SONG AND THE DANDELION 1


TITLE                                     :  SONG AND THE DANDELION 1

MAIN CAST                          :  YOONA “SNSD”, DONGHAE “SUJU”, JESSICA “SNSD”

OTHER CAST/CAMO          :  TAEYEON “SNSD”, etc

GENRE                                  :  SERIES/CHAPTER, ROMANCE, little bit ACTION

AUTHOR                               :  SeoKyuWonSull a.k.a Zalukhu

DISCLAIMER                       :  THE STORIES IS MINE. CAST IS SME’s

 

SONG AND THE DANDELION-1

Anyeong….

Terima kasih atas komen-komen reader di part sebelumnya. Aku senang dengan komentar dan saran yang membuatku semangat untuk melanjutkan FF aku ini. Sekali lagi terima kasih ya :D. Baiklah tanpa banyak bacot ini dia SONG AND THE DANDELION-2

 

NO BASHING, NO PLAGIAT, AND NO SILENT READERS.

FF INI MURNI IDE SAYA. JIKA ADA KESAMAAN PEMAIN, ATAU KESAMAAN LAINNYA, ITU BUKAN UNSUR KESENGAJAAN

HAPPY READING

SONG AND THE DANDELION 2

 

–SIWON POV–

Pantai itu benar-benar sepi. Belum lagi ombaknya yang pas membuatku memutuskan untuk surfing disana. Sudah tiga hari aku di Jeju untuk berlibur. Namun tak ku temukan satupun pantai yang pas untuk ber-surfing-ria. Memang sih ombak pulau Jeju tidak cocok untuk surfing, Tapi, berhubung aku beginner jadi ku tolak semua ajakan teman-temanku untuk mengunjungi Bali yang terkenal dengan Surga para Surfer. “Ah….pas! sepi. Jadi tidak terlalu memalukan jika nantinya aku gagal berdiri di papan surfer ini” ujarku terkekeh mengelus lembut papan surfingku.  Aku melepas kemeja dan celana dasarku. Kini aku hanya mengenakan celana boxer hijau dan bertelanjang dada. Menjinjing papan surfingku

Aku mengambil kuda-kuda untuk berlari menuju laut. Baru setengah langkah tiba-tiba aku mendengar suara petikan gitar mengalun. Petikannya lembut namun tegas. Semangat tapi terdengar lirih(?). Aku berdiri tegap menancapkan papan surfingku ke pasir pantai. Sambil menajamkan telinga meresapi setiap nada yang keluar dari gitar itu.

-MISTAKE SNSD-

Ha… aha…yea ih….

Huhuhu..hu~~

Nan ajig jejarijyo
Yeojeonhi geudae gyeoteseo
Hemaeida jichyeoseo

Nadanya semakin indah mengalun. Sesekali aku bergumam mengikuti irama sambil menghentakkan kaki. ‘Benar-benar indah’

oneuldo geudaer maemdolda
Haru tto haru heulleo heulleoseo
Yeogikkaji ongeojyo

almyeonse apeun nae mam almyeonseodo

utneun geudaega nar deo apeuge hajyo

“Tapi..kenapa terdengar begitu lirih? Padahal temponya lumayan enak” Ujarku sambil terus merasakan sesuatu perasaan yang janggal pada sang penyanyi

 

Nareur deo saranghage mandeulji mothan
Nae jalmosijyo
Nae…Naega do….Naego do…
hiks..hiks….

Tiba-tiba petikan dan nyanyian itu terhenti berganti dengan isakan. Aku tersadar sambil tercengang mencari-cari ‘nyanyian yang hilang’. “Lho? Berhenti? Kenapa? Lalu dimana suara tangis itu?” aku mencari memutar-mutar kepalaku mencari sosok yang menangis itu. Tapi tak kunjung menemukannya. Aku berjalan ke arah berlawanan dari arahku sebelumnya ketika mendapati tangisan itu semakin kencang. “Aaa!!!…hiks…hiks….Appaa!!” sebuah teriakkan sukses menghentikanku dan menoleh ke belakang.  “A…ternyata gadis itu!” aku langsung melangkah menghampirinya. Sepertinya ia belum menyadarai kedatanganku karena ia tak menghentikan tangisannya. Ia melirikku dari bawah ke atas sambil segugukan.

“Hm….Kenapa kau berhenti disaat-saat yang tidak tepat? Padahal tadi kau menyanyikannya dengan sempurna?” ucapku sambil memberi penilaian pada permainannya tadi. Ia menoleh padaku sambil menyipitkan mata bulatnya karena silau matahari. Aku tersenyum kecil padanya “Hah…dan kau malah mengakhirinya dengan suara cempreng. Membuat telingaku sakit” lanjutnya.  Ia menyelidikku seolah-olah tidak puas dengan penilaianku

“Kau siapa?…….” tanyanya dengan suara dingin namun serak. Aku hanya terkejut dengan perubahan suaranya yang drastis.

