His Finger [One Shot | Yaoi]


Kembali lagi dalam dunia per yaoi an. Kali ini kombek dng epep exo.

Sebenernya mau bkin ala2 LDR2an ngliat luhan n sehun saling  jauh dimata. Tapi gue blm dpt feel LDRan mreka. Yg berending  jd gni epep ny.

Sok dibaca…..

[yg belon kenal Exo, poto yg atas itu luhan, yg bawah sehun] sekian.

 

 

Pagi yang terlalu awal dimulai oleh Sehun. Langkahnya yang terlihat malas melaju lamban dipinggir jalan seoul. Seragam putih dengan jaket hitam terpasang sejadinya dibadannya. Rambutnya yang terlihat hitam dengan sentuhan sedikit kecoklatan pagi itu terlihat tambah berantakan, apalagi pagi tadi dia lupa menyisir rambut.

“Sehuna!” terdengar suara pria berteriak dengan suaranya yang lembut dan khas. Sehun menengok ke arah belakang. Dilihatnya Luhan berlari kecil kearahnya.

“Sehuna, tidak biasanya kau jalan pagi” tanya Luhan.

“Hhmm. Entahlah” Jawab Sehun tak bersemangat.

“Kau tidak menyisir ya? Rambutmu itu… ckck” Omel kecil Luhan sambil melihat Sehun aneh. Tapi mata Sehun yang tadinya terlihat tak fokus kini menatap tajam dan tak berkedip kearah jalan seberang. Seorang siswi dengan rambut panjangnya terlihat sedang asik bercengkrama dengan temannya dihalte bus. Melihatnya Sehun bahkan tidak sadar mulutnya yang mungil terbuka lebar.

“Hei!” Luhan mencoba membangunkan Sehun dari pandangannya. Tapi pandangan Sehun seperti terlem keras ke arah siswi itu. Senyumnya seperti obat bius yang secara tidak langsung membuat Sehun berjalan tak sadarkan diri. Seperti mimpi dipagi hari. Baru kali ini Sehun melihat siswi cantik itu. Dua tahun bersekolah satu atap, dan baru pagi itu ia melihatnya. ‘Bodoh’ omelnya sendiri dalam hati.

“Ya! Sehuna! kau ini baru melihat wanita seperti itu saja sudah seperti orang tak sadarkan diri seperti itu. Kau jangan membuatku malu seperti itu. Lihat kau ditertawakan orang-orang dijalan. Hei!” Omelan Luhan tak digubris Sehun. Sehun yang berjalan dengan tatapan kosong seperti tuli tak mendengar ucapan Luhan. Apa yang dilihatnya tidak diragukan adalah hal yang luar biasa. Mengingat Sehun selama ini belum pernah terlampau tertarik dengan siswi disekolahnya apalagi mempunyai kekasih. Walaupun wajahnya tak begitu mengecewakan, tapi tak ada nilai plus dari seorang Sehun. Penampilannya yang kurang terawat dan perilakunya yang malas dan tidak terlalu banyak bergaul, membuatnya sedikit tertutup dan sulit untuk bisa bergaul dengan leluasa disekolah. Tapi hanya Luhan yang selama ini dekat dengannya. Bukan apa-apa, tapi memang dasarnya Luhan adalah siswa baik, kaya raya yang dekat dengan siapapun disekolah. Jadi tak sulit baginya untuk mudah mendapatkan teman.  Ditambah lagi wajahnya yang terlihat menarik.

Sehun yang tak sadar berjalan tiba dihalte bus, tempat dimana siswi itu duduk bercengkrama dengan temannya. Tampang Sehun yang memalukan itu masih terpasang dimukanya. Luhan hanya bisa menahan tawa melihat temannya yang bodoh itu.

“O, Luhan! Pagi!” teriak siswi itu menegur Luhan yang berdiri tak jauh darinya. Sentak Sehun kaget, tak terbayang wanita itu mengenal Luhan. Sehun dengan mukanya yang memerah tiba-tiba merasa dipermainkan.

“Oh, pagi!” Jawab Luhan santai dengan gaya normalnya yang terlihat menyebalkan. Darah Sehun yang mulai tinggi itu melihat tingkah Luhan kesal bukan main. Ingin sekali dia memukul kepala kecilnya itu dengan kuat. “Aish!” ucapnya pelan dengan kesal.

Siswi itu hanya bisa tersenyum mendengar Luhan menyambut tegurannya, seperti ada rasa senang karena dihargai. Atau rasa suka?.

