-lampu kota Seoul, jalanan-jalanan padat yang berisi kerlipan lampu mobil, dan gedung-gedung tinggi lain yang juga masih terang pada pukul sembilan seperti sekarang ini.

Tiba-tiba ia terhenyak, tetesan-tetesan kecil air mulai menempel di jendela. Lama-lama gerimis itu semakin deras. Bau tanah basah yang menguar dari pot-pot bunga kecil di depan jendela menyergapnya. Menyelimutinya dengan kenangan manis dan hangat yang sekaligus terasa perih dan jauh.

Kenangan. Ya, kenangan ketika dulu ia masih kecil. Begitu bahagia dan polos saat melihat tetesan air yang jatuh dari langit, mengira ada seorang putri di atas sana yang sedang bermain-main dengan air dan tak sengaja menumpahkannya ke atas Bumi. Jika seperti itu pasti Appa menggodanya dan menceritakan dongeng indah mengenai putri itu, bahkan hingga kini ia masih hapal betul ceritanya. Sementara Omma, Omma membuat teh hangat dan bulgogi terlezat yang sampai sekarang takkan tergantikan oleh masakan lain di tempat manapun.

Kembali ia menyesapi pemandangan di depannya. Kaca besar itu kini telah memburam karena embun, namun masih cukup jelas baginya. Sooyoung meletakkan telapak tangannya pada kaca, dingin namun menenangkan. Ia sedang mencoba menerima dan mencari penjelasan dalam dirinya sendiri.

Pintu kamar terbuka, menampakkan Siwon yang membawa beberapa piring sekaligus di tangannya. Ia berjalan agak lambat dan menaruh piring di atas ranjang.

“Memikirkan sesuatu?”

“Aniyo, hanya melihat pemandangan saja. Kau bawa berapa makanan?”

Siwon menyeringai, “Cukup banyak, semoga kali ini aku kebagian”

“Aku tidak makan sebanyak itu…” balas Sooyoung tak terima sambil berjalan lambat menuju ranjang, menghampiri makanan yang untungnya memang cukup banyak. Matanya bersinar senang.

Sehabis makan Siwon pun membawa piring-piring tadi keluar. Tak ada 5 menit ia kembali membawa 2 gelas air mineral bersamanya. Meyerahkan segelas pada Sooyoung dan meminum miliknya sendiri setelahnya.

Keduanya diam, diam yang menenangkan sebenarnya karena gerimis yang masih saja turun di luar membuatnya jadi demikian.

“Aku tak pernah mempunyai teman…,” ujar Sooyoung yang tiba-tiba memecah kesunyian. Siwon yang mendengarnya hanya tersenyum, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mendengarkan dan takkan menyela, bahwa ia akan duduk manis di sampingnya sekarang, takkan mempersalahkan apapun atau siapapun dan bersedia meminjamkan bahu untuknya bersandar, nanti.

_Senin, 13 Juni 2011 | Pukul 08.05_

Sooyoung terbangun. Butuh waktu agak lama ketika ia menyadari ia tidak berada di ‘rumah’nya. Ia menghela nafas dan menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya.

Ia ingat tadi malam ia menangis (lagi) sambil bercerita pada Siwon. Entah kenapa, namja itu membuatnya nyaman. Betapa tak biasannya ia begitu mudah mempercayai seseorang, setelah sekian lama.

Ia pun keluar dari kamar dan agak kaget melihat Siwon yang tertidur di sofa. Kelihatan tak nyaman, dan ini membuat Sooyoung merasa bersalah. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya. Sebagai tanda terima kasih ia akan memasak untuknya. Ya, terdengar mengasyikkan bagi perutnya, errmmm, bagi Siwon maksudnya.

Ia pun beranjak ke pantry dan mengolah bahan-bahan yang ada di kulkas Siwon.

Saat memotong wortel tiba-tiba Sooyoung mendengar bel apartemen yang berbunyi. Cepat ia menghampirinya, takut Siwon akan terbangun karena suara berisik yang ditimbulkannya.

Lagi-lagi Sooyoung melihat wanita itu, Omma Siwon.

“Ahh, Annyeonghaseyo…” sapanya sambil membungkukkan badan.

“Sooyoung-ah, sudah lama aku tak melihatmu. Tapi apa yang terjadi padamu? Apa Siwon melukaimu? Pantas saja akhir-akhir ini dia tak ingin aku bertemu denganmu…” nadanya cemas dan marah, ia mengelus pipi kiri Sooyoung lembut.