“Aku….?” Kutunjuk diriku sendiri. Aku lihat ia mengangguk sinis. Aku jongkok mensejajarkan posisiku dengannya. “Aku…Choi Siwon” senyumku mengulurkan tangan. Ia menatapku dingin tanpa senyum terulas. Hanya tatapan curiga yang kulihat di mata basahnya. Setelah beberapa detik menelanjangiku dengan matanya. Ia hanya berpaling dan menatap nanar ke arah depan. Ku raih gitar coklat tua yang terhempas di sampingku. “Jangan sentuh! Itu milikku!” tegurnya ketus namun tak ku gubris. Aku petik senar gitar itu sambil mengingat  kunci nada yang dimainkannya tadi .

Ia hendak merebut gitar itu namun terhenti. Ia hanya diam terpaku mengamatiku memainkan nada-nada tersebut. Hal itu berlangsung hingga aku menyelesaikkan petikan terakhir. “Bba…Bagaimana kau bisa tahu? Padahal aku tidak memainkannya hingga akhir?” ujarnya terkejut usai permainan gitarku. Dapat ku lihat kekaguman tersirat dalam matanya meski kabut dingin masih terselubung disana. Aku menatapnya sesaat “Ehem!” dehamnya menegurku. “Jadi bagaimana kau bisa tahu?” tanyanya ketus

“Bukankah sudah ku katakana kalau aku Choi Siwon?” ujarku mengingatkannya. “Atau kau jangan-jangan tidak punya televisi dirumah sehingga tidak mengetahuiku?” tebakku asal. Ia mengangguk pelan “Mwo? Jadi kau benar-benar tidak tahu kalau aku penyanyi? Ya! Aku ini penyanyi yang telah meraih 3 piala daesang, 2 GBA dan 1 penghargaan penyanyi pria terbaik se-Asia” ujarku sedikit kesal. Kadang aku heran juga mengetahui masih ada orang di Korea tidak memiliki televisi. Ia bergidik jijik melihatku. Dan merebut kasar gitarnya dari tanganku. Ia mengemasi barang-barangnya dan melangkah meninggalkanku tanpa sepatah kata.

“Ya Agassi! Kau benar-benar tidak sopan” ku tarik tangannya hingga ia berhenti. Ia menatap geram pada arah tanganku yang memegangiya. “Siapa nama mu?” ujarku langsung to the point.

“Untuk apa kau mengetahuinya?” balasnya dingin.

“Emmm…agar kau tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Tadi banyak nada yang over saat kau bernyayi” Plakk. Pabbo! Choi Siwon Pabbo! Apa kau tida bisa mencari alasan yang lain?. Ia melepaskan tanganku kasar hingga aku merasa pergelanganku terkilir. Ia berjalan setengah berlari seolah-olah benar-benar jijik melihatku. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu di papan surfingku “Ini….”

SONG AND THE DANDELION 2

 

–YOONA POV–

Aku kesal dengan sikapnya yang seolah-olah akrab denganku. Belum lagi ucapannya yang selalu membanggakan diri dan menilai permainanku. Meski ku akui itu benar. Ku kemasi gitarku dan bergegas pergi dari sana.

“Ya Agassi! Kau benar-benar tidak sopan” ia menarik tanganku. Membuatku geram dan tidak menyembunyikan itu darinya ku lirik tajam tangannya yang menyentuhku. “Siapa nama mu?” aku semakin kesal dengan sikap sok akrabnya.

“Untuk apa kau mengetahuinya?” tanyaku sedingin dan sedatar mungkin

“Hm…agar kau tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Tadi banyak nada yang over saat kau bernyayi” Cih! Dasar bodoh. Aku berjalan setengah berlari bergegas beranjak darinya. “Ah…kenapa ada dia di saat seperti ini?” batinku. Aku percepat langkahku sebelum sebuah objek menyita tatapanku. Kupandangi papan surfing pria itu yang kini menatap heran ke arahku.

“Ini…..i..ini apa?” tanyaku tergagap.

“A! bahkan kau juga tidak tahu kalau itu papan surfing” ujarnya meremehkan

“Bukan itu tapi ini?” aku menunjuk stiker hitam berbentuk lingakaran naga dengan gambar sebuah koin di tengahnya. Ia pun menoleh ke arah telunjukku.

“Oh itu! Itu tanda dari sebuah perkumpulan tapi aku tidak tahu apa. Karena ini papan milik temanku. Memangnya ada apa? Kenapa kau begitu tertarik?” aku hanya membeku mendengar ucapannya. Perkumpulan? Bukankah ini adalah salah satu sticker yang sempat di lemparkan gerombolan itu pada ayah.

“Hei! Hei! Ya! Kenapa kau diam?” hardik sang pria menyadarkanku. Tak ku acuhkan pertanyaannya

“Lalu apa teman mu tahu dengan perkumpulan itu?” tanyaku lagi sambil tetap menatap sticker itu.

“Entahlah…tapi mungkin saja karena aku melihat 3 sticker itu ada padanya?” ujarnya santai “Ahh…apa kau tidak merasa lelah berbicara di terik matahari seperti ini sambil berdiri?” tanyanya. Dan baru ku sadari kalau posisi kami benar-benar tidak enak untuk berbicara.

“Bagaimana kalau kita duduk di pondok itu?” aku mengangguk mengikutinya dari belakang.

