[Freelance] My Mysterious Maid #1


Title : Yevie world : An Odd love with my mysterious maid~~ (Part 1)

Author : Choi Vie (@chfly3424)

Main Cast : Kim Jongwoon/Yesung , Choi Soo Mi/Choi Vie

Rating : PG 13

Genre : Romance

Ps : Please comment^^

It’s just a simple love

Simple dream

And simple wish.

Aku mencintainya.

Mencintai kepribadiannya meski terkadang tampak sedikit aneh.

Dia yang mampu membuat jantungku berdegub kencang.

Mampu membuatku tertawa melihat tingkahnya.

Mampu menangis melihat kepedihannya.

Mampu membuatku tergila-gila karena parasnya.

Dialah….

Kim Jongwoon..

Vie’s POV

Namaku Choi Vie, ya itu nama asingku. Nama asliku adalah Choi Soo Mi, hanya saja aku jarang menggunakannya karena terdengar begitu aneh ditelingaku. Sejak kecil kedua orang tuaku pun memanggilku begitu, termasuk teman-teman serta keluarga dan sanak saudaraku yang lain. Baiklah, Lupakan masalah nama. Aku adalah gadis berumur 18 tahun dan akan menginjak usia 19 tahun. Aku gadis yang aktif. Mau ku kenal kan siapa pacarku? Dia adalah Yesung. Yesung super junior. Pasti setiap orang yang mendengar pernyataan ku ini akan tertawa. Ya, pemimpi sekali aku mengharapkan seorang super star seperti dia. Tapi tak apalah, bukankah segalanya berawal dari mimpi? Ku rasa begitu.

Appaku adalah seorang pembisnis yang tak disengaja sama dengan appanya Yesung. Berbisnis Franchise kedai kopi ‘Handel and Gretel’. Appaku memiliki 2 cabang dan appanya Yesung memiliki 3 cabang. Mereka juga begitu akrab. Sebenarnya ayahku sudah berulang kali mengajakku untuk mengadakan pertemuan antara keluarga Yesung dengan keluargaku. Karena appa tahu aku sangat mengidolakan Yesung. Tapi aku selalu menolak dengan alasan ‘belum siap’. Aish, betapa pabonya aku.

**

Pagi ini dengan riang aku melangkahkan kakiku, tak lupa headset terpasang rapih menyumpal dikedua telingaku dan tangan yang sibuk berkutat dengan ponsel. Aku  berjalan ke halte bus untuk berangkat ke kampus, meski appaku sering sekali rewel karena aku tidak menggunakan fasilitas yang telah diberikannya dengan baik, tapi aku tidak peduli, lebih baik seperti ini, menaiki bus, bertemu dengan orang banyak, dan bisa menghirup udara luar sepuasnya. Aku sudah cukup hidup dengan kesederhanaan, justru aku menganggap hidup seperti inilah yang menyenangkan. Makanya aku lebih memilih untuk tinggal diapartement sendiri dibandingkan harus tinggal bersama kedua orang tuaku, mereka pasti akan sangat cerewet mengurusiku.

Tak terasa setelah 30 menit aku berdesak-desakkan dengan beberapa jenis manusia yang berbeda wajah, karakter, penampilan dan jenis kelamin di dalam bus, aku pun telah sampai didepan halte bus depan kampus. Ku langkahkan kaki ku kembali sampai akhirnya terhenti karena ada beberapa tangan yang menarikku.

“Yak! Vie-ah! Tuli sekali kau! Lebih baik kau buang saja benda tak berguna ini!”

Sang Kyo bergumam kesal setelah menarik paksa headset ku sampai akhirnya terlepas dari kedua lubang telingaku. Dan teman-temanku yang lain seperti Ha Sup dan Sang Jae memandangku dengan garang. Aish, sangar sekali mereka bertiga. Sudah seperti ibu-ibu rumah tangga yang berhasil menangkap suaminya yang ketahuan kepergok berselingkuh dengan wanita lain saja.

“Yak! Telingaku sakit! Ish, bisa kah kalian lembut padaku?!”

Aku menggerutu jengah. Ku usap-usap telingaku yang rasanya agak nyeri dan panas. Mereka kemudian menatapku lebih tajam. Seperti ingin menerkamku saja.

“Ne ne ne.. mianhae aku tidak dengar tadi. Omona, kalian ini, cantik-cantik tapi buas. Sudah, redamlah amarah kalian padaku, percuma, telingaku sudah tebal karena setiap hari mendengar ocehan kalian.”

Ucapku sangat hafal menebak apa yang akan mereka katakan. Aku hanya bisa menyengir lebar tanpa dosa memandang satu per satu wajah mereka sembari menggaruk-garuk kepalaku yang sama sekali tidak terasa gatal.

“Aish, kau ini Vie, kenapa teleponku tidak kau angkat? Harus berapa banyak pulsa setiap harinya yang ku habiskan hanya untuk membangunkanmu?! Kau tahu? Mailbox itu mahal!”

Ha Sup mendelik menatapku. Ia menghentak-hentakkan kakinya dengan geram melampiaskan kekesalannya padaku. Hahaha. Lucu.

“Kau tahu? Sudah satu jam aku menunggu didepan apartemenmu, tapi kau tidak juga menampakkan diri. Ish, bensinku habis hanya untuk menjemputmu Vie!”

Sang Jae ikut-ikutan memarahiku. Sepertinya pagi ini mereka datang bulan secara masal. Mereka mengamuk kepadaku. Gawat. Lama-lama aku bisa mati dimakan oleh mereka bertiga kalau aku tidak segera angkat kaki dan mengambil langkah seribu untuk lari.

“Mworago? Jinja? Tapi bukankah ini masih pagi?”

Terkaku sambil mendongakkan kepalaku memandang langit yang terlihat begitu cerah dan masih segar. Sesekali aku mencoba untuk menarik nafas dalam-dalam menghirup oksigen agar paru-paruku terisi dengan baik.

“Yak! Sudah berapa abad baterai jam mu tidak diganti?! Ini sudah jam 10 bodoh!”

Sang Kyo menjitak kepalaku dengan keras. Tatapannya murka melihat wajahku yang masih saja menunjukkan ketidak bersalahan.

“Mwo?!”

Aku terkejut mendengarnya, segera ku lirik jam digital yang melingkar ditanganku. Benar, sudah jam 10 lewat 15 menit rupanya. Astaga, aku benar-benar terlambat hari ini. Mata kuliah pertamaku sudah selesai 45 menit yang lalu. Dan sekarang semua mahasiswa sudah berkeliaran diluar kampus menunggu jam mata kuliah berikutnya. Bodohnya aku.

“Kenapa kalian tidak meneleponku?! Kenapa tidak ada yang menjemputku?!”

Aku merengek-rengek dengan polos.