Sepanjang jalan dalam bus, Sehun hanya bisa memajang wajahnya yang penuh emosi itu. Luhan yang sudah tau sejak tadi hanya bisa menahan rasa tawanya. Lucunya melihat temannya yang satu itu.

“Kau ini! kenapa tidak bilang kau mengenal siswi itu?!” teriak Sehun sesampainya dikelas. Dibantingnya tas ranselnya itu.

“Ahahaha! kau saja yang tidak mendengarkan aku! Lucu sekali kau ini baru melihat wanita seperti itu saja sudah hampir gila seperti itu.” Balas Luhan dengan tawanya yang terdengar mengejek.

“Aish~” Kesalnya Sehun hampir ingin memukul temannya yang menyebalkan itu.

“Aih. kau ini, kau mau ku kenalkan?” Tanya Luhan merayu.

“Apa?! Kau ini mau mengejekku atau apa! Tentu saja aku mau” Sehun dengan seketika seperti memasukkan lagi amarahnya ke dalam kantung dan membuangnya jauh-jauh ketika Luhan menawarkannya untuk dikenalkan.

“Ahaha kau ini. Tenang saja, aku tau dimana tempat dia biasa ada” Ucap luhan dengan wajah yang meyakinkan.

Sehun yang terlihat seperti anak anjing yang meminta makanan itu terlihat berkaca-kaca bahagia mendengar ucapan Luhan.

“Tapi kau jangan terlalu banyak berharap. Dia itu sepertinya agak sulit didekati. Melihat seleranya terlalu tinggi tentang pria.”

“Maksud mu?”

“Ya maksud ku, lihat saja penampilan mu itu” Ejek Luhan melihat penampilan seragam yang dikenakan Sehun. Dengan tampang tak berdosa Sehun mencium ketiaknya dan merapihkan rambut usang nya itu dengan jari. Lalu dengan rasa iri melihat penampilan Luhan yang seperti pangeran kerajaan dengan kuda putihnya itu. Bajunya yang rapih dan harum parfum mahal, dengan potongan rambut yang teratata rapih. Plus tas dan sepatu yang terlihat elit itu membuat Sehun terpojokkan secara tidak langsung.

“Ahaha tenang saja. Penampilan sepertimu itu bisa disiasati dengan mudah. Hanya butuh sedikit sentuhan dari orang ahli sepertiku ini” Ucap Luhan lagi-lagi mengejek temannya itu.

“Ya! terserah apa katamu! Yang pasti aku harus bisa mendapatkannya.” Jawab Sehun lantang.

“Kau ini”

“Tapi… aku bahkan belum tau nama siswi itu” Tanya Sehun polos.

“Namanya Seongri. Jung Seongri. Anak kelas dua jurusan Seni Lukis.”

“Aneh sekali aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Tak sia-sia aku punya teman sepertimu Luhan. Ternyata ada gunanya aku berteman denganmu” Ucap sehun sambil meletakkan tangan kokohnya dibahu Luhan yang mungil itu. Sentak Luhan kaget teman yang selama ini tak begitu dekat dengannya itu kini mulai akrab. Setidaknya saat ini dia mempunyai kegiatan yang menyenangkan bisa membantu temannya itu.

—-

Keesokan harinya.

“Sehuna. Besok kau ada waktu?” tanya Luhan saat bel istirahat terdengar.

“Kenapa?” tanya Sehun bingung sambil berjalan keluar kelas.

“Kau ini bagaimana bisa lupa tawaranku kemarin. Kau ada waktu tidak besok malam?” Luhan mulai mempertegas pertanyaannya.

“Maksud mu?! Besok kau akan mengenalkanku dengan Seongri?!” Teriak Sehun kaget dengan matanya yang terbuka lebar.

“Hhmm. Kau tak usah seperti melihat hantu seperti itu. Jawab saja ada waktu atau tidak” Ucap Luhan santai.

“Kau ini becanda?! Apapun yang terjadi besok, pasti aku punya waktu! Pasti!” Sehun mulai berantusias tinggi.

“Baiklah. Besok sore kau kerumahku. Oh tidak. Besok sepulang sekolah kita kerumahku saja. Ada hal yang harus dibenahi” Ajak Luhan.

“Baiklah! Apapun yang kau mau!” Jawab sehun dengan gembira bak anak kecil yang baru diberi permen.

Keesokkan harinya sepulang sekolah.

“Kau yakin kita kerumah mu dulu? Sebenarnya kita mau apa? Kenapa aku tidak langsung kau kenalkan saja? Kalau kerumahmu dulu kan buang-buang waktu saja” Tanya Sehun tak henti-hentinya di mobil dalam perjalanan ke rumah Luhan.