“Lalu bisakah kau memberitahuku tentang temanmu itu?” tanyaku langsung tanpa basa-basi.

“Wah kau benar-benar antusias sepertinya karena stiker itu. Baguslah setidaknya kau akan banyak berbicara denganku. Tidak seperti tadi diam dan ding..” ku tatap tajam matanya membuatnya menghentikan ucapannya. “Ehem. Baiklah namanya Yunho teman se profesi denganku. Tapi ia lebih terkenal di Jepang dari pada di Korea ia pun pulang ke Korea Sekali sebulan itupun kalau sempat.” Urainya padaku.

“Apa kau selalu bertemu dengannya saat ia kembali ke Korea?” tanyaku semakin berharap. Ia tampak berpikir sejenak. Aku terus menunggu. Bukannya menjawab ia justru tersenyum jahil sambil terus berpura-pura berpikir membuat emosi ku meledak. “Ya!!” ujarku membantaknya.

“Ya! Appo?! Kau mengagetkanku!!!”

“Apa perlu waktu lama untuk menjawabnya?” hardikku seolah-olah thermometer emosiku pecah karena ulahnya.

“Hahahaha…akhirnya aku melihat ekspresi berbeda dari wajahmu. Lagipula kenapa kau begitu ingin mengetahuinya?” tanyanya. Aku langsung kikuk dengan tingkah dan pertanyaannya. Aku kesal dan berjalan meninggalkannya.

“Ya! Agassi! Kau mau kemana? Kenapa meninggalkanku tanpa pamit?” ujarnya memanggilku namun tak ku acuhkan. Aku terus mempercepat langkahku takut ia mengikutiku. “Baiklah singikirkan pikiran tentangnya” batinku.

Ku pacu scootermaticku menuju rumah. uraian dari namja tadi sedikit memberi petunjuk “Setidaknya setelah sekian lama akhirnya aku mendapatkan petunjuk dari namja sinting itu.” gumamku pada diri sendiri. Jadi mereka kumpulan? Kumpulan seperti apa? Dan apa yang membuat mereka mengincar ayahku?

SONG AND THE DANDELION 2

 

–DONGHAE POV–

Matahari sudah mulai meluncur turun seolah-olah lelah menyinari bumi seharian. Perlahan bergerak menorehkan warna kuning pekat di langit menandakan bahwa petang tengah meyapa bumi pulau Jeju. Aku sengaja berjalan-jalan sore karena bosan dengan rumah yang sepi. Walau siang tadi aku sempat berbincang kembali dengan Jessica saat ia hendak mengajar di SD Jeju. Jessica seorang guru pembantu. Ia akan di panggil begitu ada guru tetap yang tidak dapat hadir.

Aku mengelilingi komplek perumahan itu dari gang petama hingga gang terakhir. Yang tak lain adalah gang rumahku. Aku hendak berbelok masuk ke gang rumahku ketika melihat yeojja yang bertindak kasar pada Jessica. Seketika rasa penasaran kembali merasukiku. Ia berjalan tergesa-gesa seolah-olah ada sesuatu yang mendesaknya. Ia terus berjalan melewatiku seperti aku tidak ada dihadapannya. Merasa tak di acuhkan aku pun memanggil yeojja itu

“Ya! Aggasi!! Apa kau tidak melihat ada orang disini?” ia berbalik dan menatapku dari atas kepala hingga ujung kaki. Kemudian acuh dan beranjak dari ku “Ya! Ndo?! Jijja!! Apa kau selalu bersikap seprti itu pada setiap orang yang memanggilmu?” Tanyaku heran. Ia tidak menghentikan langkahnya. Hingga seseorang dari belakang mengalihkan pandangan kami berdua.

“Yoona-ssi!!” seorang namja dengan bertelanjang dada dan celana boxer datang menghampirinya. “Kau melupakan sesuatu!” ujarnya sambil menyerahkan sesuatu. Aku natap namja itu lekat-lekat. Bukankah itu Choi Siwon? Kenapa ia bisa mengenal yeojja ini?

“Bagaimana kau bisa mengetahui namaku? Dan apa ini?” Tanya yeojja itu dengan nada datar dan dingin yang sepertinya sudah menjadi bagian dari dirinya.

“Aku mengetahuinya dari tulisan yang ada di foto itu. Kau menjatuhkannya dari tas gitarmu.” Ia menoleh sesaat padaku namun kembali teralihkan pada kertas yang di serahkan namja itu. Ia memperhatikan ada sesuatu di balik foto itu dan menarik kertas yang ada dibelakang foto.

“Dan yang satu itu nomor handphoneku mana tahu kau membutuhkan informasi lain tent….” Hap. Ia membekak mulut namja itu sambil membesarkan matanya melirik ke arahku. “Ah arra…arra” ia melepaskan bekapannya sambil memberi aba-aba ‘pergi-kau-dari-sini’ pada namja itu. Yang menurutinya pergi “Dah Yoona-ssi! Ku tunggu teleponmu. Oh ya! Kau lebih manis dari pada yeojja disampingmu itu” ujar namja itu berteriak dan berlalu.

