Please Love Me [Chapter 2]


“Aku dan Yuri sudah berpacaran.”kata Siwon pada Tiffany. Tiffany membelalakkan matanya karena terkejut pada perkataan Siwon.

“Se….sejak kapan?”tanya Tiffany tanpa memalingkan wajahnya pada mereka berdua.

“Kemarin, kemarin malam.”jawab Siwon pelan. Tiffany berusaha tegar dan menoleh pada mereka berdua.

“Chukkae..”kata Tiffany dengan mata berkaca-kaca yang sudah hampir menumpahkan semua air mata yang dia pendam. Dia langsung melangkahkan kakinya keluar kelas, semakin lama semakin cepat, akhirnya dia pun berlari dengan air mata yang berderai di wajahnya.

BRUUK

“Noona, kau kenapa?”tanya Key, orang yang ditabrak oleh Tiffany. Tiffany mendongak menatap dongsaengnya itu. Dia menangis sejadi-jadinya kemudian memeluk Key, memeluknya dengan erat. Wajah Key pun langsung merah padam.”Noo..noona..”panggil Key, Key tidak bisa apa-apa, dia tidak membalas pelukan Tiffany, juga tidak menolak. Dia bingung tangannya harus dikemanakan.

“Key-ah…Key-ah…aku..aku patah hati…”kata Tiffany sesengukan. Dia masih saja berderai air mata, usahanya selama ini tak membuahkan hasil. Perhatiannya selama ini tak pernah dianggap, dan selalu bertepuk sebelah tangan.

“Fany noona…”panggil Key. Namja itu mendorong bahu Tiffany, kemudian menghapus air mata Tiffany. Matanya menatap Tiffany dengan lembut. Tiffany hanya bisa memandang wajah Key, air matanya sudah hampir jatuh lagi.”Noona…kau sudah sering menangis karena Siwon hyung. Sudah…jangan menangis lagi…aku tidak tahan kalau melihat yeoja menangis..apalagi kalau itu kau noona.”jelas Key, Key memeluk Tiffany lagi dengan hangat, mencoba untuk menenangkan gadis itu.

“Wa….ternyata kau ini suka daun muda ya Tiffany Hwang. Aku tidak menyangka..setelah patah hati denganku, kau langsung mencari orang lain.”kata Siwon yang berada di belakang Tiffany, Tiffany langsung melepas pelukannya dan berbalik ke arah Siwon.

“A..aniyo..aku masih menyukaimu..aku masih sangat menyukaimu, aku tidak ada apa-apa dengan Key..”kata Tiffany menjelaskan sambil mengkibas-kibaskan tangannya, matanya sangat khawatir kalau-kalau Siwon salah paham padanya.

“Fany-ah…apa kau pantas mengatakan hal itu pada kekasih sahabatmu?”bentak Yuri cemburu. Tiffany   tersentak kaget mendengar hal itu. Tidak pernah sekalipun Yuri membentaknya, meskipun mereka sedang marahan. Tiffany benar-benar kaget, air matanya kembali mengucur dengan deras. Key yang melihat dan mendengar hal itu pun juga kaget, tapi setelah itu dia menjadi sangat marah pada Siwon dan Yuri.

“Fany noona…”panggil Key. Dia terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan noonanya itu.”Lebih baik kita pulang noona…”kata Key kemudian segera mengajak Tiffany untuk pergi. Tangannya menarik tangan Tiffany untuk segera menjauh dari mereka.

“Kalian terlihat sangat serasi.”kata Siwon sedikit berteriak.

“Sudah cukup hyung!! Sudah cukup membuat Fany noona menangis! Apa kau belum puas telah membuatnya bertepuk sebelah tangan selama 2,5 tahun. Kalau memang ada niat untuk menolaknya, sebaiknya kau lakukan itu dari awal!”teriak Key membela Tiffany.

“Apa kau sekarang membelanya?”tanya Siwon.

“Aku tidak sedang membela siapa-siapa, aku hanya mengatakan kebenarannya…aku tidak akan membuat tidurmu nyenyak kalau berani membuat Fany noona menangis lagi!”teriak Key yang sudah bersiap melayangkan tinjunya ke wajah Siwon.

“Key-ah…sudah cukup..jangan diteruskan..”kata Tiffany kemudian segera menyeret tangan Key untuk segera pergi.  Tiffany menghentikan langkah kakinya sejenak kemudian menoleh ke arah Yuri dan juga Siwon.