“kau ini. sudah terima saja. Terlalu banyak tanya” Jawab Luhan yang merasa jengkel.

Sehun hanya bisa membalas ucapannya itu dengan tampang sebal sambil menjulurkan bibirnya kesal.

Sehun terpana melihat rumah didepan matanya itu. Mewah dan sangat…. kaya. Tak bisa dipungkiri lagi sekarang betapa kaya rayanya Luhan. Walaupun seharusnya Sehun sudah tak heran lagi melihatnya, tapi kali ini dengan pemandangan rumah mewah dan barang-barang antik yang terpajang, sulit baginya untuk terlihat biasa saja.

“Lepas bajumu” ucap Luhan sesampainya dikamarnya.

“Eh?!” Kagetnya Sehun bukan main mendengar Luhan menyuruhkan melepaskan baju sambil dengan reflek tangannya menutupi tubuhnya sendiri.

“Lepas bajumu. Kau yakin mau memakai baju seragam mu itu kesana?” ucap Luhan sambil memilih-milih bajunya dari lemari besar.

“Oh.” Jawab Sehun sedikit malu dan menaruh kembali tangannya dari dadanya itu.

“Pakai ini” ucap Luhan sambil memberikan Sehun sepasang baju bermerek.

Sehun yang sedari tadi hanya bisa terpana melihat kamar Luhan yang elit itu dengan pasrah menerima baju apapun yang diberikan Luhan.

“Luhan. Bagaimana?” tanya Sehun keluar dari toilet memakai baju yang dipilihkan Luhan tadi.

“Bagus. Tapi sepertinya masih ada yang kurang” Dengan cepat luhan menarik tangan kokoh Sehun ke depan cermin besar yang terpajang dekat jendela. Diambilnya sisir dan beberapa produk gel rambut.

“Duduk disitu” ucap luhan sambil mendorong bangku. Dengan sigap Sehun duduk tak berkata apa-apa. ‘Sebenarnya mau apa dia’ tanya Sehun dalam hati.

Luhan dengan terampil menyisirkan rambut Sehun yang berantakan. ‘Ternyata lembut sekali rambutnya. Tak kusangka’ dalam hati Luhan yang tak percaya ternyata rambut usang yang ia lihat selama ini tak sekasar dan seburuk pikirannya. Rambut Sehun lembut dan mudah dibenahi. Tercium sedikit harum sampo lembut dari rambutnya. Luhan mulai buyar tak fokus menyisir.

“Hei. Mau kau apakan rambutku?” pertanyaan Sehun membangunkan pikiran Luhan yang melayang-layang.

“Sudah diam saja” jawab luhan mengoleskan sedikit jel dan kembali menyisirnya dengan jari-jari lembutnya itu.

Tak lama terpampang rambut yang tertata rapih dengan model yang terlihat cocok dengan pakaiannya saat itu.

“Hwah.” Sehun kaget melihat sosok yang ada dicermin besar itu.

“Kau pintar sekali Luhan. Bisa merubahku serapih ini. Sihir apa yang kau pakai?” tanya Sehun mengejek.

“Sekarang yang kau butuhkan tinggal sedikit aksesoris” ucap Luhan sambil mencari-cari jam tangan yang terjejer rapih dilacinya.

“Nah. Pakai ini saja” Luhan memberikan Sehun sebuah jam tangan yang terlihat mahal itu.

“Aku ingin memakai cincin itu.” Ucap sehun menunjuk sebuah cincin dengan hiasan coral yang agak besar sambil memakai jam tanganya.

“Cincin ini?” tanya Luhan mengambil cincin yang ditunjuk Sehun.

“Iya. Sepertinya cocok dijariku” sehun mulai merasa percaya diri.

“Cincin ini terlalu kecil dijarimu” ucap Luhan. Sebenarnya Sehun juga tau cincin itu pasti tidak terlalu muat dijarinya, mengingat jari-jari Luhan jauh lebih mungil ketimbang jarinya. Tapi cincin itu terlalu memikat hatinya. Dengan sedikit paksaan, cincin itu pun masuk kejari manisnya.

“Nah. Muat kan?” ucap Sehun memamerkan jari manisnya.

“Aish. ayo cepat, nanti kita terlambat” ucap Luhan segera membenahi penampilannya.

“Sebenarnya kau mau mengenalkan ku dimana? Kenapa tak disekolah saja?” tanya Sehun yang tak bisa tenang.