Tinggalah aku dengan yeojja itu dalam suasana hening, dingin, dan canggung. Ia melangkah pergi begitu memastikan namja itu pergi. “Sepetinya kau akrab dengannya” ujarku memecah keheningan. Ia tak berhenti malah mempercepat langkahnya. “Dan kenapa ia memberimu nomor handphonenya? Semudah itu?”

“Itu bukan urusanmu.” Tuturnya ketus.

“Apa jangan-jangan kau….ku lihat ia kesini tanpa busana hanya ditutupi boxer. Apa kau….?” Seketika kudapati aura di sekitarku berubah. Seolah-olah langit berpetir menyambarku. Ku pikir ia akan datang menghampiriku dan melemparkan sesuatu. Tapi aku salah. Ia hanya menatapku dingin lalu kemudian menunduk sambil berbalik. Tiba-tiba rasa bersalah menghinggapiku “Mianhe..aku bukan bermaksud….”

“Aku tak butuh maaf mu. Lagipula tuduhan seperti itu sudah biasa ku dapatkan.” Ucapnya berlalu. Tanpa menoleh padaku. Membuatku mengutuk mulutku sendiri.

“Donghae-ssi! Kau keterlaluan!” aku teronjak dengan suara itu

“Jessica-ssi”

SONG END THE DANDELION 2

 

JESICCA POV—

Aku baru pulang dari tugas mengajarku. Aku melangkah membawa sekantong buah strawberry kesukaanku dan Yoona.  Di persimpangan gang ku lihat Yoona, Donghae dan seorang namja yang hanya mengenakan boxer tengah berdiri di persimpangan. “Eh.bukankah itu Choi Siwon?? wah.kenapa dia ada disini? Sepertinya ia mengenal Yoona .” gumamku pada diri sendiri. Aku mendengar percakapan mereka hingga Kyuhyun meninggalkan lokasi itu.

Hanya ada Donghae dan Yoona disana aku hendak mengahmpiri mereka. Namun..

“Sepetinya kau akrab dengannya. Dan kenapa ia memberimu nomor handphonenya? Semudah itu?” Tanya Donghae menyelidik curiga

“Itu bukan urusanmu.” Jawab Yoona ketus.

“Apa jangan-jangan kau….ku lihat ia kesini tanpa busana hanya ditutupi boxer. Apa kau….?” Tiba-tiba raut wajah Yoona sedih. Meski tertutupi oleh wajah dinginnya aku masih bisa melihat raut itu. Sepertinya Donghae juga menyadari itu karena tak lama kemudian ia meminta maaf pada Yoona“Mianhe..aku bukan bermaksud….”

“Aku tak butuh maaf mu. Lagipula tuduhan seperti itu sudah biasa ku dapatkan.” Aku kesal dengan sikap Doghae seperti itu pada Yoona

“Donghae-ssi! Kau keterlaluan!” ujarku menghampirinya begitu Yoona masuk. Ia terkejut dengan kehadiranku

“Jessica-ssi”

“Mengapa kau mengatakan hal seperti itu? Yoona bukanlah seseorang yang mudah untuk memberikan hal yang terlalu berharga baginya” ujarku dengan nada yang sedikit di tinggikan. Ia hanya merunduk. “Yoona tidak akan menjual apa pun yang penting bagi dirinya hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhannya. Dia pekerja keras. Jadi jangan mengatakan hal yang tidak-tidak padanya.” Sambungku dan meninggalkan Donghae yang tertunduk. Tangan kananku sudah menggapai pagar kayu tinggi didepanku sebelum sebuah suara menghentikanku. Aku menoleh dan mendapati Donghae telah ada di hadapanku dengan nafas yang sedikit terengah.

“Jessica-ssi…hah.. Mianhae!” ujarnya sambil menarik nafas. “Aku tidak bermaksud untuk menghinanya. Hanya saja aku ingin memancingnya agar berbicara. Aku heran kenapa ia begitu dingin.” Aku termangu mendengar pertanyaannya. Aku hanya tertunduk sebelum akhirnya berbalik menatapnya.

“Dia begitu… karena aku”

“Eh??”

“Sudahlah Donghae-ssi! Pulanglah aku ingin beristirahat dulu” ujarku meninggalkannya yang masih termangu.

SONG AND THE DANDELIOAN 2

 

–YOONA POV–

Pikiranku masih membeku. Otakku masih sibuk memampang gambar di papan surfer namja tadi. Secara bersamaan bayangan 13 tahun yang lalu dimana saat para gerombolan itu pertama kali memunculkan diri di hadapanku dan ayah. Mereka melemparkan sebuah stiker di depan mata ayah yang terduduk memangku diriku. Aku meraih sebuah kotak kecil di nakas dalam kamarku. Menarik keluar stiker 13 tahun yang lalu yang masih kusimpan seolah menjadi saksi bisu akan peristiwa itu.

Stiker itu ku ambil saat kembali kerumah setelah jenazah ayah di makamkan. Ku perhatikan stiker itu sambil sesekali menyamakannya secara kasar dengan stiker yang ada pada papan surfer namja berisik tadi. “Kenapa.. temannya bisa memiliki stiker ini? apa dia termasuk dalam perkumpulan orang-orang itu?”.Aku bangkit meraih ponsel flip hitam yang ada di atas meja makan dan mengetik nomor yang ada pada kartu nama namja tadi.