“VIE-AH!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Mereka bertiga kembali meneriakkiku. Gendang telingaku terasa bergetar, sepertinya telingaku akan benar-benar tuli sekarang. Ya, kali ini aku kalah, aku tidak bisa lagi membela diri. Aku memang salah.

“Mianhae….”

**

“Hey sore ini kita jadi menonton Music Core kan? Aku sudah rindu pada Donghae oppaku.”

Sang Kyo menumpukan dagunya di kedua telapak tangannya diatas meja, pandangannya terbang menembus dimensi lain yang tak bisa ku jangkau. Anak itu selalu terkena penyakit malarindu secara tiba-tiba.

“Aku juga. Aku ingin melihat Siwon oppaku yang tampan.”

Tambah Sang Jae yang tak kalah menjijikannya.

“Termasuk aku. Aku ingin melihat Heechul oppa ku. Pasti makin hari semakin keren. Omooo, aku semakin mencintainya.”

Ha Sup juga ikut-ikutan. Yah, aku hanya bisa menghembuskan nafas dengan sabar. Kemudian ku sesap secangkir coklat hangat khas kantin kampus sembari terus memandangi ketiga temanku yang sedang dimabuk cinta.

“Hey, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak rindu dengan Yesung oppa-mu yang aneh itu?”

Tiba-tiba Sang Kyo membuyarkan konsentrasiku yang sedang menikmati coklat hangat dalam genggamanku. Aku langsung melontarkan pandanganku kearahnya. Ku pandang matanya dengan sinis. Sial! Namja paboku dihina!

“Yak! Sang Kyo-ah! Berhenti menghina Yesung-ku! Dia itu tampan! Keren! Manis! Imut…..”

“Cukup-cukup, telingaku sudah sakit mendengarmu menyanjungnya. Ne ne ne… terserah kau saja.”

Belum sempat aku melanjutkan pujianku untuk Yesung, Ha Sup dengan segera memotong ucapanku, huh! Mereka ini payah sekali, itu kan memang fakta jika Yesung itu memang diatas garis rata-rata pria sempurna, kenapa mereka tidak terima?! Jahat!

**

 

At Music core~

Author’s POV

Sore ini dengan hati yang sumringah dan semangat Vie dan teman-temannya pergi bersama ke music core untuk melihat sang idola Super Junior menunjukkan penampilannya.  Mereka sudah duduk berjajar dengan rapih dikursi paling depan. Ya, apalagi tujuannya kalau bukan untuk melihat sang idola dengan jelas.

“Aaaaa oppa!!!!! Saranghae!!!!”

“Oppa kau cool!”

“You’re so sexy oppa!!”

“Omo!! I love you oppa!!”

Teriakkan membahana selain dari bibir mereka tetapi juga dari semua gadis-gadis remaja yang memenuhi studio music core saat super junior sudah mulai menunjukkan performanya. Ramai sekali. Selama Super Junior menunjukkan penampilannya tak henti-hentinya mata Vie memandang kearah Yesung. Sang pujaan hati.

“Kamsahamnida!!”

Seusai mereka bernyanyi dan musik berhenti berdendang sang leader Leeteuk mengeluarkan suaranya dan membungkukkan tubuhnya kearah para ELF yang sedang menyambutnya dengan teriakkan yang histeris. Sementara member yang lain hanya mengikuti tingkah Leeteuk. Mereka semua berterimakasih kepada para elf yang telah menyaksikan penampilan mereka barusan. Dan kemudian mereka semua berlalu berjalan kebelakang panggung.

“Mianhae, aku mau ke toilet. Aku sudah tidak tahan.”

Ucap Vie sambil memegangi perut bawahnya menampakkan wajah yang sulit untuk digambarkan dengan jelas. Seperti menahan sesuatu yang hendak akan meledak keluar jika sampai ia menahannya lebih lama lagi. Ia kemudian pergi meninggalkan teman-temannya.

Sebenarnya tujuan Vie bukanlah ke toilet, melainkan ia ingin mencuri masuk ke dalam backstage tempat para artis yang diundang di acara music core berada. Ia berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh para petugas penjaga. Kali ini rasa ingin bertemunya dengan Yesung sangat besar. Walau telah melihat Yesung diatas panggung tapi itu tak membuatnya lantas merasa puas, ia ingin melihat Yesung lebih dekat, amat dekat, bahkan amat sangat dekat.

Kaki Vie terus melangkah mengendap-endap memasukki ruangan demi ruangan. Hari ini mungkin keberuntungan memang sedang berpihak pada Vie, pada saat Vie memasukki sebuah koridor yang sunyi sepi Ia seperti mendengar suara seseorang yang sudah sangat dihafalnya.

“Apa itu Yesung?”

Kemudian ia berjalan semakin bersemangat mendekatkan langkahnya kearah asal suara tersebut. Ia semakin penasaran dengan suara yang didengarnya itu. Vie semakin mendekatkan dirinya ke asal suara itu. Mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia tidak mengidap gangguan pendengaran atau salah dalam menduga.

Di intipnya seseorang yang ada dibalik pintu tempatnya berada kini. Jantungnya serasa berhenti berdetak, dan paru-parunya seperti berhenti memompa udara. Vie merasakan kakinya mulai melemas. Tuhan memang sangat menyayanginya sampai ia mampu menakdirkan Vie melihat Yesung sekarang.

“Omo, eomma aku butuh pembantu sekarang, aku tidak tega melihat eomma setiap hari bolak-balik ke apartemenku hanya untuk bersih-bersih dan mencuci pakaianku. Kau itu harus istirahat yang cukup, aku tidak ingin melihat eomma sakit. Ayolah carikan aku pembantu.”

**

 

Vie’s POV

Mwo apa yang Yesung katakan tadi? Pembantu? Jadi Yesung sedang membutuhkan pembantu sekarang? Astaga, apa ini artinya Tuhan sedang memberiku sebuah hadiah? Aku tersenyum licik ketika ide gila muncul dikepalaku secara tiba-tiba. Ya, sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan.

Akhirnya aku mengurungkan rencana awalku untuk bertemu dengannya, aku malah berbalik arah dan meninggalkannya begitu saja. Rencanaku lebih penting sekarang. Dan aku tidak sabar untuk mewujudkannya. Hahaha.

**

Tiga hari setelah kejadian aku menguping pembicaraan Yesung waktu itu, aku pergi ke beberapa biro penyaluran pembantu, aku mendaftarkan namaku disana, ini memang sangat gila. Aku ingin menjadi pembantunya bukan karena ingin mencari uang, melainkan hanya untuk bisa bertemu dengan Yesung setiap hari. Pasti akan sangat menyenangkan. Dan aku memberitahukan kepada pemilik-pemilik biro itu agar menyalurkanku hanya jika Kim Jongwoon atau Yesung membutuhkan pembantu, jika tidak aku tidak mau.