“Chukkae…semoga kalian bisa bahagia.”kata Tiffany, terlihat lagi sungai yang tadi belum sempat mengering sekarang sudah dibanjiri lagi oleh air matanya. Melepaskan orang yang sangat dicintainya untuk bersama dengan sahabatnya. Key hanya bisa melihat Tiffany nanar, tidak tahu apakah yang bisa dilakukannya untuk orang yang dia cintai. Tiffany berkali-kali menghapus air matanya, tapi tak kunjung berhenti. Key langsung memegang tangan Tiffany agar gadis itu mau menghentikannya.

“Noona…meskipun air matamu terus kau hapus..tapi air mata di hatimu tidak akan semudah itu hilang kan. Menangislah sepuasnya…untuk terakhir kalinya..aku harap ini adalah terakhir kalinya noonaku menitikkan air matanya.”kata Key, dia menatap Tiffany dengan lembut. Dia menarik tangan Tiffany, mengajaknya ke suatu tempat yang sangat hangat dan tenang. Tiffany tidak mengatakan apa-apa dan berbuat apa-apa. Dia hanya bisa mengikuti Key. Tiffany menundukkan wajahnya terus selama di perjalanan.

“Noona, kita sudah sampai.”kata Key. Tiffany pun mengangkat wajahnya, melihat ke sekeliling dan terpana pada keindahan tempat yang ditunjukkan oleh Key itu. Tiffany merentangkan tangannya untuk menikmati hembusan angin yang menerpa badannya. Air matanya menetes lagi. Tiffany mendekatkan tangannya ke bibirnya.

“BABOYA!!!!!!!!!! AKU SUDAH MENYUKAIMU SEJAK LAMA!!! TAPI KAU TIDAK PERNAH MELIHATKU!!! BABOYAAAA!!!!! KAU FIKIR HANYA KAU SATU-SATUNYA LAKI-LAKI DI DUNIA INI??!! BABOYAAA!!!”Teriak Tiffany kemudian menangis lagi, dia langsung memeluk Key yang ada di sampingnya, menumpahkan semua kekesalan dan juga kesedihan yang terus saja menimpanya belakangan ini. Setelah menangis selama 3 jam, akhirnya air mata Tiffany pun kering. Dia sudah tidak menangis lagi, meskipun kadang-kadang matanya masih berkaca-kaca. Dia berbeda dari biasanya, biasanya Tiffany selalu ceria. bahkan over ceria. tapi sekarang, untuk tersenyum saja dia tidak punya kekuatan. Key terus berada di samping Tiffany, dia sangat mengkhawatirkan noonanya itu.

“Key-ah..gomawo sudah menemaniku..aku sudah tidak apa-apa koq..”kata Tiffany.

“Noona..”

“Gwenchana…aku bukan yeoja babo yang hanya terpaku pada satu pria…aku sangat menyayangi Yul…aku juga sangat menyayangi Siwon..kalau dua orang yang aku sayang juga saling menyayangi..aku bisa apa…satu cinta tidak akan bisa mengalahkan dua cinta..iya kan?”kata Tiffany menjelaskan. Key masih saja menatap Tiffany dengan khawatir. Tiffany terlihat sangat memaksakan dirinya untuk tersenyum. Tapi Key tidak bisa apa-apa, dia hanya bisa memberi semangat dan juga dorongan pada noonanya itu.

“Nee..arasho..noona masuk saja ya. Kalau ada apa-apa…datanglah ke apartemenku.”kata Key menawarkan. Tiffany segera masuk ke dalam apartementnya, Key masih saja melihat ke arah Tiffany, setelah Tiffany masuk ke dalam kamar, diapun melangkahkan kaki menuju apartementnya.

Tiffany menatap ke sekeliling untuk mencari keberadaan Yuri, sahabatnya. Dia meletakkan tas ransel yang dikenakannya ke atas meja. Tiffany menuju ke dapur, dia membuka kulkasnya kemudian mengambil sebuah mug dan menuangkan air itu ke dalam mug kembar yang dia beli bersama Yuri. Tiffany menghela nafasnya pelan, dia segera kembali ke ruang tengah, mengambil tasnya kemudian masuk ke dalam kamar dan mendapati Yuri sedang membereskan barangnya.

Tiffany POV

“Yul, kau sedang apa?”tanyaku pada Yuri, aku sangat kaget. Apa dia akan pindah dari apartemen ini? Kenapa sampai melakukan hal itu? Aku berjalan ke arah Yuri, tapi Yuri tak menatapku sedetikpun, dia masih tetap pada kegiatanannya, memasukkan barang-barang ke dalam koper. Aku memegang pundaknya, tapi dia langsung menampiknya begitu saja. Apakah sebesar itu salahku?