Tok Tok Tok. Ketukan di depan menghentikanku memencet tombol yes. Aku mendengus kesal dan berjalan cepat meuju pagar. Sudah dapat ku duga kalau yang mengetuk itu adalah gadis ini. Apa yang sebenarnya yang ia inginkan dariku?.

“Ah.. anyeong Yoona! Maaf mengganggumu. Apa kau sibuk?” tanyanya dengan senyum manis terpampang. Aku menatapnya sinis dan memalingkan wajahku. “Yoona-ya! Ini aku bawakan strawberry dari kebun paman Kim” ujarnya mengulur sekantong kecil buah strawberry segar. Aku hanya menatap sekilas sebelum akhirnya beranjak dari sana.

“Jika tidak ada hal penting, pergilah! Aku sedang sibuk!”

“Yoona-ya!! Jangan begini! Setidaknya terimalah ini! paman Kim tahu kau sudah datang makanya memberikan ini padamu. Bukankah kau sangat menyukai strawberry dari kebunnya?” aku menghentikan langkahku. Masa-masa 13 tahun yang lalu terputar di depanku.

“Yoona-yaa! Jebbal! Terimalah” permohonan Jessica. Aku menatap kantong itu dan berpikir ragu. Dengan cepat akhirnya aku meraih kantong itu dan berjalan masuk tanpa mempersilahkan Jessica masuk. Brakk. Kuhempaskan pintu rumah tanpa memprdulikannya.

Aku menenteng kantong itu hingga ke kamar. Ku rebahkan diriku di atas kasur single reot dengan sprei biru lusuh menutupinya. Ku pandangi strawberry-strawberry yang merah merekah dari Jessica atau lebih tepatnya Paman Kim. Aku mengambil satu buah dan menggigitnya. Air mataku berlinang bersamaan dengan gigtan kedua,ketiga dan keemapat. Memori 13 tahun kembali terputar.

“Anyeonghaseyo Paman Kim” ujarku dan Jessica tersenyum menyapa Paman Kim yang tengah sibuk memetik buah Strawberrynya. “Ah Paman Kim! Bibi mana? Kenapa anda hanya sendirian?”

“Eh Yoona! Jessica! Bibi Kim sedang sakit jadi untuk seminggu ini aku akan memanen sendiri.” Ujar paman Kim sambil menyapu peluhnya.

“Paman Kim! Kebetulan kami tidak ada hal yang di kerjakan. Bolehkah kami membantumu? Bagaimana Sica?”

“Nde Paman Kim! Rumah kami juga sepi karena kedua ayahku sibuk bekerja di kota. Lebih baik kami membantumu sampai bibi Kim sembuh”.

“Aigoo.. kalian ini sudah seperti saudara saja. Yasudah terserah kalian. Tapi jangan lupa untuk minta izin pada orang tua kalian. Arra?”

“Nde Paman Kim” sejak saat itu kami bekerja bahkan hingga panen strawberry di kebun Paman Kim berhenti. Semenjak itu pula Paman Kim selalu memberikanku dan Jessica strawberry segarnya setiap pertama panen.

Air mataku masih menetes. Membasahi pelipis hingga telingaku. Kenangan-kenangan manis Jeju selama 13 tahun terhapuskan oleh kejadian satu malam 13 tahun yang lalu. Aku membenci Jessica, taman dandelion dan hampir semua yang ada di Jeju. Hanya rumah, pantai sepi, dan ayahlah yang membuatku kembali menginjakkan kaki ke tempat ini.

Aku membenci orang-orang Jeju yang terlalu penakut dan munafik. Mereka jelas-jelas tahu bahwa ayahku membutuhkan mereka. Tapi mereka justru menutup mata dan telinga. Membiarkan aku dan ayahku berlari di tengah hujan. Membiarkan ayah seorang diri mati tanpa ada perlindungan sebelumnya. Air mata semakin berderai. Aku bangkit dan membuang strawberry itu ke tong sampah di samping nakas. Aku kembali ke meja makan dan meraih ponselku. Ku urungkan niatku untuk menelpon namja sinting itu. Hanya sebuah pesan yang ku kirimkan.

To : namja berisik

Kapan temanmu itu pulang?

Aku menunggu balasannya dengan penuh harap. Tidak perlu waktu lama untuk menunggu. Namja itu sudah membalas pesanku. Tapi seperti dugaanku, namja ini pasti akan mempermainkanku. Aku mendengus membaca pesan sintingnya.

From : namja berisik

Wow! Kenapa terlalu to the point? Apa kau memiliki sindrom naksir sebelum bertemu? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar? Saling berganti informasi pribadi, 😀

“Cih! Informasi pribadi? Memangnya kau siapa? Aku tidak butuh informasimu” dengusku pada diri sendiri.

To : namja berisik

Aku tidak perlu info tentangmu. Kapan temanmu pulang jawab yang penting!! Aku butuh info itu bukan dirimu!!