“Ne ahjuma, beritahu aku jika Yesung atau Kim Jongwoon meneleponmu untuk mencari pembantu, aku siap diberikan gaji yang kecil asalkan aku bisa bekerja dengannya. Ku mohon bantulah aku.”

Aku merengek dengan sangat memelas kepada seorang ahjuma pemilik biro itu. Biro yang terakhir aku datangi setelah tiga hari aku melanglang buana singgah dibiro satu kebiro yang lain hanya untuk meminta disalurkan bekerja dirumah Yesung. Sampai-sampai aku rela membungkukkan tubuhku berkali-kali hanya untuk memohon kepada para meilik biro itu. Ini memang terlihat sedikit aneh dan terkesan memaksakan.

“Ne, aku pasti akan menghubungimu. Tapi aku tidak bisa berjanji, karena aku tidak tahu apakah akan ada seseorang yang bernama Kim Jongwoon atau Yesung menelepon kesini. Kau sabar saja.”

Aku pun mengiyakan perkataannya. Semoga saja rencanaku tidak gagal.

**

“Yoboseo?”

Tanyaku dengan seseorang yang ada diseberang sana.

“Kami dari biro penyalur pembantu. Kami ingin memberitahu bahwa anda telah diterima bekerja diapartement Yesung. Ah, maksudku di apartement Tuan Kim Jongwoon.”

“Jinjja?!!!”

“Ne, aghassi.”

“Ah, Gumawo.”

Hari pun telah berganti. Akhirnya setelah menunggu dengan sabar, salah satu biro pun menghubungiku, memberitahu bahwa aku sudah diterima bekerja diapartemen Yesung. Sungguh senang bukan kepalang, aku berjingkrak kegirangan. Sebentar lagi aku akan tinggal bersama dengan orang yang sudah lama aku gilai dan ku puja-puja. Yesung-ah wait me!!

Aku sudah seperti orang yang baru mendapatkan undian berhadiah. Senyumku terus mengembang menghiasi wajahku ini. Karena ingin pamer, akhirnya ku telepon teman-temanku.

“Yoboseo. Ada apa Vie-ah?”

Sang Kyo pun mengangkat teleponku dengan segera. Teman yang baik.

“Tunggu sebentar biar ku sambungkan lagi dengan Sang Jae dan Ha sup, ada yang ingin ku ceritakan.”

“Ne, cepatlah.”

Aku pun langsung memencet nomor kedua temanku yang lainnya dan tanpa menunggu lama mereka berdua juga langsung mengangkat teleponku.

“Yoboseo.”

Ucap mereka bersamaan. Aku benar-benar bahagia.

“Hai sayang. Apa kalian tahu apa yang ku dapatkan hari ini? Aku sedang senang sekarang!”

Aku berteriak dengan keras, tak peduli telinga mereka akan rusak setelah mendengar suaraku barusan, yang penting aku bisa melampiaskan kegembiraanku.

“Vie-ah! Kau ini gila!”

“Ah, mianhae. Aku terlalu bahagia.”

“Kau selalu saja begitu! Ne ne ne. Kami maafkan, memang apa yang ingin kau ceritakan pada kami?”

“Umm, sebelum ku ceritakan sebaiknya pasang telinga kalian lebar-lebar dan sumpal mulut kalian sebelum kalian menganga karena terkejut.”

“Yak! Jangan banyak bertele-tele ayo katakan!”

“Aish jinjja, sabarlah sebentar. Kalian tahu…..”

Aku menghentikan perkataanku. Sengaja ingin membuat teman-temanku mati penasaran. Dan didetik berikutnya mereka semua serempak berteriak padaku karena kesal menungguku yang hanya terdiam diseberang telepon.

“Ish kau ini! Apa apa apa? Cepat! Jangan membuat kami penasaran!”

“Ne arraseo.”

“Aish, jangan basa-basi lagi! Cepat ceritakan!”

“Begini, aku diterima sebagai pembantu…… K.I.M J.O.N.G.W.O.O.N , baiklah ku pertegas, mulai sekarang aku akan tinggal dengan Y.E.S.U.N.G sebagai pembantunya!”

“MWORAGO?!!!!!!”

Klik~

Kututup teleponku dengan segera. Aku sengaja ingin membuat mereka terkena serangan jantung secara mendadak. Hahaha, aku yakin mulut mereka sudah keram karena menganga terlalu lebar, dan bola mata mereka keluar karena melotot saking terkejutnya mendengar perkataanku barusan. Reaksi yang kurasa sangat berlebihan. Dan sangat tidak penting untuk ku bayangkan.

**

 

At Hongdae apartement residence..

Aku pun menaikki bus untuk pergi ke apartemen Yesung, dengan perasaan yang bercampur aduk antara senang dan gugup aku menguatkan langkahku. Sejujurnya aku tidak mahir dalam mengurus rumah, apalagi memasak. Omo, aku tidak bisa membayangkan jika pakaian Yesung akan compang camping setelah ku cuci dan ku setrika, ia juga akan keracunan setelah ku masakan makanan dari hasil kerja tanganku. Oh tidak, tidak mungkin, aku pasti bisa! Fighting!

Ting tong~

Ku pencet bel apartemennya. Sungguh debaran jantungku sudah tak mampu aku kendalikan lagi. Sepertinya aku akan mati kegirangan dihadapannya saat ia sudah menunjukkan wajahnya dihadapanku.

“Ne, nuguya?”

Deg~ Suara itu, suara lembut yang biasanya hanya bisa ku dengar saat sedang bernyanyi atau hanya sekedar melihatnya dari video-video yang sengaja ku koleksi. Apa ini mimpi? Perlahan pintunya pun mulai terbuka.

“Kau siapa?”

Yak! Aku siap mati sekarang, adakah diluar sana yang ingin menamparku untuk sekedar meyakinkanku atas kejadian yang sedang berlangsung saat ini? Yesung. Dia benar-benar ada dihadapanku, didepan tubuhku saat ini. Aaaaahhhh tampannya…. Aku ingin pingsan rasanya!

“A..Aku Soo Mi, pembantu barumu.”

Jawabku dengan gugup. Mwo? Soo Mi? kenapa lidahku bisa tidak fasih seperti ini menyebutkan namaku sendiri? Sepertinya jaringan otakku juga ada yang putus setelah melihat Yesung. Bagaimana bisa aku menyebutkan nama asli ku yang jelas-jelas tidak pernah ku pakai.

“Oh, ne. masuklah.”

Yesung pun membuka lebar pintunya dan membimbingku masuk kedalam. Nampaknya ia cukup ramah menyambut tamunya. Ya semoga saja dugaanku benar. Kini kami pun hanya berdua disini. Mwo? Jinjja? Kami? Hanya? Berdua? Bunuh saja aku sekarang.

