[Freelance] From Lie To Love #4


Author                  : Tulith28 (@tulith28)
Title                       : From Lie To Love #4
Length                  : Chapter
Genre                   : Romance, Tragedy, etc
Rating                   : PG15
Cast                       : Please find by YourSelf ^^
Notes                    : Maaf jika pairingnya tak sesuai dengan kehendak reader. Maaf jika banyak salah disana-sini, mohon dimaklumi. Maaf jika ceritanya nglantur dan kata-katanya aneh juga terkesan lebay. Maaf jika ceritanya makin geje. Makasih untuk readers yang bersedia membaca FF ini dan memberikan komennya.
J

  HAPPY READING!!! ^^

 

RYEOWOOK POV

Ini keputusanku. Ini jalannya dan dia yang menginginkannya.

Tok, Tok, Tok…

“Annyeonghaseyo.” Sapaku saat melihat pintu yang sedari tadi kuketuk mulai terbuka dan menampakkan wajah sang Tuan Rumah.

“Annyeong. Neo?” tanyanya bingung.

“Ne, aku yang tadi malam pingsan dan tidur dikamar Yoona.” Jawabku.

“Ada apa? Kenapa pagi-pagi seperti ini sudah datang kemari? Dan dimana Yoona?” berondongnya.

“Taeyeon-ssi, ehm.”

“Kau mengetahui namaku?”

“Ne, Yoona memberitahuku tentang mu. Hmm, aku belum memperkenalkan diriku. Joneun Kim Ryeowook imnida.”

“Ne, arraseo. Yoona juga sudah memberitahuku tentangmu.”

“Jeongmal? Apa dia juga sudah memberitahumu tentang rencana pernikahan kami?”

“Mwo? Pernikahan?” tanyanya kaget. ‘Mianhae, Taeyeon. Ini semua kulakukan demi kebaikan kita semua. Aku tidak ingin semakin merasa bersalah, karena melihatmu menangisi Yoona.’ Batinku.

“Dia belum memberitahumu tentang itu? Padahal 2 hari lagi aku akan menikah dengannya di Swedia.” . Taeyeon semakin kaget mendengar perkataanku.

“Menikah? Swedia? 2 hari lagi?” berondongnya.

“Ne, kami sudah merencanakan ini sekitar 1 bulan yang lalu.”

“Kenapa harus di Swedia?”

“Karena keluargaku ada disana.”

“Lalu, dimana Yoona sekarang?”

“Sudah sekitar 1jam yang lalu dia sudah berangkat duluan ke Swedia.”

“Yoona-ya…” dia menangis.

“Uljima! Dia akan bahagia disana bersamaku.”

“Kenapa ini terkesan terburu-buru? Kenapa dia tak memberitahuku secara langsung? Walaupun aku bukan kakak kandungya, tapi aku dan dia sudah 10 tahun tinggal bersama dan akupun sudah menganggapnya seperti adikku sendiri. Hiks” tangisnya tak henti-henti.

“Bukan kakak kandung?” tanyaku lirih. Informasi yang kudapat dari teman Yoona yang kerja dihotel hanyalah kedua orang tua Yoona telah lama meninggal, dan Yoona tinggal bersama kakak perempuannya bernama Taeyeon. Dan aku baru tau kalau Taeyeon bukan kakak kandung Yoona.

“Ne, apa dia tidak memberitahumu kalau aku bukan kakak kandungnya?”

“Ani, mungkin dia menganggap kau seperti kakak kandungnya sendiri.”

“Kalau dia beranggapan seperti itu, kenapa saat dia akan menikah, dia tidak memberitahuku?” Tangis Taeyeon mulai reda.

“Molrayo. Mianhae Taeyeon , ini pasti terdengar sangat mendadak bagimu. Tapi aku dan Yoona telah lama menjalin hubungan, dan ini keputusan kami.”

“Kenapa tadi malam Yoona bilang ke aku kalau kau hanya orang yang dikenalnya saat dia menghadiri pesta ulang tahun Jonghyun? Kau benar temannya Jonghyun? Dan kenapa tadi malam kau bisa pingsan?” . ‘Aish, kenapa dia Tanya seperti ini? Aku kan gak sampai memikirkan jawaban bila dia bertanya seperti ini.’