Ia tak kunjung membalas. Sudah 30 menit dari sms terakhirku namun ia tak kunjung membalas. Aku masih menunggu dengan ponsel tergenggam di kepalan tanganku. Kekesalanku mencapai puncak. Aku hendak menekan pilihan ‘panggil’ namun ponselku berbunyi. “Namja berisik” tertera di layarku. Dengan segera aku mengangkatnya.

“Bagaimana?”

“Wowowow… kenapa begitu tergesa-gesa? Seharusnya kau bilang dulu ‘Yeobseo’ tanya aku sedang apa lalu..”

“Jika tidak ada hal penting yang ingin kau katakan. Putuskan sambungan ini.” aku melepas ponsel dari telingaku. Sebelum seruannya menghentikanku.

“Eits…!! Ya!! Yoona-ssi! Kenapa hidupmu begitu datar? Apa kau tidak takut kulit wajahmu yang cantik itu akan kendor karena jarang tersenyum?” ujarnya membuat amarah semakin menjalariku. Namun ku tarik nafas dan berusaha untuk tidak terpancing. “Yoona-ssi… yeobseo Yoona-ssi! Kau masih disana? Yoona-ssi?”

“Emmm…” gumamku menanggapi ocehan tidak pentingnya.

“Agh! Kau benar-benar tidak seru! Baiklah aku akan mengatakannya padamu. Selama 30 menit tadi aku menelpon Yunho menanyakan tentang stiker itu. Ia menagtakan jadwalnya di Jepang masih padat. Jadi ia hanya akan menjelaskannya di telepon. Jadi stiker itu….” aku terus menuggu lanjutan dari ucapan namja itu. “Stiker itu….” ia masih belum melanjutkan ucapannya. “stiker itu….”

“YA!! KATAKAN CEPAT JANGAN HANYA MENGGANTUNGNYA!!” akhirnya emosiku meledak. Bukannya melanjutkan justru namja itu meledekku dengan tawanya yang memekakkan telinga.

“Ahahaha! Yoona-ssi! Sudah dua kali aku menjebakmu ternyata suaramu manis yah saat marah.. hahahaha Aigoo!” aku masih diam dan membiarkannya tertawa.

“Ehem..!!” dehaman keras ku menghentikan tawanya “Stiker itu?”

“Hm… bagaimana kalau besok kita bertemu lagi di tempat kemarin?”

“Mwo? YA!! Ndo!! Kau mencoba mempermainkanku?” ujarku semakin marah

“Hahaha…Anio! Menjelaskannya di telepon terlalu susah dan boros. Jadi bertemu saja besok jam 10 di tempat tadi oke.”

“Kunde…”

“Bye Yoona-ssi!” Tut tut tut. Telepon terputus. Membuatku semakin kesal dengan namja itu.

“Awas kalau besok kau masih mempermainkanku.!!”

SONG AND THE DANDELION 2

 

–DONGHAE POV–

Aku berangkat pagi menuju kantor ayah. Mungkin mulai saat ini aku akan lebih sering dan lebih lama di Jeju. Ayah memintaku untuk mengurus perusahaan cabang baru kami di Jeju. Aku berangkat sambil menenteng tas kerja kulitku menuju mobil. Sebelum menjalankan mobil aku menoleh sebentar ke arah rumah Jessica itu serta rumah yeoja dingin bergantian. Ada apa sebenarnya dengan dua yeojja ini?. Jujur saja aku benar-benar penasaran tentang dua yeojja ini. Jessica dengan sisi hangat dan lemah lembutnya namun akan berubah ketika membicarakan masalah yeojja dingin itu sedangkan gadis dingin bernama Yoona dengan sikap dingin serta wajah datarnya seolah menyimpan beban besar yang membuatku tertarik dengan hal itu. Namun sisi Yoona-lah yang paling membuatku penasaran. Karena setiap sisi Jessica pasti terkait dengan sisi Yoona yang tak mudah untuk di ungkapkan.

Dentingan music karya Mozart menghetakkanku. Appuji. Tertera di layar Iphoneku. “Yeobseo?”

“Donghae kau dimana?”

“Aku baru akan berangkat. Ada apa appa?”

“Hm… bisakah kau ke kantor cabang pembantu di bagian utara? Kantor itu di dekat perkampungan nelayan. Alamat lengkapnya akan appa kirim lewat pesan”

“Nde appa aku akan kesana” ujarku menutup telepon dan langsung menyalakan mobil dan menancapkan gas menuju utara Jeju.

Pemandanagan di utara Jeju lebih indah. Wilayah yang masih benar-benar asri meniupkan angin sejuk kearahku yang sengaja membiarkan atap mobilku terbuka. Matahari disinipun lebih hangat dan tidak menyengat. Tidak terlalu banyankya wisatawan yang menjamah tempat ini menjadi factor utama keasliannya masih terjaga.

Aktivitas menikmatiku pun terhenti begitu mataku menangkap sosok gadis angkuh itu. Ia tengah menendang-nendang kasar ban scootermatic yang ku rasa kempes itu dengan tas gitar hitam di tangan kanannya. Ia menendang sambil sesekali mengomeli ban itu seolah-olah akan di sahuti. Au tersenyum melihat tingkahnya. Aku melaju mendekat menuju sosoknya. Tiit..tiit..  ia tak menghiraukan klakson mobilku. Ia hanya menatapku sebentar dan kembali berjongkok meneliti ban scootermaticnya.