**

 

Yesung’s POV

Hari ini pembantu yang telah ku minta pun datang. Aku sedikit terkejut diawal pertama melihatnya. Jujur, parasnya manis, imut dan sangat cantik. Apa benar ia seorang pembantu? Ku lihat dirinya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Apakah jaman ini sudah sangat modern sampai-sampai seorang pembantu saja sudah berpenampilan seperti layaknya seorang aktris? Dandanannya memang sempurna.

Aku pun menyuruhnya untuk masuk. Ia pun menurut lalu melangkahkan kakinya dan berhenti beberapa langkah didepanku.

“Duduklah.”

Ku arahkan tanganku menunjuk sofa ruang tamuku yang kosong. Pandangannya langsung mengikuti arah tanganku dan langsung mendudukkan tubuhnya. Dan disusul aku yang duduk disofa yang berhadapan dengannya.

Ku perhatikan terus gadis yang ada dihadapanku ini. Sepertinya ia masih sangat muda, yang tak ku habis pikir, pakaiannya. Blus yang digunakannya bermerk, hot pantsnya pun begitu. Aish, kalau begini caranya jika aku berbohong mengakui dirinya sebagai Yeojachinguku juga tidak akan ada yang curiga atau mencemoohku.

“Apa ada yang salah denganku?”

Suaranya menyadarkanku dari lamunanku tadi. Ia menatapku. Kenapa matanya terlihat lucu? Aku seperti berkaca pada diriku sendiri, matanya kecil. Mungkin jika kami sedang bercanda tawa bersama maka orang yang melihat kami akan menganggap bahwa kami sedang tertidur sambil tertawa. Menggemaskan.

“Ah. Aniy. Berapa umurmu? Dan apa saja yang bisa kau lakukan?”

Aku mengalihkan pembicaraan. Apa yang akan ia pikirkan tentangku kalau aku menjawab  aku sedang memperhatikan fisiknya sejak tadi. Habis lah nanti reputasiku.

“Aku 18 tahun, aku bisa melakukan semua pekerjaan dengan baik.”

Jawabnya dengan yakin. Astaga muda sekali. Tapi benarkah? Tapi rasanya ia terlihat seperti baru berumur 15 tahun. Jika dilihat dari kulit serta parasnya ia seperti anak orang kaya yang menjaga tubuhnya dengan baik. Haish, kenapa aku berpikiran seperti ini? Jika ia memang orang mampu tidak mungkin ia mau dipekerjakan sebagai seorang pembantu. Tapi yasudahlah, mungkin ini keberuntunganku, jarang-jarang bisa mendapatkan pembantu yang menarik seperti ini.

Aku pun langsung mengantarkan gadis ini ke kamarnya, setelah itu ku jelaskan dengan rinci hal apa saja yang harus ia lakukan jika bekerja dirumahku. Ternyata sangat mudah menjelaskan pada dirinya untuk menggunakan barang-barang elektronik, ia terlihat sangat mahir.

“Soo Mi-ah rumahmu dimana?”

“Di Seoul apartement residence.”

Mwo? Apartement? Bukan kah itu apartemen yang elit? Baru sehari mempekerjakannya aku sudah dibuat bingung olehnya. Dan juga membuatku sedikit penasaran dengannya. Aku memandanginya dengan curiga, dan ia terlihat sangat gugup.

“Ma..maksudku, sebelumnya aku bekerja di seoul apartement residence. Di apartement seorang pengusaha.”

Ia menjelaskan dengan ragu. Termasuk aku yang ragu akan ceritanya. Tapi, aku memang tidak boleh terlalu berpikir aneh-aneh tentangnya.

**

Saat makan malam sudah tiba, aku terhenyak melihat makanan yang sudah tersusun rapih diatas meja makan, benar-benar terlihat sangat lezat, tapi, apa rasanya enak? Jangan-jangan hanya wujudnya saja yang menarik tetapi rasanya hancur tak terbayangkan.

“Kau yang memasak ini semua? Sendiri?”

Tanyaku penasaran. Aku menunjuk makanan itu satu persatu. Kemudian ia mengangguk lalu menundukkan kepalanya membuat wajahnya tidak bisa ku lihat.

“Baiklah, gumawo.”

Aku pun langsung menarik kursi dan langsung duduk dengan sempurna dan mulai menyantap makanan itu. Saat suapan pertama sudah masuk ke dalam mulutku, tiba-tiba saraf lidah serta otakku berkerja bersamaan. Sepertinya aku sering merasakan rasa ini, bumbu dari masakan ini tidak asing dilidahku. Apa iya dia mampu menyamai kehebatan masakkan ibuku? Tapi ibu ku tidak terlalu sering memasak, jadi tidak mungkin rasanya begitu ku hafali seperti ini.

Ku arahkan pandanganku ke sekeliling dapur. Kenapa dapurku sangat bersih? Kapan ia mulai memasak? Setahuku sejak 3 jam yang lalu ia hanya menghabiskan waktunya membersihkan lantai. Kerjanya sangat lamban, apa benar ini semua masakannya?

“Masakanmu enak, kenapa kau tidak menjadi seorang koki saja? Bukan kah masa depanmu akan lebih terjamin jika kau menjadi seorang koki?”

Aku bertanya sembari terus menyantap makanan yang ada dihadapanku. Sementara ia hanya berdiri mematung dibelakangku.

“Umm, sirreo, aku tidak berminat.”

“Wae?”

Aku menoleh kebelakang menatapnya dan ia juga membalas tatapanku.

“Bekerja sebagai koki itu berat, menanggung banyak beban, dia harus berusaha membuat pelanggannya senang dan pulang dengan perut kenyang tanpa ada rasa penyesalan telah menghamburkan uangnya hanya untuk membayar sebuah makanan. Apalagi jika harga makanan itu terlampau mahal. Ku rasa itu alasan yang masuk diakal untuk meyakinkan ketidak tertarikkanku menjadi seorang koki.”

“Jawaban yang bagus. Dan apa sebabnya kau menjadi pembantu? Bukankah itu bukan sebuah cita-cita yang baik? Kurasa kau bisa melakukan hal yang lebih dari sekedar menjadi seorang pembantu.”

“Kau kira aku tidak mempunyai sebuah alasan? Hey, cita-citaku itu sebagai penulis terkenal!”

“Lalu kenapa kau tidak berusaha dan malah menggantungkan hidupmu dengan pekerjaan melelahkan seperti ini?”

“Ada sebuah sebab dan ku rasa kau tidak bisa memaksaku untuk mengatakan apa penyebabnya. Karena itu privasiku.”

Ucapannya lancar, dan ku rasa tutur katanya juga sangat baik walaupun agak sedikit menyebalkan karena sikapnya yang sepertinya kurang menghormatiku. Tapi ia bisa ku ajak berargumentasi, Aish, gadis ini membuatku penasaran saja. Sebenarnya seperti apa pribadi dan kehidupannya? Entahlah, apa penting aku memikirkan itu? Ku rasa tidak.