“Ehm, itu. Kemarin aku dan Yoona bertengkar, karena satu kesalahpahaman. Dari sejak dia datang kehotel sampai dia selesai kerja aku menungguinya untuk meminta maaf padanya, sampai aku lupa makan. Karena aku punya maag akupun pingsan saat akan mengantarnya pulang.”

“Mwo? Yoona kerja dihotel? Sejak kapan?” tanyanya kaget.

“Kau tidak tau Yoona kerja dihotel? Eonni macam apa kau? Aish, sudahlah, sepertinya aku harus pergi dulu. Ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku jika kau ingin bicara dengan Yoona.” Kataku mengakhiri perbincangan tanpa arah ini. Kuserahkan kartu namaku padanya. ‘Kuharap saat kau menghubungiku, Yoona sudah dalam keadaan yang baik.’

“Ehm, Ryeowook-ssi. Apa handphone Yoona masih aktif?” handphone? Aku tidak pernah tau bentuk handphonenya. Aku hanya menemukan dompetnya saat kecelakaan kemarin.

“Molla, tapi aku kira handphone-nya ditinggal dikamarnya.” Tebakku. Selesai menjawab pertanyaan terakhir itu, akupun membalikkan badanku dan berjalan menjauh dari Posisi Taeyeon yang terdiam terpaku diambang pintu.

“ Ryeowook-ssi.” Aku membalikkan badanku saat kudengar suara Taeyeon memanggilku.

“Jaga Yoona baik-baik. Bahagiakan dia! Doaku akan selalu menyertai kalian.” Aku hanya mengangguk. ‘Mianhae Taeyeon. Aku akan mengusahakan kesembuhannya secepat mungkin.’. aku kembali melanjutkan langkahku.

++++

Seminggu telah berlalu. Tapi, Yoona tak kunjung sadar dari koma-nya. Sudah seminggu juga, aku non-stop menjaganya disini, dan hanya balik kehotel saat baju bersih yang aku bawa ke rumah sakit ini habis, jadi aku harus mengambil baju bersih di hotel. Dan tak lupa kuusung alat kerja tercintaku –laptop- untuk menemani hari-hari di rumah sakit.

 

NORMAL POV

BRAKKK. Terdengar tabrakan kecil dilorong panjang rumah sakit yang tampak sepi itu.

“Mianhamnida, Agassi.” Ucap Ryeowook pada yeoja yang baru saja ditabraknya itu.

“Gwaenchanhayo. Eh?” Ryeowook yang masih sibuk dengan baju-bajunya yang berceceran dilantai pun mengarahkan pandangannya ke yeoja yang ditabraknya.

“Seohyun-ssi?” Tanya Ryeowook memastikan.

 

SEOHYUN POV

“Seohyun-ssi?” . ‘kenapa Ryeowook oppa memanggilku seperti itu?’ tanyaku dalam hati saat Ryeowook oppa memanggilku dengan embel-embel ‘ssi’, seolah-olah aku dan dia tidak pernah dekat –berhubungan lebih dari sekedar teman-. Apa ini jawaban dari mimpiku 2 hari yang lalu?

SEOHYUN’S DREAM

“Kita akan bertemu lagi kan, oppa?” tanyaku pada namja yang membelakangiku, dia Kim Ryeowook.

“Molla, kita mungkin akan bertemu lagi. Tapi cerita yang seperti dulu tidak akan terulang lagi. Hatiku sudah melupakanmu sebagai Seohyun-ku.” Jawabnya dingin. Dia berjalan meninggalkanku.

“OPPA!!! OPPA!! Gajima!!” teriakku tapi dia tak berhenti, sampai dia hilang dibalik warna birunya langit.

“Kita, tidak akan ada lagi. Aku dan kamu, itulah yang ada sekarang dan nanti.” Suara itu menggema berkali-kali sampai aku tersadar kembali dari dunia mimpiku.

SEOHYUN’S DREAM END

 

“Seohyun-ssi, mianhae. Aku sedang terburu-buru. Annyeong!” aku hanya tersenyum getir. ‘Oppa, kau benar-benar sudah tidak menganggapku?’ aku menatap kepergiannya dengan ribuan sayatan dihatiku.

‘Perasaan seseorang bagaikan mutiara. Akan indah bila dirawat dengan benar. Dan disaat kau membuatnya jatuh, mungkin mutiara itu masih bisa diperbaiki, tapi keindahannya tak lagi seindah saat kita baru mengambilnya dari dasar samudera.’