“Kalau disekolah sudah pasti dia akan menolakmu. Ahaha” jawab Luhan mengejek

“Aish”

Mereka mulai memasuki sebuah bar elit. Dengan penampilan yang seperti sekarang, Luhan dan Sehun tak lepas dari pandangan wanita-wanita yang lalu lalang didepannya. Luhan hanya terlihat biasa seperti tak menggubris wanita-wanita itu, terbalik dengan Sehun yang sedari tadi malu-malu dengan  tingkahnya yang aneh karena wanita-wanita itu tak henti-hentinya menatap mereka.

“Luhan sshi~” terdengar suara perempuan yang terduduk dengan temannya di meja vip. Jantung Sehun seketika memompa kencang melihat Seongri dengan pakaian terbukanya itu. Kaki indah dan panjangnya terpampang jelas didepan matanya ketika Seongri berdiri menyambut Luhan.

“Oh, kalian sudah sampai disini ternyata. Maaf datang terlambat.” ucap Luhan dengan senyum mungilnya yang mematikan itu.

“Tidak apa-apa. Kami senang kau datang” ucap Seongri dengan senyuman sedikit menggoda.

“Kenalkan, ini temanku, Sehun. Kita satu sekolah, mungkin kau baru kenal. Sehun, ini Seongri” ucap Luhan yang mengagetkan Sehun. Sehun hanya bisa berdiri kaku sambil mengulurkan tangannya ingin berjabat dengan Seongri.

“Oh” ucap Seongri singkat sambil bersalaman cepat dan kembali duduk. Perkenalan yang singkat itu hampir saja membuat jantung Sehun copot. Walaupun reaksi Seongri terlihat tidak begitu meyakinkan, tapi sudah bisa membuat Sehun bahagia dapat menjabat tangannya.

Sehun terduduk dengan kakunya dibangku yang bersebelahan dengan Seongri. Luhan dengan sengaja menempatkan nya dibangku itu agar mereka duduk berdekatan.

“Kalian belum memesan minum?” tanya Luhan melihat meja yang kosong.

“Oh, belum. Kaun ingin memesan apa?” tanya Seongri ke arah Luhan.

“Kau mau pesan apa Sehun?” Luhan melempar pertanyaan nya ke Sehun yang sedang terbengong bodoh.

“Oh, aku apa saja. Terserah kau” jawab Sehun yang sama sekali tidak pernah memasuki sebuah bar sebelumnya. Mau ditanya pun, pasti dia tak tahu menahu menu yang ada dibar itu.

“Bagaimana kalau aku yang pesan saja?” Seongri menawarkan diri. Dipesannya beberapa minuman berakohol dan makanan kecil.

“Jadi temanku Sehun, dia sebenarnya sangat terkenal dikelas. Tapi karena dia pemalu, jadi agak sulit untuk di ajak mengobrol” Luhan mulai membual. ‘Aish, bualannya terlalu mengada-ada’ Sehun kesal dalam hati.

“Oh begitu. Tapi aku senang sekali bisa mengobrol bersama Luhan seperti ini” Jawab Seongri sambil menatap Luhan dalam. Jawaban yang dikeluarkan Seongir diluar topik pembicaraan sebelumnya. Sehun hanya bisa terduduk seperti seorang penonton.

“Sehun, kau tidak ingin berkata apa-apa? Ayo ceritakan tentang perasaanmu bisa makan malam bersama kita seperti ini” pertanyaan Luhan mulai menyudutkan Sehun.

“hhmm. Ah, aku…”

“kalau aku sudah lama menunggu-nunggu malam ini. Bisa makan bersama satu meja dengan Luhan sudah menjadi impianku sejak lama” belum selesai Sehun berbicara Seongri sudah memotongnya. Dengan jawaban seperti itu, Sehun merasa tertusuk jarum dalam-dalam keparu-parunya. Secara tidak langsung ucapan Seongri seperti itu memberikan shock tersendiri bagi Sehun. Sehun dengan mudah dapat menyimpulkan perasaan Seongri yang sesungguhnya. Tak perlu banyak ditanya atau ditebak, dari tingkah lakunya dari awal saja Seongri sudah terlihat tertarik oleh Luhan. ‘Bodoh sekali aku ini, mau menyaingi seorang Luhan dalam hal wanita’ sehun menertawakan dirinya sendiri.

“Ah, kau jangan begitu, aku rasa makan malam seperti ini adalah hal yang biasa” jawab Luhan mencoba menghindar.

Tak lama minuman yang dipesan datang. Sehun yang mulai panas dengan cepat menegak bir didepannya itu. Tak henti dia menuangkan gelas demi gelas agar panas hatinya dapat hilang tersiram bir. Tingkah bodohnya itu membuat Luhan merasa kaget. Tapi sehun tak menggubris Luhan yang mencoba menghentikan aksi mabuknya itu.