**

Vie’s POV

Ku rebahkan diriku diranjang. Tubuhku rasanya sakit semua, otot-ototku pun terasa kaku, aku belum pernah mengerjakan pekerjaan rumah seperti ini, paling hanya sekedar mencuci piring sehabis makan aku bisa melakukannya sendiri, selebihnya ku serahkan semuanya kepada bibi pembantu diapartementku.

“Aaaaahhhhhh… lelahnyaaaa….”

Ku peluk guling yang ada disampingku. Sepertinya malam ini aku akan tidur sangat pulas karena terlalu lelah. Tapi sebelumnya aku bermain dulu dengan ponselku, mencoba untuk mengecheck apakah ada yang menghubungiku seharian ini atau tidak. Dan ternyata ada 40 panggilan masuk yang tak ku jawab dan ada beberapa pesan yang belum ku baca. Semuanya dari appa, eomma dan teman-temanku.

From: My appa

Sayang kau dimana? Kenapa telepon appa tidak kau angkat? Pulanglah kerumah eomma dan appa sangat rindu padamu.

From: My eomma

Chagii-ah ku, pulanglah eomma akan memasakkan makanan kesukkaanmu, sudah 3 hari kau tidak berkunjung kerumah, apa kuliahmu sangat sibuk? Eomma sangat rindu dengan putri eomma yang cantik ini.

Aku langsung tersenyum lebar. Dasar eomma dan appa. Baru 3 hari tidak melihat putrinya sudah sangat rindu seperti ini, bagaimana jika aku sudah menikah? Ah, mungkin mereka berdua akan tidur dikamar yang sama dengan aku dan suamiku agar bisa terus mengawasiku. Bisa-bisa aku tidak bisa punya anak jika mereka terus bersikap protektif seperti ini.

Aku pun melanjutkan kegiatanku membaca pesan. Kali ini pesan dari ketiga teman-temanku. Sebenarnya inti dari pesan mereka sama saja. Yaitu menanyakan tentang diriku yang bekerja dirumah Yesung.

From: Sang Jae

Vie-ah, apa kau tidak berbohong dengan ceritamu tadi? Hey, balaslah. Aku sudah lelah meneleponmu tetapi tidak kau angkat. Kali ini ku mohon balaslah pesanku.

From: Ha Sup

Chingu-ah, kau dimana? Apa benar kau sedang dirumah Yesung untuk bekerja? Kau serius? Mencuci satu pakaian yang bekas kau pakai saja kau bisa menghabiskan waktu lebih dari 2 jam. Bagaimana bisa kau menjadi pembantunya? Dasar kau ini! Membuatku khawatir saja!

From: Sang Kyo

Hey bunny, apa kau serius dengan perkataanmu ditelepon tadi? Aku benar-benar shock mendengarnya. Bagaimana caranya kau bisa bekerja dengannya? Kau beruntung sekali!

Aku kembali tersenyum setelah membaca pesan dari teman-temanku. Mereka semua sangat peduli padaku. Baiknya. Dengan lihai aku pun membalas pesan dari mereka satu persatu. Aku ingin menceritakan hal apa saja yang ku lewatkan hari ini, dan akan ku tulis juga didiaryku agar sampai aku tua kenangan tentang ini masih bisa ku ingat.

**

Keesokkan harinya…

Authors’s POV

“Yak! Soo Mi-ah! Cepat bangun! Ini sudah siang! Kau tahu? Aku sudah terlambat!”

Yesung mengguncang-guncang tubuh Vie dengan kasar. Kebiasaan kesiangan Vie tidak bisa berubah, ia tak ingat bahwa sekarang ia sedang menyamar menjadi seorang pembantu.

Dengan rasa malas yang begitu besar perlahan Vie membuka selimutnya yang menutupi seluruh tubuhnya. Ia mulai menggulatkan tubuhnya untuk merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Kemudian mengerjap-kerjapkan matanya untuk membiasakan cahaya yang mulai menusuk masuk. Bukan Vie yang membukakan tirai jendela untuk Yesung melainkan Yesung yang membukakan tirai jendela untuk Vie. Kini sinar matahari begitu menyengat masuk menerangi seluruh sisi kamar Vie.

“Aih bibi, tutup lagi jendelanya. Aku masih mengantuk.”

Rancau Vie tak karuan, ia benar-benar lupa statusnya kini dan ia juga lupa dimana ia berada sekarang dan siapa yang ada didekatnya. Yesung yang kaget mendengar rancauan Vie langsung menoleh memandang Vie dengan aneh.

“Ish, yeoja ini, apa yang dikatakannya? Bibi? Apa ia masih bermimpi sampai mengigau seperti itu?! Dasar gadis aneh!”

Yesung mencibir dengan kesal. Ia kembali membangunkan Vie.

“Hey! Apa sebelumnya majikanmu tidak pernah protes dengan kelakuanmu ini?! Cepat bangun dan siapkan aku sarapan! Cepat!”

Kini resonansi suara Yesung meninggi. Ia sudah kehabisan kesabaran meladeni Vie yang begitu pemalas. Seketika seperti baru tersambar petir Vie langsung terlonjak bangun dari tidurnya. Matanya langsung terbuka dengan sempurna. Mendelik memandang Yesung yang ada dihadapannya dengan tatapan seram.

“K..kau?”

“Mwo?! Kau itu tidak tahu diri! Disini kau ku bayar, kenapa kerjamu seenak sendiri seperti ini?! Kau mau ku pecat, hah?!”

“Aku itu lelah! Kau kira aku robot yang bisa 24 jam ontime bekerja kapanpun kau butuhkan? Sistem kerja tubuh manusia tak sesempurna itu! Jadi kau tidak pantas membentakku sekasar itu!”

“M..Mwo?! Kau berani melawanku? Hey, aku ini majikanmu, harusnya kau tunduk padaku!”

“Begitukah? Jadi seperti ini egoisme seorang majikan?! Hey, ku peringatkan padamu Tuan KIM JONGWOON yang terhormat, tanpa jasa seseorang sepertiku kau tidak akan bisa apa-apa, yang kau tahu hanya sekedar mengeluarkan uang dan uang, dan kau pikir dengan uang kau bisa berada ditingkat yang paling tinggi dan bertidak seenaknya? Tidak akan! Kau itu adalah makhluk yang lemah. Camkan itu!”

Yesung langsung mendelik menatap Vie. ia tak menyangka seorang pesuruh seperti Vie bisa berkata seperti itu kepada majikannya. Sementara Vie tanpa rasa bersalah langsung keluar dari kamarnya dan meninggalkan Yesung yang masih mematung.

‘Bukankah seharusnya aku yang marah?’ Batin Yesung.