++++

RYEOWOOK POV

‘Babo-ya! Bukankah kau masih mencintainya Kim Ryeowook? Ah, ania. Dia milik Jung Yong Hwa, dan sikapku itu sudah sangat benar.’ Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sudah seminggu lebih menampung Yoona. Memikirkan Yoona membuat sekelebat bayangan tentang Seohyun menghilang seketika.

++++

Kutatap laptopku lekat-lekat. Sudah lama rasanya laptopku yang rajin ini menganggur. Walaupun  aku membawanya ke rumah sakit, tapi tak ku jamah sekali laptop ini karena benar-benar tidak ada inspirasi yang mau hinggap diotakku. Di setiap aku melihat Yoona  terbaring lemah dikasur putih itu, aku hanya merasakan sakit karena perasaan bersalah.

“Jiwamu mungkin berada di surga sekarang. Tapi, ketahuilah, hatiku ini serasa di neraka saat menyadari bahwa kau tak kunjung memanggil namaku.”gumamku. kulihat wajah pasrah Yoona dari sofa yang sedang kududuki.

“Belum segenap hatiku menerima bayanganmu dihidupku, tapi kau sudah memilih terbaring disana dan beranjak dari hidupku.”

“Seindah apa tempatmu disana? Apakah itu lebih indah dari senyumku? Apa itu lebih berwarna dari cintaku padamu?” aku tak henti-hentinya menggumamkan kata-kata yang aneh.

Kata dokter tidak ada bagian yang yang terluka parah ditubuh Yoona, selain diotaknya. Tapi kenapa dia gak sadar-sadar juga?

Drrrttt.. Saranghae, saranghae, naega aneun dareun nuguboda….

“Sungmin hyung, Gwaenchanha?” kataku pada Sungmin Hyung yang berada diseberang sana.

“Wookie-ya, suratnya sudah selesai. Besok kau bisa mengambilnya di tempat kerjaku.”

“Ne, hyung. Jeongmal gomapseumnida, hyung!”

“Ne.” BIP. diputuskannya sambungan  teleponnya. Kuletakkan smartphoneku disebelah laptopku yang sedari tadi tertutup rapat. Kulihat lagi Yoona yang masih terbaring dalam damainya, lalu kuarahkan pandanganku ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Jam 8 malam.

++++

SEOHYUN POV

Aku masih memikirkan kejadian sore tadi. Apa Ryeowook oppa masih marah padaku? Tapi kejadian itu kan sudah 1 tahun berlalu. Dia memanggilku Seohyun-ssi, itu sungguh menyakitkan. Kalau bukan gara-gara aku terlalu bodoh dan gampang percaya sama si Jung Yong Hwa, aku pasti masih sama Ryeowook oppa.

Flashback On

“Seororo, saranghaeyo!” tiba-tiba dia berbisik ditelingaku. Dia yang sudah lama aku suka.

“Oppa? Yong Hwa oppa?” tanyaku kaget.

“NE, SEO JOO HYUN SARANGHAE!!” teriak Yong Hwa oppa yang berhasil membuat semua orang yang berada di kelas ini menatapku dan Yong Hwa oppa dengan tatapan aneh dan iri –mungkin-.

“Hmm?”

“Kau masih memikirkan si Kim Ryeowook?” tebaknya.

“Dia masih namjachingu-ku, oppa.” Ujarku lemah.

“Tapi, akulah namja yang kau cintai. Aku tau sejak kau masuk kekampus ini kau sudah menyukaiku, dan akupun menyukaimu.”

“Sudahlah tinggalkan saja namja aneh itu.”

“Ne, oppa. Saranghae.” Tiba-tiba saja ucapan itu meluncur dari mulutku. Yong Hwa oppa hanya tersenyum dan mencium pipiku sekilas. Mungkin ini saatnya aku menjauh dari Ryeowook oppa. Ryeowook oppa yang selalu mementingkan inspirasi dan laptopnya itu, aku kan juga butuh diperhatikan, bukan hanya memperhatikan. Rasa yang kurasakan ke Ryeowook oppa selama 2 tahun inipun hanya sekedar rasa terima kasih karena dia pernah menyelamatkanku dari sebuah kecelakaan yang bisa saja merenggut nyawaku jika saja aku terlambat ditolong. Hanya perasaan itu, tidak lebih!! Dan Yong Hwa oppa, ya aku menyukainya sejak pertama aku melihatnya. Dia adalah Sunbae-nim ku, dia berada satu tingkatan diatasku. Dia sudah berada ditingkat 5 sekarang. Aku baru dekat dengannya sekitar 3 bulan terakhir ini, karena aku dan Yong Hwa oppa berada disuatu project kampus.