Sooyoung tersentak, kaget akan kontak yang dibuat Omma Siwon secara tiba-tiba. Tapi ia merasa tenang karena sentuhan yang ia rasakan sekarang. Telah lama ia tak merasakan lagi sentuhan lembut ini. Sentuhan seorang Omma yang mencintai anaknya.

“A-Anii, Siwon tak melukai saya. Akhir-akhir ini saya bekerja terlalu keras sampai timbul lebam. Itu saja ajumma.” Akhirnya Sooyoung dapat berbicara lagi. Berbohong tentu saja soal lukanya.

“Ahh, panggil aku Omma saja Sooyoung-ah. Lalu, sekarang dimana Siwon? Dia sudah berangkat kerja?” balas Omma Siwon. Sebenarnya ia tahu, terlalu tahu bahwa Sooyoung berbohong, tapi ia membiarkannya. Tidak selamanya semua berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan, ia tahu betul itu.

“Anii, dia masih tidur. Saya tidak berani membangunkannya, jadi saya menyiapkan sarapan terlebih dahulu, O-Omma…” dengan agak canggung ia mengucapkan kata terakhir.

“Begitu? Baiklah, aku akan membantumu memasak. Kajja Sooyoung-ah,”  Omma Siwon beranjak menuju dapur setelah sebelumnya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Siwon yang masih tertidur nyenyak di atas sofa.

Sooyoung yang melihatnya hanya tertawa geli. Betapa ia merindukan Ommanya…

_Sabtu, 18 Juni 2011 | Pukul 10.12_

Sooyoung telah tampak rapi mengenakan kemeja berlengan pendek dan bermotif bunga-bunga putih kecil yang baru dibelikan oleh Siwon beberapa hari yang lalu. Ia menatap kembali mukanya, lebam dan memar pada wajahnya sudah mulai menghilang. Ia bertekad hari ini akan mengunjungi Appa-nya. Ia tahu masalah ini tak akan selesai bila hanya dibiarkan. Dia perlu berbicara pada Appa-nya.

Sementara itu di belakangnya Siwon memandang sangsi pada Sooyoung.

“Kau yakin ingin melakukan ini?”

“Aku ingin masalah dengan Appa-ku ini selesai. Lagipula dia Appa-ku, fakta itu takkan berubah Siwon-ah, dia orangtuaku. Aku merindukannya.”

“Tapi dia telah melukaimu sampai seperti itu…”

“Sudah seminggu berlalu…” jawabnya di luar konteks percakapan mereka. Sooyoung memandang jendela lagi dan matanya agak berkaca-kaca.

“Yahhh, jangan gunakan ekspresi itu! Baik, aku akan mengantarmu, tapi aku akan menunggu di luar.” Siwon pun mengalah.

“Wae? Aku bisa melakukannya sendiri…”

“Sudahlah, kajja! Lebih cepat lebih baik.”

Dan mereka pun kembali menghadapi gerbang kayu itu. Sooyoung pun mengambil satu langkah ke depan. Tapi sebelum ia melangkahkan kakinya lebih jauh, sesuatu menahannya.

“Aku menunggu…” kata Siwon begitu ia berbalik. Ia hanya mengangguk kecil dan memasuki rumah.

Dan betapa terkejutnya Sooyoung ketika ia memasuki bagian dalam rumah. Sooyoung menjerit.

 

Siwon yang mendengar jeritanSooyoung bergegas masuk ke dalam rumah Sooyoung. Jantungnya berdegup keras, takut sesuatu terjadi padanya.

Dan di sanalah Sooyoung, ia berlutut sambil memeluk seseorang erat-erat ke dadanya. Abeoji-nya.

Siwon pun segera menghampiri Sooyoung dan memeriksa keadaan Abeoji Sooyoung. Dengan gemetar ia sentuhkan ibu jarinya pada pergelangan tangan pria itu, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan. Agak lama ia terlonjak, hatinya menggelenyar senang ketika ia merasakan denyut lemah pada pergelangan tangan kekar itu.

“SOOYOUNG, BUKAKAN PINTU MOBIL! KITA AKAN MEMBAWA APPA-MU KE RUMAH SAKIT!” teriak Siwon yang berusaha menggendong Abeoji Sooyoung. Sooyoung yang sempat terdiam dan tak percaya mengukirkan senyum, mengangguk, kemudian bergegas ke depan untuk membuka pintu mobil Siwon.