**

“Ini. Aku tidak tahu harus memasak apa untuk sarapanmu.”

Vie meletakkan sepiring roti bakar yang gosong dan segelas susu yang terlihat sangat kental diatas meja makan didepan Yesung. Yesung kemudian menatap menu sarapannya dengan heran dan kemudian berganti menatap Vie yang berdiri disampingnya yang terlihat tanpa dosa.

“Kau ingin meracuniku pagi-pagi?! Apa yang kau berikan padaku? Apa ini sebuah roti? Ini terlihat seperti arang kayu. Dan lihatlah susu ini! Kental sekali! Ini bukan susu melainkan full cream! Dan rasanya sungguh sangat manis. Apa kau dendam karena ku marahi tadi? Aish, kau itu sungguh sangat menyebalkan!”

Yesung menggerutu kesal. Ia langsung bangkit dari kursinya dan berdiri dihadapan Vie sambil berdecak pinggang. Memandang Vie dengan tatapan kesal.

“Yak! Kim Jongwoon, sudah bagus kau ku buatkan sarapan. Kalau kau memang tak ingin memakannya yasudah tidak usah dimakan, kau bisa memesan makanan yang enak dengan delivery order. Bukankah itu lebih praktis?!”

“Kalau begitu apa gunanya kau berada disini kalau tidak bisa membuatkan ku makanan, lagi pula bukankah masakanmu semalam enak? Kalau begitu masakkan aku seperti semalam!”

Vie langsung membulatkan matanya. Apa yang Yesung katakan? Menyuruhnya membuatkan makanan seperti semalam? Andai saja Yesung tahu bahwa semalam bukanlah masakan hasil kerja tangan Vie, maka tamatlah riwayat Vie sekarang.

“M..Mwo? A..aku..”

“Sudah sana cepat!”

“Ta..tapi…”

“Sudah jangan banyak mengelak! Cepat kau buatkan aku sarapan atau kau akan ku pecat!”

Vie pun tidak bisa membantah. Ia langsung bergegas memasuki dapur.

**

 

Vie’s POV

Sial! Yesung menyuruhku untuk membuatkannya makanan seperti semalam. Dia tidak tahu kalau semalam aku membeli makanan itu di restaurant disamping apartement. Omo, bagaimana ini? Aku tidak bisa memasak apa-apa. Jangankan memasak, memotong sayuran pun aku tidak becus.

Ku ambil beberapa bahan yang tersedia didalam lemari es. Ku siapkan wajan untuk memasak. Setelah semua sayuran ada didepan mataku, aku hanya bisa terdiam memandanginya, aku tak tahu harus diapakan sayuran-sayuran ini, karena aku memang buta akan hal masak-memasak.

“Kenapa? Kau bingung ingin memasak apa? Atau memang tidak tahu bagaimana caranya memasak?”

Aku mendengar suaranya dari belakang tubuhku.

“Aku tahu semalam itu bukan masakanmu kan? Kalau ingin menipuku carilah restaurant yang jauh dari apartement. Lidahku sudah hafal dengan cita rasa direstauran sebelah. Tipuanmu meleset. Payah!”

Tiba-tiba Yesung sudah ada disampingku dan berbicara seperti itu. Astaga, aku memang tak berpikir panjang sampai kesana, niatku untuk menyembunyikannya malah gagal. Sial! Aku mati kutu sekarang.

“Umm..mmm…aku…”

“Sudahlah, kau tak perlu meminta maaf, sudah terlambat, makanannya sudah ku cerna dan sudah keluar saat aku buang air besar tadi pagi.”

Aku menunduk malu. Ternyata si bodoh itu memiliki daya ingat yang cukup baik. Aku membalikkan tubuhku menghadapnya. Menatapnya dengan penuh penyesalan.

“Tak apa, setidaknya untuk melegakan hatiku, aku ingin meminta maaf. Maafkan aku telah menipumu, tak kusangka panca inderamu begitu hebat, dan reseptor  dengan impuls-impulsmu pun bekerja dengan sangat baik mengolah memory yang tersimpan didalam diotakmu.”

“Jelas, aku ini memakan makanan yang bergizi, jadi sudah pasti organ tubuhku bekerja dengan sangat baik. Tidak seperti mu. Otak udang!”

Ia menghinaku dengan senyum penuh kemenangan dan berlalu begitu saja tanpa ada dosa. Astaga, tak ku bayangkan sebelumnya ternyata seperti ini mulut namja yang selama ini aku gilai. Rasanya semakin aku mengenal dekat dirinya semakin aku gemas ingin memakannya hidup-hidup, tak ku duga, bibirnya setajam seorang ahjuma.

“Yak! Jongwoon-ah! Cuci mulutmu sebelum ada seseorang yang menamparmu! Dasar cerewet! Kau sangat menyebalkan!”

Aku berteriak sekencang mungkin agar ia bisa mendengar, dan memang benar, setelah itu ia menoleh kebelakang dan langsung tersenyum puas kepadaku. Tatapannya memang membuat jantungku berdebar kencang, namun jika mengingat bagaimana sikapnya tadi, aku menjadi kesal padanya.

“Terserah kau saja!”

Yesung berteriak tak kalah kencang untuk menanggapiku, kemudian ia berlalu keluar dari apartemen. Tanpa pamit. Apa hari ini ia ada jadwal untuk manggung? Entahlah, aku sampai lupa.

**

 

Yesung’s POV

Ku bawa mobilku ke kantor SMent. Selama perjalanan pikiranku tak bisa sepenuhnya focus. Ini semua karena gadis itu. Aish! Kenapa aku memikirkannya? Tapi memang ia sangat aneh, sikapnya yang terlalu berani padaku membuatnya terlihat bukan sebagai seorang pesuruh. Dan penampilannya, kenapa ia terlihat begitu berbeda?

Drrrttt…..dddrrrttt….

Aku merasakan ponselku bergetar didalam saku celanaku. Segera ku rogoh saku celanaku, dan ku raih ponselku lalu memencet tombol hijau untuk berbicara kepada komunikator yang telah meneleponku. Yaitu appaku.

“Ne, Yoboseo.”

“Ah, anakku, apa kau sehat?”

“Ne appa, wae?”

“Aniya, nanti malam teman bisnis appa mengajak kita makan malam bersama, apa kau bisa datang? Appa ingin mengenalkanmu padanya.”

“Aish, malam ini? Sepertinya aku akan lelah hari ini.”

“Ayolah, sebentar saja. Kau itu selalu menolak ajakkan appa, appa mohon untuk kali ini datanglah.”

“Umm….”

“Sudah jangan banyak berpikir! Pokoknya kau harus datang!”

Klik~

Appa memutus teleponnya secara sepihak. Sial! Pemaksa sekali dia! Aish, aku kan belum mengatakan aku setuju atau tidak, mengesalkan!