Keadaan lebih memanas ketika Seongri terus menerus bertanya kepada Luhan. Aksinya itu seperti wanita yang sedang menggoda tamunya. Membuat Sehun sudah tak mampu lagi berfikir jernih. Yang ada dipikirannya sekarang adalah kenapa bisa-bisanya ia ada didalam sebuah bar hanya untuk berkenalan dengan seorang siswi satu sekolah yang bahkan tak menganggapnya ada disitu, pria yang jelas-jelas duduk disampingnya. Ditambah lagi pemandangan menyebalkan antara Seongri dan Luhan yang ada didepan matanya itu.

‘Aku ini bagaimana bisa dipermainkan seperti ini’ Sehun mencoba menahan amarah dan rasa kesalnya saat itu dengan terus menegak bir tak henti-henti.

Tak terhitung berapa botol yang ia habiskan. Kepalanya mulai tak mampu lagi berfungsi. Sehun terkapar lemah di atas meja bar. Luhan terkaget melihat temannya yang terkapar itu.

“Sehuna~” ucap Luhan mencoba membangunkan Sehun.

“Aish, dia ini.”

“Sepertinya aku harus mengantarkannya pulang.” ucap Luhan yang merasa bersalah. Bersalah kepada Sehun bukan bersalah kepada Seongri.

“Tapi kita belum selesai mengobrol. Masih banyak yang ingin aku tau mengenai mu” tangan Seongri mencoba menahan kepergian Luhan. Tapi dengan tanpa ekspresi Luhan mengabaikannya. Tangannya dengan sibuk mencoba mengangkat Sehun. Tapi Sehun terlalu lemah dan tak sadarkan diri untuk dibopong. Nekat, Luhan menggendong tubuh besar Sehun kebahu belakangnya. Dapat dirasakan dengan jelas panas tubuh Sehun yang menempel pada punggungnya itu. Luhan dapat merasakan kekarnya kakinya Sehun yang melingkar pada pinggangnya itu. Tangan Sehun yang memeluk leher Luhan terasa sangat hangat. Kulitnya yang saling bersentuhan membuat Luhan merasakan betapa lembut dan hangatnya kulit Sehun. Nafas Sehun yang berhembus dibelakang daun telinga Luhan menggelitiknya lembut. Dengan sekuat tenaga Luhan menggendong Sehun kedalam mobil. Walau tak bisa dipercaya tubuh mungil luhan dapat menggendong tubuh sehun yang lebih besar, tapi kekuatan Luhan cukup kuat dan berani demi temannya yang satu ini.

Sepanjang perjalanan pulang tak hentinya Luhan memikirkan betapa sakitnya hati Sehun malam itu. Tak disangka perasaan Seongri tadi sangat mengejutkan. ‘Bodohnya aku!’ ucap Luhan memarahi dirinya sendiri.

Sesampainya dirumah, Luhan menggendong kembali Sehun kedalam kamar dan menjatuhkannya ke kasur. Melihat tubuh Sehun terkapar tak berdaya dikasur dengan posisi tangan dan kaki yang terbuka lebar membuat Luhan memanas.

“Sehuna, buka bajumu” ucap Luhan pada Sehun yang jelas-jelas tak sadarkan diri. Luhan tak tahan mencium bau alkohol ditubuh Sehun yang membuatnya nekat untuk berniat membuka sendiri pakaian Sehun.

“Sehuna~ buka bajumu! aku tak bisa tidur dengan bau alkohol seperti itu” ujar Luhan sambil terus menggoyangkan tubuh Sehun yang lunglai tak merespon itu.

Lama luhan mencoba membangunkan sehun dengan hasil nihil. Luhan menarik nafasnya dalam-dalam. Dibukanya kancing demi kancing secara perlahan. Kulit Sehun yang seputih susu itu membuat bulu kuduk Luhan mulai merespon. Lembutnya dan betapa sempurnanya kulit Sehun… Tak lama Luhan mulai memberanikan diri untuk membuka kaus dalam yang masih menempel ditubuh Sehun. Terlihat nipple Sehun yang berwarna coklat muda yang membuat Luhan lupa diri. Entah apa yang merasukinya, bisa-bisanya dia merasa panas dan tertarik dengan temannya itu. Tapi kesempurnaan Sehun tak bisa ditolak. Entah itu seorang wanita atau seorang pria manapun yang melihatnya bertelanjang dada seperti itu pasti akan merasa panas.