++++

“Jagi, jalan yuk!”. Namja seperti Yong Hwa oppa-lah namjachingu yang baik, bukan seperti Ryeowook oppa yang selalu menduakanku dengan laptopnya.

“Jalan kemana , oppa?” tanyaku dengan sedikit meliriknya yang duduk di bangku kosong di sebelahku.

“Wherever you want, kalau aku sih yang penting aku jalan sama kamu, jagi.”. kumasukkan buku-buku yang ada dimeja kedalam tasku. CUP, Tiba-tiba Yong Hwa oppa mencium pipiku lembut.

“Hyun-aa….” Kurasakan dadaku sesak tiba-tiba, kulihat Ryeowook oppa yang berdiri terpaku diambang pintu kelas ini.

“Oppa.” Sontak akupun berdiri dari tempat dudukku.

“Hyun-aa…”

“Oppa.”

“Hyun-aa?”

“Sudahlah, tidak usah seperti ini, terlalu didramatisir.” Sela Yong Hwa oppa yang sudah berdiri.

“Kim Ryeowook, aku akan menyampaikan permintaan maafku terlebih dahulu, karena sudah merebut yeojachingu-mu. Mianhamnida.” Yong Hwa oppa membungkukkan badannya sedikit dan dengan menampakkan senyuman yang lebih mirip dengan seringaian.

“Kuharap kau bisa melupakannya sekarang dan nanti, karena dia yeojachinguku sekarang. Dia akan lebih bahagia bila bersamaku.” Jelas Yong Hwa oppa yang cukup membuat Ryeowook oppa kaget. Ryeowook oppa mulai berjalan mendekatiku.

“Hyun-aa, benarkah apa yang dikatakan oleh Yong Hwa?” Tanya Ryeowook oppa lirih. Aku hanya mengangguk lemah menandakan aku membenarkan kata-kata Yong Hwa oppa. Aku sungguh sulit mengeluarkan kata-kata sekarang. Yong Hwa oppa menggenggam erat tanganku, tapi kulepaskan.

“Fine, semoga kau bahagia, Seohyun. Maafkan aku yang selama ini menganggapmu benar-benar mencintaiku. Terima kasih untuk semuanya. Selamat tinggal.” Ryeowook oppa tersenyum dengan manisnya. Dia membalikkan badannya dan berjalan menjauh sampai akhirnya menghilang dari balik pintu kelas ini. Apakah ini yang terbaik? Ya, memilih bersama Yong Hwa oppa adalah yang terbaik.

“Sudah lega? Kajja!” tangan Yong Hwa oppa menarik lembut tanganku, senyumnya mengembang sempurna. Dia terlihat begitu bahagia. Aku? Aku tak tau apa aku merasa bahagia, yang pasti aku senang bisa bersama Yong Hwa oppa sekarang.

++++

“Seohyun, ini Kwon Yuri. Yeojachinguku.”

“MWO?” apa yang dia katakan? Yejachingu? Lalu, aku ini siapanya? Pembokatnya?

“Annyeong, Seohyun. Kwon Yuri imnida.”

“Babe, dia ini boneka yang kau gunakan untuk membuat Ryeowook merasakan kekalahan?” Tanya yeoja bernama Yuri itu.

Plakkkkk. Kulayangkan tanganku yang mendarat tepat dipipinya. “Jaga mulutmu, Nona.” Kataku mulai emosi.

“Kau….” Plakkkk. Kulayangkan juga tamparan dipipi namja keparat itu.

“Itu untuk kesalahanmu yang telah mempermainkanku.” Kataku.

Plakkkk. “Itu untuk kebohonganmu.”

Plakkkk. “Itu untuk perasaan Ryeowook oppa yang kau sakiti.”

“Bukankah kau yang menyakiti dan mengkhianatinya? Kau sungguh lucu, Seohyun.”

TUKKKK, satu buku tebal kutumpuhkan dikepalanya. Aku berlari keluar kelas. Aku rutuki semua kebodohanku. ‘Ryeowook oppa , jeongmal mianhae.’

Flashback Off

 

Ahh, saat itu pasti Ryeowook oppa sangat sakit hatinya. ‘Babo! Babo! Babo!’ rutukku dalam hati.