“Aku mau pindah dari sini.”jawab Yuri, dia menatapku dengan sangat dingin. Tatapan yang tidak pernah aku lihat dari matanya yang indah itu. Aku sangat tercengang dengan jawaban dari Yuri. Apa dia seudah tidak membutuhkan aku lagi karena dia sudah memiliki Siwon? Apa karena itu dia memutuskan untuk meninggalkanku? Apa itu alasannya? Atau..karena dia tidak ingin aku terus menyukai Siwon dan tidak ingin aku sakit hati kalau dia sedang ber e-mail atau bertelfon ria dengan “kekasihnya” itu?

“Wae? Kenapa kau pergi? Aku tidak ingin sendiri Yul..”kataku membujuk, aku kembali mencoba memegang pundaknya, mencoba untuk menghalanginya pergi dari sini. Aku tidak ingin sendiri…aku tidak punya siapa-siapa lagi disini. Umma…apa yang harus aku lakukan?

“Tidak tahu, aku hanya merasa aku harus pergi dari sini.”jawabnya singkat tanpa menatapku, dan sekali lagi, dia menyingkirkan tanganku dari pundaknya. Apa dia sudah sangat marah padaku? Benar-benar marah padaku? Aku harus bagaimana? Aku sangat senang bisa bersama Yuri..aku mengorbankan semuanya untukmu, aku sangat menyayangimu. Ya Tuhan…kenapa selalu berakhir seperti ini…kenapa aku selalu sendirian pada akhirnya..?

“Aku mohon jangan pergi dari sini Yul. Jebal..”kataku memohon, aku langsung saja memeluknya, tapi belum sampai sedetik, dia langsung mendorongku, menjauhkanku. Dia menatapku tajam, aku sangat takut dengan tatapannya itu. Benar-benar takut..aku sangat takut.

“Arasho….terserah kau saja…Yul…semoga kau selalu diberi kebahagiaan.”kataku pelan, aku langsung bangkit. Mataku sangat panas, hatiku sangat sakit..terlalu sakit dengan semuanya. Umma..kenapa kau tidak mengajakku saja? Aku melangkahkan kakiku dengan gontai keluar dari apartemen. Aku tak tahu arah, tak tahu kemana langkah kakiku ini akan membawa. Menaiki lift menuju lantai paling atas, dan menaiki tangga untuk menuju atap. Kurentangkan tanganku lebar-lebar.

“Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!”teriakku mengeluarkan kekesalan, tapi entah kenapa..air mata ini tak bisa lagi mengalir. Mungkin air mataku sudah mengering, sudah terlalu banyak yang aku keluarkan belakangan ini. Aku naik lagi ke atas, ke bangunan kecil paling atas. Merebahkan badanku di lantai dan menatap langit malam, hanya ada satu bintang di atas sana. Aku pun mendesis kecil. Bukankah itu terlihat seperti aku, sendirian, selalu sendirian. Tak ada yang peduli denganku. Umma meninggalkanku, Appa mengirimku kesini, Oppa entah sekarang berada dimana, Siwon menolakku dan memilih untuk menjadi kekasih dari sahabatku sendiri, Yuri..sahabat yang sangat aku sayangi..sekarang juga meninggalkanku, siapa lagi…aku harus bergantung pada siapa..aku tidak punya siapa-siapa lagi…tidak ada…Umma…ajak aku bersamamu…kalau aku bersamamu di atas sana..aku yakin aku akan bahagia..Umma…aku menutup mataku perlahan, menikmati desiran angin Seoul yang jujur saja sangat dingin, serasa menusuk di tulang. Tapi tak apa…kalau aku mati, bukankah itu lebih baik untuk semuanya? Akhirnya…aku pun terlelap di dinginnya angin Seoul….

“Noona!!! Noona!!!”teriak seseorang yang telah membangunkanku dari tidurku, suaranya sangat kukenal. Ya…mungkin Kim Kibum alias Key.

“Noona! Kau dimana!? Bukankah aku bilang kalau butuh apa-apa tinggal panggil aku saja…aish…uri yeoja jinjja….dimana dia..”omelnya, aku hanya tertawa melihatnya dari atas sini. Ah…benar..aku masih punya dia..aku masih mempunyainya. aku masih mempunyai orang yang menyayangiku..aku masih punya Kimkey…aku masih mempunyai orang yang memperhatikan dan juga menginginkanku.