**

 

 

At Seoul Restaurant..

Yesung’s POV

“Annyeong tuan dan nyonya Choi.”

Appa dan eommaku menyapa dua orang ahjumma dan juga ahjussi yang sedang duduk disebuah meja besar ukuran keluarga setelah berjalan masuk kedalam restaurant yang cukup elit ini. Dan kedua orang itu langsung antusias menyabut appa dan eommaku dan juga aku yang sedari tadi membuntut dibelakang mereka. Aku hanya bisa menunjukkan raut ramah yang dibuat-buat. Aish acara makan malam seperti apa ini? Aku bagai seorang ahjussi yang berkumpul dengan kelompok yang sama-sama tua. Aku bosan!

“Ne, tuan dan nyonya Kim, silahkan duduk. Dan wah! Apa ini putra pertama kalian yang tampan dan pintar itu. Dia benar-benar sempurna.”

Ahjussi itu bangkit dari duduknya dan kini sibuk dengan diriku. Ia mengelus kepalaku dan memuji-muji diriku. Ah, itu sudah hal biasa. Tidak perlu dikatakan basa-basi aku memang sudah tampan dan pintar sejak lahir. Ya, itu adalah takdirku.

“Ayo kalian duduklah.”

“Ne, kamsahamnida.”

Kami pun duduk bersama layaknya keluarga besar yang memang sudah akrab. Ahjussi dan ahjumma teman ayahku ini memang sangat baik dan ramah, aku lumayan merasakan kenyamanan berada didekat mereka. Setidaknya rasa bosan yang tadi melandaku sedikit berkurang. Dan aku bisa lebih santai melewati makan malam bersama ini.

“Dimana anakmu yang bernama Vie?”

“Ah, dia tidak mau ikut katanya sedang sangat sibuk yang mengharuskan ia membatalkan janjinya malam ini bersama kita.Ya, kami sudah sangat merindukan dia, padahal baru 4 hari tidak bertemu. Sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat sibuk.”

“Ah, sudahlah tuan Choi kalau kita ingin melihat anak kita sukses, mulai sekarang kita harus berlega hati melepaskan pelan-pelan anak kita didunia luar untuk mengejar cita-citanya.”

“Ne, tuan Kim, aku juga mulai mengerti keadaan anakku. Ya, itu memang sudah menjadi konsekuensinya mungkin. Kita hanya bisa mendoakan yang terbaik.”

Aish, percakapan macam apa ini? Aneh sekali. bisa-bisanya ayahku menasehati orang seperti itu sementara ia sendiri saja masih suka memaksaku, padahal ia tahu aku sangat sibuk dengan jadwal keartisanku. Huh, menyebalkan!

“Umm, Vie cerita padaku semalam, katanya kalian berteman ya?”

Tiba-tiba tuan Choi melontarkan pertanyaannya padaku yang sukses mengejutkanku saat aku sedang menyuapkan makanan ke dalam mulutku. Aku langsung buru-buru mengunyah dan menelan makanan itu dan kemudian memandangnya dengan tatapan bingung.

“Vie? Vie siapa? Aku tidak pernah memiliki teman bernama Vie. atau ada yang salah dengan ingatan ku? Tapi setahuku memang tidak ada.”

“Oh, mungkin Kim Jongwoon yang dimaksud bukalah kau.”

“Ne, mungkin.”

Setelah bercengkrama cukup lama akhirnya saat-saat yang kutunggu sudah tiba. Kini saat nya makan malam bersama ini berakhir dan kami saling berpamitan satu sama lain, dan saat ini akulah yang paling antusias, aku langsung berpamitan dan keluar dari restaurant ini dengan terburu-buru, aku juga berpamitan dengan orang tuaku karena jalur apartement kami berbeda.

**

 

At Hongdae apartement residence..

Author’s POV

Yesung menaikki liftnya dan setelah sampai ia dengan cepat membuka pintu apartementnya. Rasa lelah sudah melanda dirinya sejak tadi sebelum acara makan malam itu dilaksanakan. Ia masuk dan memperhatikan sekeliling apartemenya sudah gelap, namun saat ia melintasi ruang tv, keadaan tv masih menyala, seketika matanya tertuju pada gadis yang sedang tertidur pulas diatas sofa sedang tangannya masih erat menggenggam remot tv.

Yesung kemudian berjalan mendekati Vie dan duduk disofa sebelah Vie. Entah mengapa kali ini pandangan Yesung terus menatap Vie. Ia memperhatian tiap inci dari setiap sudut wajah Vie. Dan seketika seulas senyuman mengembang dibibir Yesung. Tangannya juga spontan mengelus rambut Vie dengan lembut.

“Manis.”

Gumamnya pelan dan hampir tidak terdengar, mungkin Yesung sendiri tidak menyadari dirinya mengatakan hal itu.

“Kalau ia tidur disini ia bisa masuk angin. Aish, gadis ini merepotkan sekali.”

Yesung pun langsung mengangkat tubuh Vie dari sofa dan menggendong Vie kedalam kamar.

Dengan sekali hentakkan kakinya, pintu kamar Vie terbuka lebar. Yesung langsung membawa Vie masuk. Setelah sampai didepan ranjang Vie, Yesung sedikit membungkuknya tubuhnya dan mulai merebahkan tubuh Vie perlahan karena takut akan membangunkan Vie.

“Yak! Apa yang kau lakukan?!”

Seketika Vie terbangun. Sepertinya gerakan lembut tangan Yesung masih sanggup membangunkannya. Kini posisi Yesung yang masih membungkuk diatas tubuh Vie membuat keduanya menjadi salah tingkah.

“A..aku hanya…”

“Kau ingin macam-macam ya?! Aish, tak kusangka otakmu begitu kotor!”

“Yak! Jangan menuduh orang sembarangan! Harusnya kau berterima kasih sudah ku tolong!”

“Mwo?! Jika aku tidak terbangun dan kau melakukan hal yang lebih kepadaku apa aku harus tetap berterima kasih padamu?!”

“Ne, harusnya begitu. Karena sangat beruntung kau bisa merasakannya denganku.”

“Kyaaaa!! Kau pikir aku gadis macam apa!!”

Vie mendorong tubuh Yesung sampai terjungkal agar menjauh darinya dan langsung melemparkan beberapa bantal dan juga guling kearah Yesung namun sukses ditepis oleh Yesung.

“Hey, aku hanya bercanda, lagipula mana mungkin aku melakukan dengan orang yang baru ku kenal dan bukan siapa-siapaku.”

“Jadi kau pernah melakukannya dengan orang yang kau kenal?! Pacarmu?!”

“Kau pikir aku lelaki macam apa?! Aku punya harga diri, sekalipun gadis itu sangat aku cintai aku tidak akan mungkin tega menyakitinya dengan memaksanya menuruti keinginanku. Aku tidak gila! Bodoh!”