Luhan yang saat itu sudah buta gender. Yang dilihatnya saat ini adalah sesosok manusia dengan kulit yang sempurna. Bukan seorang pria yang tertidur pulas karena mabuk. Luhan duduk disamping tubuh Sehun. Dilihatnya dari dekat kulit sehun yang memerah itu. Diperhatikannya wajah Sehun inci demi inci. Diusapnya keringat diwajah Sehun dengan lembut. Terlau sulit bagi Luhan untuk tidak melihat bibir Sehun yang penuh berisi bewarna merah itu. Terlalu sayang untuk ditinggalkan bibir sesempurna itu. Dengan jarinya Luhan mulai menyentuh bibir lembut itu. Sesaat jarinya menyentuh bibir Sehun, tak bisa tergambarkan betapa lembut permukaannya, membuat Luhan makin memberanikan diri. Didekatkannya wajah kecilnya itu. Dekat dan makin dekat dengan wajah Sehun. Bau alkohol yang saat itu menusuk sudah terlupakan oleh Luhan. Yang ia mau saat ini adalah mencium bibir lembut Sehun dan merasakan permukaan bibirnya yang memerah itu. Seketika didaratkannya bibirnya diatas bibir Sehun. Dengan seluruh keberaniannya, tak ia pikirkan lagi siapa itu Sehun dan apa yang sedang ia lakukan sekarang. Ketika bibirnya saling bertemu, Luhan makin menjadi-jadi. Dibukanya bibirnya lebar-lebar dan mulai memainkan bibir Sehun dengan lidahnya. Digigitnya bibir Sehun yang kenyal itu dengan lembut. Luhan makin menikmati kegiatan itu. Jantungnya mulai memompa keras yang mendorongnya untuk tambah liar. Dihisapnya dengan kuat bibir bawah Sehun dan sesekali menggigitnya. Luhan tambah menjelajahi tubuh Sehun. Dihisapnya leher Sehun dengan penuh semangat. Dijambaknya rambut Sehun agar ia dapat leluasa merasakan nikmatnya kulit Sehun. Tak sampai disitu, Luhan mulai turun dan menghisap nipple Sehun. Mengulumnya dan menjilatinya tanpa henti. Rasa lembut nipple Sehun merasuk kedalam muluh Luhan. Dalam kegiatannya Luhan makin menikmati nipple Sehun sambil mendesah nikmat. Sehun yang sejak tadi tak bergerak mulai merintih seperti akan terbangun. Bagaimana tida, Luhan menghisapnya terlalu bersemangat. Sontak Luhan kaget bukan main, menghentikan kegiatannya dan beranjak bangun dari dari kasur. Tapi tidak sebelum tangan Sehun memeluk tubuh Luhan dan menempelkannya erat ketubuhnya. “Seongri ah~” suara Sehun serak memanggil nama Seongri. Ternyata ia mengigau. Apapun yang ia mimpikan saat itu tentang Seongri, Luhan tak memikirkannya. Yang ia pikirkan sekarang adalah hangatnya tubuh Sehun. Seakan tak mau lepas, Luhan tak beranjak dari pelukan Sehun dan tertidur pulas diatas Sehun yang bertelanjang dada.

Malam itu Luhan seperti teracuni oleh kesempurnaan kulit Sehun yang terlalu menggoda. Entah itu dosa atau memang apa adanya. Tapi Luhan hanya mempercayai apa yang ada didepannya saat ini adalah seorang manusia sempurna yang ia sukai dan ia kagumi. Bukan seorang pria yang tidak boleh disukai.

Keesokkan harinya.

Sehun terbangun dari tidur lelapnya yang panjang dengan wajah lemah dan rambut yang berantakan. Sudah sejak pagi buta Luhan bangun dan memakaikan Sehun baju. Ia tak mau Sehun terbangun dengan keadaan bertelanjang dada. Itu pasti akan mengagetkannya.

Luhan masuk dengan membawa segelas susu hangat dan roti panggang. Sehun yang sudah sedikit segar terbangun dari kasur.

“Minum ini” ucap Luhan memberinya segelas susu hangat. Dengan cepat Sehun bangun dan menegak susu tersebut dengan lahap.

“Jam berapa ini?” tanya Sehun lemah.

“Jam sembilan” jawab Luhan.

“Apa?! Jam sembilan? kita tidak sekolah?” tanya Sehun kaget dengan wajahnya yang lucu.

Tak tahan melihat wajah Sehun seperti itu Luhan hanya bisa memalingkan wajahnya. Melihat wajah Sehun malah membuatnya mengingat kejadian tadi malam. Ia tak mau mengulang kembali kejadian semalam di otaknya. Luhan hanya mau mengganggap kejadian semalam sebagai sebuah kesalahan fatal yang harus dilupakan selamanya. Tapi itu sepertinya sulit bagi Luhan yang sudah terlampau tenggelam.