“Key-ah!!”teriakku, tapi suaraku tak bisa keluar dengan keras. Aku seperti sedang berbisik. Mungkin karena udara dingin, suaraku jadi susah keluar. Tenggorokanku serasa membeku. Aku pun menuruni tangga dan berlari ke arah Key. Memeluknya.

“No..noona..”panggil Key dengan wajah malu-malu bercampur khawatir. Dia mendorongku dan menatapku tajam.

“Ya! Apa kau tahu aku mengkhawatirkanmu?! Bukankah aku sudah bilang kalau ada apa-apa, aku akan selalu ada untukmu!”teriaknya cemas, suaranya bergetar saat membentakku, terlihat sekali kekhawatiran yang mendalam di wajahnya. Kau sangat imut saat khawatir seperti itu Kimkey.

“Mianhae..aku sudah membuatmu khawatir..jeonmal mianhae kimkey…aku sudah membuatmu sangat khawatir.”kataku padanya.”tapi..terima kasih sudah mengkhawatirkanku..aku sangat senang. Terima kasih..”kataku dengan eyesmile menungging di wajahku, aku sangat senang…aku benar-benar senang. Setidaknya aku tidak sendirian saat ini.

“Noona…”panggil Key, dia memelukku dengan hangat, sangat hangat. “noona…gwenchana?”tanyanya, dia melepaskan pelukannya dan menatapku dengan lembut. Terlihat jelas kekhawatiran di matanya yang indah itu. Kedua tangannya memegang pipiku dan aku hanya bisa tersenyum dan menganggukkan wajahku. Aku sangat senang, Umma…terima kasih sudah mengirimkan seorang adik yang sangat menyayangiku.

“noona…saranghae…jeonmal saranghae..”kata Key, dia mendekatkan wajahnya dan menciumku tiba-tiba. Bibirnya yang kecil itu menyentuh bibirku dengan lembut. Mwo?! Kenapa aku tidak menolaknya? Aku langsung saja mendorong tubuh Key menjauh, aku melihat keseriusan di wajahnya. Aku harus bagaimana? Kalau aku menolaknya, bagaimana kalau dia menjauh dariku? Dan kemudian, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Tapi kalau aku menerimanya, aku tidak mencintainya..aku hanya akan menyakitinya. Bagaimana ini? Bagaimana ini?

“Noona..”panggil Key dengan wajah bersalah. Aku tidak bisa melakukan apa-apa, aku hanya bisa menjauh darinya, memundurkan badanku 2 langkah. Aku sangat shock atas apa yang telah dilakukannya tadi. “Noona…mianhae…mianhae…aku tidak bermaksud kurang ajar padamu..mianhae..”katanya lagi terbata-bata, dia langsung berlutut di hadapanku, dia menundukkan wajahnya. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?”noona…aku..tidak sadar pada apa yang telah aku lakukan..maaf aku sudah kurang ajar..maafkan aku noona…”katanya, dia menatapku dengan penuh penyesalan. Oh Tuhan…wajahnya itu..aku tidak pernah melihatnya seperti. Kenapa aku dihadapkan pada hal seperti ini…disaat aku juga sedang tak mempunyai siapapun untuk diajak bicara. Aku memejamkan mata, membiarkan hatiku yang berbicara, bukan lagi pikiran, tapi hati. Aku membuka mataku dan menghela nafasnya pelan, aku mendekati tubuh Key kemudian duduk di depan tubuhnya yang sedang berlutut memohon maaf.

“Nee…aku memaafkanmu..Kimkey…”kataku, aku memeluknya dengan lembut. Apakah ini jawaban dari hatiku? Apa aku bisa melupakan Siwon kalau bersamanya? Tapi…dia itu adikku..aku menganggapnya seperti adik kandungku sendiri. Aku sangat menyayanginya…tapi..sebagai saudara. Tidak lebih..


10 thoughts on “Please Love Me [Chapter 2]

  1. yul kejam bgt ._. Siwon minta dicincang nih u,u

    Itu key ambil kesempatan aja aku kan maaauuu #abaikan
    back to topic, tiff uljimayo~ aaaaa jangan nangis semangat~
    Ayo lanjut hehe

    Like

  2. kejam ni ff,
    Siwon dasar kmu gak punya perasaan,,,
    Yul ada apa dengan mu???
    knpa lbh memilih cinta ahhhh susah dehhhh
    lanjttt ah author

    Like

Leave a reply to Kin Cancel reply