Tiit..tiit..tiit..tiit.. Ia tak kunjung menggubrisku. Kesabaranku runtuh. Akhirnya aku turun dan menghampirinya yang tak memalingkan wajah padaku. “Kenapa kau begitu angkuh? Apa kau tidak merasa kalau itu membuat orang akan membencimu?” ia masih jongkok tanpa menoleh dan berusaha menyahutiku. “Ya Agassi!!”

“Jangan memanggilku Agassi! aku benci! Aku rasa kau tahu bahwa namaku adala Yoona!” ujarnya tanpa menoleh padaku.

“Bisakah kau menatapku saat berbicara? Berhentilah menghindari mata seseorang saat berbicara itu tidak sopan!!” ia hanya mendengus dan menyentuh bagian ban scootermaticnya. “Berdirilah! Berhenti menunggu banmu terisi angin tanpa ada pompa! Kau mau kemana? Biar aku antar”

“Tidak perlu! Badanku terlalu kotor untuk duduk di mobil mewahmu.” Aku tersentak mendengar ucapannya. Aku tahu kalau ini merupakan sindiran atas ucapanku kemarin.

“Mianhae.. aku hanya ingin memancingmu bicara banyak padaku. Aku kesal dengan sikap mu yang selalu dingin pada Jessica.” Ia hanya menatapku dingin membuatku kikuk. “Ah..sudahlah ayo! Atau kau akan terlambaat begitu juga aku” ujarku mengulur tangan padanya. Ia tak menyambut uluranku membuat amarahku semakin memuncak. “Cepat naik! Aku akan terus menarikmu sebelum kau naik ke atas mobilku.” Ku tarik tangannya hingga ia bangkit berdiri dan berjalan mengikutiku.

Aku membukakan pintu dan mendoronya masuk di bangku depan. “Kau mau kemana?”. Ia hanya diam dan melemparkan pandangan keluar jendela. Aku perhatikan tas gitar hitam di pnagkuannya. “Sepertinya kau seorag gitaris. Sejak kapan?” ia menoleh pada gitarnya tanpa menjawab pertanyaanku. Ok Lee Donghae! Kau harus tahu kalau berbicara dengan gadis ini harus sabar. Aku kembali memperhatikan gitar itu. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah tulisan. “Oh…!! Ini.. bukankah ini??” ia mengerutkan dahi

“Apa?? Kenapa?”

“Bukankah ini…”

BERSAMBUNG…

Hoahahahaha….setelah perdebatan yang panjang. Serta survey ke temen-temen aku yang Yoonadict dan YonHaeSica shipper. Serta sarang terbanyak mengenai main cast namja kedua, terpilihlah CHOI SIWON sebagai namja ‘tepi pantai’ yang akan berperan dalam memngungkap masalalu Yoona eonni.

Mian kalau mengecewakan para readers yah. Don’t forget R, COMMENT, L

TERIMA KASIH

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


106 thoughts on “SONG AND THE DANDELION 1

  1. tambah seruuuuu!!
    tambah penasaran siapa penyebab mninggal’a appa’a Yoona!!
    q b’harp Haesica n Yoonwon,tpi dibuat ribet aja!
    #plakkkkk
    lanjut’a jgn lama2!!fighting…

    Like

  2. penasaran akut.
    itu apaan yah?
    kok Hae jg bingung?
    keknya d pulau Jeju ini maslahnya pelik bgt yah?
    dtgg lanjutannya jgn trlalu lama, kekeke….

    Like

  3. Seru seru…
    Endingnya gimana ya?? Cepetan lanjut deh udah gak sabar liat endingnya
    Kalo boleh yoonwon ya aku shipper yoonwon and haesica

    Like

  4. seru seru seru!!!!
    banyak bget konfliknya,kayaknya bakalan lebih di ulek ulek lage neh!:p
    ini endingnya yoonhae dunk…..plis bget……
    lanjutin yah thor! HWAITING!

    Like

    1. diulek??
      waduh komenmu mantap chingu hehehehe…
      aku emang bakalan ngulek mereka biar jadi gado2 sedap yang bikin readers ketagihan amiinnnnnn
      heheheh HWAITING!! ^^

      Like

  5. wah,,,,jangan2 yang buat appanya yoona meninggal tu keluarganya donghae ya???
    tapi yoona dan donghae saling jatuh cinta…..hahaha.mengarang bebas.

    yoonhae ya……ya…..

    Like

  6. Mian baru komen di part ini chingu, baru baca sekarang soalnya.

    YoonHaeSica? Entah kenapa saya malah penasarannya sama YoonSicnya lol. Sedih banget sumpah ngeliat hubungannya YoonSic jadi kayak begitu .__. dua bias saya ini, dan entah kenapa jadi berasa sedih sepol-polnya liat Sica dikasarin sama Yoong /sobs/ semoga cepet baikan ya eonnie-deul!