“Aish. Luhan! Cincin mu tidak bisa lepas. Bagaimana ini” tanya Sehun panik berusaha melepas cincin Luhan yang melingkar dijari manisnya itu. Tapi usaha Sehun sia-sia mengingat cincin itu terlalu kecil dan mulai terperangkap dijarinya.

“Bagaimana kalau pakai sabun saja. Pasti bisa dilepas” Sehun berusaha beranjak dari kasur dan menuju toilet.

“Jangan. Jika kena sabun akan merusak cincin ku. Begini caranya” Luhan menghalangi Sehun yang hampir meninggalkan kasur. Dengan tangannya, diraihnya jari manis Sehun dan memasukkannya kedalam mulutnya.

“Hei! apa yang kau lakukan?!” Sehun kaget setengah mati melihat tingkah Luhan seperti itu. Didorongnya bahu Luhan untuk menghentikannya.

“Diam! Dengan air liur cincin ini akan terlepas dengan mudah” ucap Luhan sambil terus menjilati jari Sehun dan menghisap cincin itu keluar perlahan-lahan dari jari manisnya. Sehun yang kala itu merasa sangat kaget, marah, bingung dan memanas itu mulai merasakan gejolak yang nikmat. Rasa marah perlahan berubah menjadi rasa kenikmatan yang timbul dari cara Luhan menjilati jarinya dengan lidahnya yang kecil. Lidahnya yang mungil tak hentinya menjelajahi jari jemari Sehun. Memasukkan dan mengeluarkannya sesekali. Sehun benar-benar merasa seperti mati suri. Yang ia rasakan hanyalah kelembutan lidah Luhan yang memainkan jarinya dan sentuhan lembut tangan Luhan yang meraih tangannya. Sehun hanya bisa terduduk tak berkutik. Ia merasa seperti belum sepenuhnya bangun.

Setelah sedikit lama bergelut dengan jari Sehun, tak disangka cincin itu pun lepas dengan mudahnya. Sehun yang terpana hanya bisa terkaget-kaget.

Dalam hati Luhan, sulit baginya untuk menolak hasratnya untuk Sehun. Pagi itu benar-benar pagi tergila dalam hidupnya. Menjilati jari sahabatnya sendiri adalah hal teraneh dan terbodoh yang pernah ia lakukan. Tapi bagaimanapun perasaan Luhan terhadap Sehun bukanlah suatu kebetulan atau kejadian kecelakaan semata. Tapi sebuah perasaan nyata adanya.

“Sebaiknya aku pulang saja” ujar Sehun yang merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diri Luhan. Sehun yang merasa janggal dengan semua ini mulai melangkahkan kaki nya keluar kamar Luhan. Luhan hanya bisa terdiam menundukkan kepalanya melihat temannya itu meninggalkannya begitu saja tanpa rasa berdosa.

“Soal semalam. Maafkan aku” ujar Luhan ketika Sehun beranjak keluar. Sehun yang mendengar kata maaf itu seketika menghentikan langkahnya. Ia menengok kearah Luhan yang terduduk membelakanginya itu.

“Tidak apa-apa. Aku tau Seongri mempunyai selera yang terlalu tinggi” jawab Sehun tak berdosa.

Tapi bukan Seongri yang dibicarakan Luhan. Kata maaf itu bukan untuk kejadian semalam dibar. Tapi hal lain yang jauh, jauh lebih fatal. Dengan mudahnya Sehun masih mengingat Seongri setelah apa yang terjadi semalam dibar. Luhan dapat menyimpulkan bahwa Sehun masih mempunyai rasa terhadap Seongri. Tapi bukan jawaban itu yang Luhan mau dari mulut Sehun. Ia hanya mau sebuah jawaban yang terdengar seperti menerima keadaan rasa Luhan saat itu. Sebuah jawaban untuk ‘dihargai’.

Sehun mulai melangkahkan lagi kakinya keluar.

‘Ini semua salahku’ Luhan menahan rasa tangisnya yang mulai menusuk dalam. Ia bahkan tak tau kenapa bisa ada perasaan suka yang teramat besar terhadap Sehun. Baru kali ini ia merasakan suka yang teramat besar terhadap seseorang. Hatinya yang terasa seperti labil terus bergejolak berusaha melawan rasa suka itu. Tapi dilain sisi ada dorongan besar untuk mencintai dan memiliki Sehun sepenuhnya sebagai seseorang yang bisa dikasihi. Luhan bukanlah tipe yang dapat dengan mudah mencintai seseorang, terlebih lagi mencintai seorang pria. Ini sangat diluar perkiraan dan membuatnya tertekan. Perasaannya kali ini benar-benar membuatnya hancur dan sulit untuk ditata kembali.