“Agassi, anda mau pesan apa?” Tanya seorang waitress.

“Hmm, Jus apel sama Pie apel saja.” Kataku bangun dari dunia lamunanku. Kuedarkan pandanganku kesekeliling kantin rumah sakit ini. Seketika, pandanganku tersita saat kutangkap bayangan Ryeowook oppa yang berjalan masuk kedalam area kantin ini. Mataku tak lepas dari sosoknya yang sudah duduk di salah satu kursi yang berada di pojokan.

“Oppa? Disini juga?” kuhentikan langkahku tepat didepan tempatnya duduk.

“Ha? Seohyun-ssi? Oh, ne.” Ucap Ryeowook oppa, raut wajahnya yang tadi tenang berubah menjadi ekspresi kaget.

“Aku boleh duduk disini, oppa?” Ryeowook oppa hanya mengangguk, akupun segera duduk dikursi yang ada didepan Ryeowook oppa.

 

RYEOWOOK POV

“Aku boleh duduk disini, oppa?” Tanya Seohyun menunjuk kursi kosong yang ada didepanku. Bingung harus menjawab dengan bagaimana, akupun hanya bisa mengangguk. Aku benar-benar risih ada didekatnya saat ini. Jika saja dia datang kepadaku 2 minggu yang lalu atau beberapa puluh hari yang lalu, aku akan menerima kedatangannya kembali dengan sukacita, tapi nyatanya dia terlambat. Apa yang kupikirkan? Kim Ryeowook, jangan terlalu kePDan! Ani, ani, walaupun dia datang berbulan-bulan sebelum inipunn aku takkan menerimanya lagi dengan sukacita.

“Bagaimana hubunganmu dengan Jung Yong Hwa?” tanyaku memulai pembicaraan.

“Hmm, aku putus dengannya tepat 1 hari setelah dia memutuskan hubunganku denganmu, oppa.” Jawabnya tanpa ada rasa kesedihan.

“Mianhae, oppa. Ternyata hanya kau yang tulus padaku.” Tambahnya.

“Benarkah? Kau baru menyadarinya sekarang, Seohyun? Kasihan.” Cibirku. Astaga! Tega sekali mulutku bicara seperti ini.

“Oppa, tak bisakah kita mengulang lagi masa-masa indah yang dulu pernah kita jalani?”

“Lalu kau menduakanku lagi dengan namja lain? Gomawo! Jeongmal geomapseumnida, Seohyun-ssi. Tapi aku tidak ada niat untuk mengulanginya lagi.” Tanyaku dengan nada sindiran. Aku tersenyum sekilas.

“Oppa, takkan lagi kuulangi kesalahanku saat itu.”

“Mianhae. Walaupun kau berjanji takkan mengulanginya lagi, Aku tetap tak bisa kembali padamu. Aku sudah mempunyai seseorang dihatiku kini.” Ujarku.

“Itu aku kan, oppa? ” tanyanya PD.

“Mianhae, tapi itu bukan kamu. Dia adalah yeoja yang benar-benar peduli padaku dan tulus memberikan cintanya kepadaku.” Kemampuanku sebagai penulis berguna sekarang. Aku bisa mengarang bebas seperti ini, seperti membuat dialog dalam novel.

“Kau bohong, oppa!” tuduhnya.

“Terserah.” Aku berdiri dari tempat dudukku dan tidak meneruskan acara makanku. Aku keluar dari kantin ini tanpa lagi melihatnya.

‘Kau terlambat! Tapi walaupun kau datang tepat waktu, hatiku juga takkan lagi menerima cintamu yang pernah goyah itu.’

++++

Di café yang terletak di Kantor Sipil Kota Seoul (Sungmin’s Work place), Keesokan harinya.

“Hyung, kamsahamnida.” Ucapku ke Sungmin hyung.

“Cheonma, Wookie-ya. Apa yeoja itu belum sadar?” tanyanya. Aku hanya menjawabnya dengan gelengen kepala.

“Kenapa kau melakukan ini, Wookie? Kau bertindak terlalu jauh. Lalu bagaimana dengan keluarganya?” Sungmin hyung duduk dikursi didepanku.

“Dia yang memintaku untuk menyembunyikan ini dari Eonni-nya.” Sungmin hyung menyeruput jus jeruk yang baru saja dibelinya.

“Eonni-nya? Dimana orang tuanya?”