“Yak! Seenaknya kau mengatakan aku bodoh!”

“Kau memang bodoh, kalau tidak mana mungkin kau menuduhku akan melakukan hal gila semacam itu! Yeoja aneh!”

“Itu wajar karena kau telah menyentuhku tadi!”

“Menggendong itu butuh sentuhan kan? Kalau tidak lebih baik kau ku seret saja tadi!”

“Ish! Kau sangat menyebalkan!”

Satu lemparan bantal kini sukses mendarat dikepala Yesung. Meski hanya bantal tapi juga membuat sang kepala menjadi pening.

“Yak! Berhenti melempariku dengan bantal! Aku itu kurang baik apa?! Sudah lelah tapi masih rela menggendongmu kedalam kamar karena takut kau akan kedinginan dan masuk angin jika tertidur disofa seperti itu. Hah, apa ini bentuk rasa terima kasihmu padaku?!”

Seketika hati Vie berdesir mendengar penuturan dari bibir Yesung tadi. Namja yang digilainya ternyata tidak lah semenyebalkan yang dipikirkannya. Ia juga memiliki kebaikkan meski dengan caranya sendiri yang mungkin agak sedikit mengesalkan.

“Baiklah, aku mengucapkan banyak terima kasih padamu tuan Kim Jongwoon yang baik hati.”

“Apa hanya itu?”

“Lalu apalagi?”

“Bayar dengan tubuhmu.”

“Kyyyaaa!!! Apa yang kau katakan?!”

“Hey, sebenarnya otakmu lah yang kotor, Yang ku maksud itu bayarlah dengan tubuhmu dengan cara kau membuatkan aku air hangat untuk aku mandi, lalu buatkan aku teh hangat dan kalau bisa pijiti aku, sungguh tubuhku pegal semua rasanya.”

“Ini sudah malam, apa kau tega mempekerjakan wanita tengah malam seperti ini? Kau bisa dituntut oleh Komnas perlindungan wanita!”

“Siapa yang peduli padamu? Komnas perlindungan wanita juga malas mengurusi wanita cerewet sepertimu. Sudah cepat jangan banyak membantah! Urusi tuanmu ini!”

Dengan hati yang amat kesal Vie hanya bisa cemberut dan menekuk wajahnya memandangi punggung Yesung yang telah pergi berlalu keluar dari kamar Vie. Namun, ada seberkas kesenangan dihatinya karena bisa berduaan dengan Yesung ditengah malam seperti ini.

**

“Sudah siap kah air hangatnya? Aku sudah tidak sabar untuk mandi, tubuhku sudah gatal.”

“Yak! Kim Jongwoon kenapa kau seperti itu?!”

Vie langsung menutup matanya dengan kedua tangannya setelah menoleh kearah Yesung dan mendapati Yesung yang sudah bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuh bawahnya.

“Aku mau mandi, kalau aku menggunakan jas itu berarti aku mau pergi. Kenapa kau masih bertanya? Kau ini bodoh!”

“Tapi jangan didepanku!”

“Wae? Bukankah kau juga pria? Tenagamu saja kuat mendorongku dan melemparkan bantal gulingmu sampai kepalaku terasa pening.”

“Yak! Berhenti berbicara yang tidak-tidak! Kau sungguh tidak waras!”

Vie langsung berlari keluar dari kamar mandi. Dan dari dalam kamar mandi Yesung berteriak cukup keras dan mampu membuat darah Vie naik seluruhnya kekepala.

“Hey, sepertinya bagus kalau kau juga memandikanku!”

“ANDWE!!!!”

“ Hahahahahaha…”

**

 

Yesung’s POV

“Hoooaaaammmm!!!”

Aku mengerjap-kerjapkan mataku dengan malas, rasanya aku tak ingin bangkit dari tidurku. Hari ini memang hari bebas untukku karena hari ini aku sedang tidak ada jadwal. Tapi masalahnya bunyi perutku lah yang membangunkanku. Sial! Aku kelaparan dipagi buta seperti ini.

Aku pun dengan terpaksa bangun dari tidurku, ku buka pintu kamarku dan seketika aroma sedap masuk ke kedua lubang hidungku. Siapa yang pagi-pagi seperti ini memasak? Apakah yeoja aneh itu? Cish, jangankan untuk memasak makanan enak, bangun pagi saja susah!

Kulangkahkan kaki ku menuju dapur, dan saat diriku sudah sampai dibibir dapur, aku melihat seorang yeoja dengan rambut panjang terurai, menggunakan apron yang talinya terikat dileher dan pinggangnya, dan menurutku ya…cukup menarik, sedang sibuk menggoyang-goyangkan tangannya yang menggenggam spatula sedang mengolah makanan yang ada didalam sebuah wajan.

“Soo Mi-ssi?”

Panggilku ragu. Perlahan ku dekati dirinya dan berdiri tepat disampingnya. Dan aroma masakan itu kini benar-benar menusuk hidungku. Ku perhatikan wajan yang terisi masakan itu.  Sepertinya terlihat lezat.

“Hmm, kau sudah bangun?”

“Ne, kau sedang memasak? Bukankah…..”

“Hey, kemarin itu aku belajar seharian untuk memasak, dan aku yakin kini aku sudah mahir, aku itu pintar, hanya butuh waktu sehari aku bisa menguasai segala ilmu.”

“Kau yakin rasanya akan enak?”

“Jadi kau tidak percaya padaku?!”

“Bukan begitu, apakah aku salah kalau aku sedikit trauma akan masakanmu yang menakutkan itu?”

“Yak! Kalau memang tidak mau kau jangan memakannya! Dan aku paling benci jika ada orang yang menghinaku!”

Vie menggembungkan pipinya dan menurutku ia terlihat…… ‘manis’. Lucu sekali dia kalau sedang marah seperti ini. Sepertinya bagus juga kalau aku sering-sering menjahilinya, pasti akan sangat seru.

“Aish, begitu saja kau marah. Jangan seperti itu kau malah terlihat menggemaskan dan membuatku ingin memakanmu.”

Secara spontan tanganku terarah untuk mencubit pipinya. Dan ia terlihat sangat terkejut dan membulatkan matanya menatapku. Seketika ada rasa yang aneh dihatiku saat tatapan matanya menembus mataku. Akhirnya untuk beberapa saat kami pun saling berpandangan. Matanya memang sangat indah dalam jarak sedekat ini.

**

To be continue~~


18 thoughts on “[Freelance] My Mysterious Maid #1

  1. Wkwkwkwkwk… Kalo yesung tau kalo vie itu anak temen appny, gimana ya ?? Bagus thor. Walaupun tokoh vie sedikit agresif. I like the FF. Next chapter jangan lama-lama ya … 😉

    Hwaithing !! 🙂

    Like

Leave a comment