Sehun yang berjalan cepat berlari menginggalkan rumah mewah itu. Ada rasa janggal dalam hatinya kala itu. Seperti ada perasaan aneh yang tumbuh terhadap Luhan setelah kejadian melepas cincin tadi. ‘Aish! kenapa kemarin aku harus memakai cincin itu! Bodohnya aku’ Sehun bahkan terlalu polos untuk menangkap situasi tadi dengan dewasa.

Tapi sangat dipastikan kejadian tadi akan merusak hubungan persahabatan mereka. Karena pasti sulit untuk bisa melupakan kejadian fatal yang telah mereka lakukan tadi.

Sejak saat itu Luhan dan Sehun tak lagi berbincang atau saling menegur di sekolah. Dalam waktu dua hari saja mereka seperti dua orang yang tidak saling kenal. Sehun yang mencoba mencerna keadaan janggal itu sudah tak sanggup lagi untuk mengingatnya. Luhan bahkan menjadi sangat pendiam dan menjadi penyendiri sejak kejadian malam itu.

Namun, apapun yang telah terjadi adalah kejadian yang telah mengubah jalan hidup Luhan. Sesuatu yang akan terus menghantuinya.

Tamat.

Agak nggantung? Minta dibikin chap? coba coba dikomen dulu biar saya survey.

Yang mau baca ff NC lain karya saya, bisa dipilih2 sok diobral :

In The Forest | Say My Name | Orange Juice | A Spicy Kiss

yang ini sekilas info twitter saya : @_kr1s

 


46 thoughts on “His Finger [One Shot | Yaoi]

  1. aigoo, speechless saya
    pengennya sih lanjut mengingat saya juga HunHan shipper jd kurang puas gitu #plaak!
    Kasian Sehun. Pengen saya tendang tu Seongri bikin Sehun sakit hati. Tp sy titip Sehun ke Luhan ajalah..

    Like

  2. Nge-gantung banget chingu..
    Akunya yang tadinya bukan HunHan shipper, tapi KaDo shipper, jadi suka sama tu couple..
    LANJUTKAN !! Ku tunggu ! 😀 *gaje ._.v

    Like

  3. author menyebalkan.. kenapa ngegantung??? kan jadi gregetan!!! *gigit bantal* ><

    lanjuttt dong, palliii…. *puppy eyes* ^^

    Like

  4. Iyah ngegantung

    ini mau di bikin chap ?
    Atau sequel ?
    Kan gak enak kalo ngegantung u,u
    tapi aku suka sama jalan ceritanya
    sebuah cinta segitiga yang benar benar segitiga o,O
    hehe xD

    Like

  5. ih sumpah ngeselin. end nya gitu doang? haduh, padahal itu cerita nya seru pake bgt. hayo dong thor dijadiin chap.. please ya ya ya 😀

    Like

  6. Kyaaaaaa~ HunHan membuat ku gila!!! *setelah BaekYeol tentu nya ^^*
    sequel nya apa thor??
    Kesian Luhan, jadi pendiem T^T
    Hey Sehun!! Bukan saat nya u/ ber-polos-ria, ayo donk sadar klo km juga akhir nya suka kan sama Luhan?!!!

    Like

  7. Aku….telat ya komennya? ._.v waks~

    aku kira ini ga nyampe ke urusan nipple, apalagi itu luhan. Luhan. LUHAN. Hell yeah, Luhaaaaaaaan O/////O pake acara njilat jarinya sehun..ohmy..

    Luhan aggressive disini O_O dan aku sukaaa xD dia masih keliatan polos ._.

    keep it up ^^~

    Like

  8. Lanjut…. HunHan jjang, perfect, forever, real!!!
    Sehun… Luhan… Saranghaeee….
    Lanjut terus ya! Bikin penasaran.. FF-nya bikin panas nieh.. *kipas-kipas*
    Fighting!

    Like

  9. ng gantung bgt. . jgn pisahkan hunhan. . . dan apaan thu pake acara diam2 an. . andwae. . . rasax sakit bgt. . gw. .
    plak. . apa hub.y?!

    Like

  10. Loh, saya kok malah gadapet pointnya ya?;A ;

    Itu Luhan yang nepsong, jadi Luhan yang seme dong? Sehun kok menye? Ini HunHan atau HanHun? Amsyong confused QAQ.

    Like

Leave a comment