“Ne, Orang tuanya telah lama meninggal.”

“Jika memang itu yang diinginkan, ya sudah. Jaga kepercayaan yang diberikan padamu , Wookie-ya.”

“Akan kuusahakan itu, Hyung. Aku akan menjaganya sampai ini berakhir. Aku juga akan mengusahakan kesembuhannya secepat mungkin.”

“Kau memang orang yang baik, aku bangga jadi hyung-mu.” Ujar Sungmin Hyung.

“Hyung, aku balik ke rumah sakit dulu ya. Annyeong!” aku berjalan keluar dari café yang berada didepan tempat kerja Sungmin Hyung.

++++

YOONA POV

Rasa sakit seolah menguasai tubuhku. Hanya rasa sakit yang bisa kurasakan. Juga gelap! Apa yang terjadi?

“Arghh.” Erangku. Kepalaku sungguh pusing. Kucoba menerangkan duniaku, tapi sulit. Aku hanya bisa menggerakkan jari-jariku, dan hanya itu yang kulakukan kini.

“Hmmm.” Samar-samar kudengar suara. Suara siapa itu? Ingin sekali aku melihatnya, tapi mataku sangat berat untuk kubuka.

“Ha? Yoona?” kurasakan ada sentuhan yang merambah tanganku.

“Yoona?” suara itu lagi yang kudengar.

“Dokter! Dokter!” kudengar lagi suaranya, tapi kini suaranya mulai menjauh.

++++

1 jam berlalu. Akhirnya, aku bisa membuka mataku. Tapi, mengapa semua yang kulihat terasa sangat asing bagiku?

“Gamsahamnida, dokter.” Ucap seorang namja imut kepada dokter yang baru saja memeriksaku.

“Argghh.” Kurasakan nyeri dibagian belakang kepalaku.

“Yoona, gwaenchanha?” Tanya namja imut itu, sepertinya dia khawatir.

“Ah, ne. Neo…. Nuguya?”

 

RYEOWOOK POV

“Ah, ne. Neo…. Nuguya?” Tanya Yoona. ‘Mianhae, Yoona. Aku harus berbohong padamu, dan ini harus dimulai sekarang.’

“Kau tidak mengingatku, Yoona? Aku Kim Ryeowook, suamimu.” Jawabku. Tampak jelas raut kaget dan bingung di wajahnya.

“Nde?”

“Sudahlah, tidak usah pikirkan ini dulu. Kamu kan baru sadar, kamu butuh banyak istirahat.” Kuelus-elus rambutnya lembut. Dia hanya diam dan memejamkan matanya.

‘Please, let me tell you the lies. From here, let the lies create a feeling of love that grows.’

 

YOONA POV

Sudah seminggu berlalu sejak aku sadar, tapi aku masih belum bisa mengingat apa-apa tentang masa laluku. Aku hanya tau namaku adalah Im Yoona, dan aku ingat bahwa orang tuaku telah tiada sejak lama.

“Jagi-ya, kau sudah boleh pulang besok. Apa kau senang?” . haruskah aku merasa senang disaat aku tidak bisa mengingat apa-apa, termasuk suamiku sendiri, Kim Ryeowook?

“Molla. Aku ingin ingat dengan masa laluku.” Jawabku. Kulihat pemandangan dari balik jendela kamar ini. Kurasakan tangan Ryeowook menggenggam tanganku.

“Sabarlah, jagi. Aku akan membantumu mengingat lagi masa lalumu.” Kutatap wajah imutnya, tersirat ketulusan dari matanya. Aku hanya diam dan menyandarkan kepalaku dipundaknya.

“Jika kau fikir hanya kau yang sedih karena kehilangan ingatanmu, seharusnya kau fikirkan juga perasaanku yang seperti tertusuk ribuan samurai karena orang yang aku cintai telah melupakan memori tentang diriku juga tulusnya cintaku.” Ucap Ryeowook, tangannya membelai lembut rambut panjangku.

++++

Mobil Ryeowook memasuki pekarangan luas suatu rumah yang cukup besar. Mobil semi sedan warna biru safir ini diparkirkan didepan garasi rumah itu.

“Ayo turun!” dibukakannya pintu mobil ini dan akupun segera keluar. “Gomawo.” Ucapku. Diambilnya barang-barang yang berada dibagasi mobil, sedangkan aku hanya membawakan tas jinjingnya yang berisikan laptop dan alat-alat kerja kepunyaannya.