    Kenapa saya punya feeling ini YoonHae ya? I’m an avid HaeSica shipper, tapi kan plotnya kebanyakan dari benci jadi cinta gitu -_- Jadi kalo saya tebak nanti HaeSica dulu tapi habis itu Hae berpaling ke Yoong /sighs/ Tapi saya berharap ini tetap HaeSica, karena saya juga kangen sama YoonWon~

    Overall saya suka plotnya, bikin penasaran dengan semua hubungan complicated para karakternya. Lucunya karakter Yoona dan Sica di sini berasa ketuker, nggak kayak biasanya. Biasanya kan Yoona yang dikarakterkan dingin dan Sica yang dingin. Eh ini kebalik hehe, jadi makin penasaran dgn perkembangan karakternya. (Btw, saya masih kesusahan membayangkan Sica yang anggun -__-)

    Chingu, masih ada typo tuh 😀 ini awalnya pria tepi pantai si Kyuhyun ya? Soalnya ada tiba tiba ‘Kyuhyun balik ke pantai’ padahal kan seharusnya Siwon.

    Fighting chingu! Saya tunggu updatenya 😉

    Like

    1. gomawo chingu^^
      iya awalnya pengen Kyuppa dan sebenarnya aku awalnya pengen SeoKyu.. tapi berasa aneh ajah klo Seokyu.. pas liat2 pict jadi terinspirasi Bikn YoonHaeSica^^

      Like

  7. Sayaaaang sekali , padahal ngarepnya cowonya it jonghyun CNBLUE . aigoo , liat yoona jadi sedih . jadi ikutan kesel ini ..
    ditunggu lanjutannya , semangat ! 😀

    Like

  8. waah eonni FFnya buaagus banget, 😀 Daebakk
    eonni part selanjutnya di post lebih cepat yaah *maksa* wkwkwk
    eonni pliss endingnya YoonHae ;( *ngaaaareeeep bangeet* ^^

    Like

  9. jempoooolllll buat author!!!!
    makin penasaran aja
    kasian banget yoona unnie .
    request dong thor..
    endingnya dibikin YOONHAE aja
    plisss

    Like

  10. Seru bagett!!! Tapi aku mau YOONHAE ya min endingnya!! YOONHAE YOONHAE YOONHAE!!! kalo gk aku nangis nih #ngambek 😀 please min YOONHAE, soalnya aku suka bgt YOONHAE!! hehe XD ~(˘▾˘~) (~˘▾˘)~ aku nunggu sampe end 😀

    Like

  11. penasaran tingkat dewaaaa sama yoona ma sice ><
    rahasia mereka apasih??
    terus terus stiker itu gambar apaan?
    omagah ! banyak bgt pertanyaan di kepala gue thor -_-
    lanjut yee thor asap 😀

    buat couple, gue maunya yoonhae ._. gapapa deh donge depanya suka sica tapi akhirnya sama yoona XD *redersokngatur* wkwkwk

    Fighting !

    Like

    1. hehehe itu stikernya gambar aku lagi kissue ma haeppa chingu kekekeke #ditabok pyro XD
      hehehehe FF aku kayak lembar soal ujian yee 😀
      pada nanya smua hehehehe.. aku lanjutin yah chingu^^

      Like

  12. ahhhhh bikin penasaran niih !
    ukkhhh …. >_<
    chingu nntii ending'a bikin haesica sama yoonwon yya !
    trus, koq yoong gitu siih sama uri ice princess ??
    wae ??
    kenapa ga mau maaf'n sica onnie ?
    apa terlalu besar kesalahan'a sampe sikap'a kaya gitu ?
    hahh kasihan onnieku !
    sabar yya eon *elus" rambut sica onnie
    d'tunggu next chap'a ..

    Like

  13. bukankah ini ?ini apa ?lanjut ASAp yaaaaaaaa penasaraaannn. -.-
    Aku bingung waktu siwon ngembaliin foto itu dia bilang, kau lebih manis daripada yeoja di sampingmu, itu maksudnya siapa ?itu bilang ke Yoona kan ?terus yg di maksud yeoja di sampingmu siapa ?

    Like

  14. YoonHae sama WonSica aja ya thor, ahir ahir ini kan jadi ada moment WonSica gitu. Yayaya
    YoonHae and WonSica 🙂 jebaaaallllllllllll 😀

    Like

  15. Masih ada gak yah yang nungguin ni FF??
    udah lama banget sih, jadi bingung mau di lanjutin atau enggak #confused

    Like

  16. Wow that was odd. I just wrote an really long comment but after I clicked submit my comment
    didn’t appear. Grrrr… well I’m not writing all that over again.
    Anyways, just wanted to say superb blog!

    Like

  17. Wow that was strange. I just wrote an extremely long comment
    but after I clicked submit my comment didn’t show up. Grrrr… well I’m not writing all that over again.
    Anyway, just wanted to say great blog!

    Like

  18. Howdy! Someone in my Facebook group shared this site with us
    so I came to take a look. I’m definitely loving the information. I’m book-marking and
    will be tweeting this to my followers! Excellent blog and superb design and style.

    Like

Leave a comment