Siwon pun membawa mobilnya ke rumah sakit terdekat, rumah sakit yang sama ketika ia menolong Sooyoung. Sambil berkendara ia melirik Sooyoung yang ada di bangku belakang bersama Abeoji-nya. Walaupun khawatir Siwon melihat harapan pada matanya. Dan ia tak ingin menghancurkan itu, ia makin mempercepat laju mobilnya.

_Sabtu, 16 Juni 2012_

Sooyoung meletakkan bunga Lili putih di atas makam terawat di depannya. Tangannya mengelus batu nisan yang ada di ujung makam itu. Tak pernah ia melupakan orang yang sekarang terbaring di dalam makam itu sehari saja dalam hidupnya. Dulu ia pasti mengingatnya dengan cara yang menyedihkan, namun sekarang ia telah menerimanya dengan ikhlas.

Tak dipungkiri ini karena orang-orang di sekitarnya. Ya, sekarang ia telah memiliki teman, banyak. Ia selalu senang mengingat fakta ini. Betapa dulu ia sangat tertutup dan tak menyadari di sekelilingnya sebenarnya banyak yang peduli pada dirinya. Lalu Siwon yang selalu ada di sampingnya, menggodanya, dan bercanda bersamanya. Tak lupa ia juga selalu memasakkan banyak makanan untuknya. Dan juga….

Sebelum ia kembali melanjutkan pemikirannya seseorang memegang pundaknya dan meremasnya pelan. Appa-nya.

Sooyoung tersenyum senang melihatnya dan memeluknya erat. Appa-nya pun balas merangkul putrinya itu, menepuk-nepuk pelan bahunya sama seperti yang ia lakukan dulu ketika Sooyoung, putrinya itu, masih kecil.

Setelah beberapa menit keduanya melonggarkan pelukan mereka dan kembali menatap nisan di depan mereka. Nisan Ibunya.

 

“When I hear the sound of spring coming, I walk on the path with the bloomed flowers. When the rainy summer comes, I walk as I see the rainbow. When autumn passes and winter comes, with the warmth of our hands, we walk together-How great is your love”

FIN

 


19 thoughts on “[Freelance] Bumped

  1. sekuelnya bisa kali yah, ini gantung banget kisah soowon nya gimana :’O

    aku ska bngt sm bahasa kamu chingu, rapir, alurnya keren, idenya keren. daebak! ^^b

    hwaiting!!

    Like

  2. Bagus bgt!
    Emang kenapa sih sooyoung disiksa sama appa-nya? Terus appa-nya sakit apa? Soowon temen atau pacaran? Gimana hubungan soowon seterusnya?
    Mian kebanyakan pertanyaan. Hehe!
    Sequel boleh nih! >_<

    Like

  3. buat lanjutannya donk…
    hubungan soowon koq dibuat gantung..
    seneng banget akhirnya ada cast soowon..
    soalnya di sini jarang banget sooyoung jadi main castnya…
    di sini lebih sering seokyu
    buat lagi yah ff soowon..
    mianhae banyak banget maunya 🙂

    Like

  4. haihai, riza imnida *saya cewek tulen* author dari fic di atas…
    Oke, prtama gomawo sama yg udah ninggalin jejak di sini, saranghae :*
    dan krena saya newbie mian banget msih banyak yg gaje di sini kyk hbungan soowon sma masa lalu soo T.T
    nahh, masalahnya krena saya lagi gak ada ide, kayaknya nggak ada sekuelnya
    jadi, MIAN bangets chingu…
    Biarkanlah nggantung critanya, *kalian boleh nusuk saya kok*
    yg mau copas silahkan, jgn di re-pub ato di plagiat yaa^^
    eheh, soal ff soowon lagi ada rncana sih, malah lagi ngetik chap 1 neh…
    Jadi ditunggu aja, kalo bisa bkal coba dikirim kesini lagi~
    sekali lagi, KAMSAHAMNIDA… *nyium satu-satu* :3

    Like

  5. Aku suka setiap katanya, cuman alur ceritanya aku sangat ga ngerti.. Kalau per potong feelnya dapat, tapi inti ceritanya ga dapat di aku… Jadi melongo aja ga tau ceritanya,hiii.. Tapi makasih thor udah bikin ff…

    Like

Leave a reply to vermouth407 Cancel reply