“Ini rumahmu sendiri, Ryeowook-ssi?” tanyaku sambil mengekorinya masuk kedalam rumahnya yang cukup besar itu.

“Ne. Jagi-ya, panggil aku oppa!” rengeknya. Aku hanya geleng-geleng kepala. Aku merasa nyaman memanggilnya namanya yang diikuti dengan embel-embel ‘ssi’.

Ting. Tiit.. –suara pintu rumahnya kebuka-

“Kenapa kita tidak tinggal dihotel saja?” kuedarkan pandanganku menyapu isi rumah ini.

“Kan kau… Eh?” jawabnya terpotong dengan rasa kagetnya.

“Kenapa?” tanyaku penasaran akan sikapnya.

“Coba ulangi pertanyaanmu yang terakhir!” perintahnya.

“Kenapa?”

“Bukan itu. Sebelumnya.”

“Kenapa kita tidak tinggal dihotel saja?” aku bingung akan pertanyaan yang terlontar dari mulutku sendiri.

“Hotel. Lebih tepatnya kamar hotel yang kutempati, disana kita pertama kali bertemu.” Jelasnya. Aku hanya meng-ohhh.

“Sudahlah. Ayo kekamarmu.” Ajaknya.

“Kamarku? Bukan kamar kita?”

“Eung, itu maksudku. Aku pikir kamu tidak mau sekamar denganku karena kamu belum mengingatku sebagai suamimu.”

“Ohh, memangnya dirumah ini ada berapa kamar?”

“Hanya satu.” Ryeowook hanya cengir kuda. Beberapa saat kemudian dia sudah menarik tanganku menuju satu-satunya kamar dirumah ini.

“Ini kamar, hmmm. Kamar kita.” Ryeowook dan aku memasuki kamar yang cukup besar dengan banyak buku disetiap sudutnya. Wallpaper kamar yang terihat meriah dengan berbagai gambar animasi lucu membuat kamar ini semakin terlihat indah. “Yeppeoda!” gumamku. Ryeowook meletakkan barang-barang yang sedari tadi dibawanya didekat kasur yang berukuran big size itu dan  diapun mendudukkan dirinya diatas kasur. Aku berjalan menuju tempatnya duduk.

“Sudah berapa lama kita menikah?” tanyaku. Aku berdiri tepat didepannya sekarang.

“Duduklah disini.” Dia menepuk-nepuk tempat kosong disebelahnya dan akupun segera memposisikan diriku ditempat yang ditunjuknya.

“Kita baru menikah 3 minggu yang lalu.”

“Berapa lama aku berada di rumah sakit?”

“20 hari.”

“Mwo? Berarti……”

“Ne, kita baru menikmati waktu menjadi sepasang suami-istri  selama 2 jam dan kemudian itu terjadi.”

“Itu?”

“Ne, kecelakaan karena kecerobohanku itu.” Ryeowook menundukkan kepalanya, tangannya menyangga kepalanya.

“Sudahlah, yang penting sekarang aku tidak apa-apa.” Kubelai lembut rambut pendeknya yang kemerah-merahan itu.

“Kita menikah karena kita saling mencintai?” tanyaku untuk kesekian kalinya. Kepalanya yang tadi menunduk kini mulai terangkat kembali.

“Tidak.”

“Ckckck, pantas saja aku tidak mengingatmu. Berarti juga kau bohong padaku saat di Rumah sakit itu? Trus kenapa aku bisa menikah denganmu?”

“Saat di rumah sakit itu kan, aku berbicara seperti itu agar kau sedikit merasa tenang. Hmm,,, Pernikahan ini terjadi hutang.”

“Mwo? Hutang?”

“Ne, aku memliki hutang ke kamu. Sudahlah, sesi Tanya-jawabnya dilanjutkan nanti saja ya? Aku mau tidur dulu. Tadi malam aku begadang untuk menyelesaikan pekerjaanku, sekarang aku ngantuk sekali.”

“Dasar kelelawar!” cibirku. Ryeowook sudah membaringkan tubuhnya dikasur dan menutup matanya tanpa ganti baju.

Hutang? Hutang apa yang dia maksud?

 

RYEOWOOK POV

“Dasar kelelawar!” cibirnya pelan. Aku tak menanggapi cibirannya itu, kubaringkan tubuhku dikasur. Aku lelah, bahkan sangat lelah. Bukan karena aku semalam begadang, tapi aku lelah karena harus membohonginya sejauh ini. Ini melelahkan dan juga sangat menyakitkan.

++++

“Ryeowook-ssi, ireona!” kudengar suara halus Yoona.

“Arghh..” erangku.

“Ryeowook-ssi!”  kubuka mataku perlahan. Kurasakan tangannya mengguncang-guncang tanganku.

“Saat kubuka mataku, terlihat samar wajah indahmu. Tapi, saat kubuka hatiku, kurasakan rasa cinta yang pasti hanya untukmu. Saranghae” igau-ku dalam keadaan masih setengah sadar.

“Inspirasi!” mataku terbuka lebar seketika. Segera kucari laptopku dan mengabaikan Yoona yang terbengong-bengong dipinggir kasur.

“RYEOWOOK-SSI!!” teriaknya berhasil membuatku menoleh dan menyadari keberadaannya.

“Yoona-ya, gwaenchanha?” tanyaku.

“Kau tidak memanggilku Jagi lagi?”tanyanya balik.

“Eh, eumh. Kau kan tidak mau memanggilku oppa. Kenapa aku harus memanggilmu ‘Jagi’?” kutatap lagi laptopku yang sudah menyala sempurna. Benar ternyata, sentuhannya bisa menjadi inspirasi, pikirku.

“Ryeowook-ssi, kau tau sekarang jam berapa?” Tanya Yoona. Kulirik jam yang ada dilaptopku.

“Jam 1 siang. Waeyo?” tanyaku tanpa memalingkan pandangan dari laptopku.

“Wookie, aku lapar. Aku belum makan dari tadi malam.”

“Wookie? Siapa yang kau panggil Wookie, hah?” kulihati dia yang sudah berada disebelahku –yang memang sedari tadi dia sudah berada disana-.

“Kaulah, Tuan Kim Ryeowook!” jawabnya kesal. Wookie? Hanya orang-orang yang benar-benar dekat denganku lah yang memanggilku dengan nama itu, Seohyun pun tidak pernah memanggilku seperti itu.

“Wookie-ya, aku benar-benar lapar.”

“Masaklah sana! Dikulkas ada bahan makanan yang bisa kau masak.” Kataku tanpa melihatnya.

“Wookie-ya, tapi aku…”

“Kau kenapa? Kau tak bisa masak, hah?” tebakku asal dan mendapat anggukan lemah darinya.

“Mwo? Berapa umurmu ,Yoona-ssi? Kenapa kau tak bisa masak? Ckck, yeoja macam apa yang kunikahi ini?” tanyaku meremehkannya. Tiba-tiba dia menatapku dengan tatapan penuh amarah.

“YA! KAU KIM RYEOWOOK! JIKA KAU TAK MAU MEMASAK UNTUKKU, TIDAK PERLU KAU BERBICARA SEPERTI ITU!!” hardiknya. Dia berlari keluar kamar. Aku hanya memandanginya sejenak lalu kembali meneruskan pekerjaanku yang tertunda karenanya.

 

 -_- TBC -­­­­­_-

Hehehe. *garuk-garuk kepala*. Makin geje dah ni FF. Semoga masih ada yang mau baca…


14 thoughts on “[Freelance] From Lie To Love #4

  1. diawal wookie oppa so sweet banget
    tapi ko di akhir jadi kasar?
    omo, wookie oppa mulai merasakan cinta kembali
    kasian tae eonni ditinggal

    hwaiting next part soon

    Like

  2. ceritanya bagus dan konfliknya juga gc terlalu rumit jadi seperti kehidupan biasa
    bagus dech pokoknya,,,
    part selanjutnya jangan lama* ya chigu,,,

    Like

  3. ryeowook oppa ikh oppa tu orangnya benar2 ga pedulian bgt yak
    aduh kasihan Yoona unnie, sini ta aku masakin #masak air maksudnya hehehe

    bagus, lanjut ya chingu

    Like

  4. Knapa wokiiee harus repot2 buat pura2 jd suaminya yoona sih , ? Kan dia tnggal blang ajj sama teyeon yg sbenernya , ? wlaupun yoona smpet pesen supaya taeyeon gaa tauu klo dia kcelakaan tapi gaa gitu juga x , udah gitu knapa woookiee jd cuek banget sama yoona , nanti yoona curiga lagi klo dia bukan suaminya ,,

    Like

Leave a comment