I’ll be waiting for you [1Shoot]


Title: I’ll be waiting for you [1Shoot]

Casts: Heechul (SJ), Sulli (F(X)), SJ (cameo), F(X) (cameo), Sohee Wonder Girls (cameo)

Genre: romance, friendship

Author: rima

Disclaimer: Fanfic ini dibuat sendiri… Kalau ada kesamaan dengan fanfic lain hanya kebetulan semata.

FF ini dibuat udah lamaaaa banget… Sekitar akhir tahun 2010 tapi gatau harus ngepost di mana…..

Oke, enjoy reading~!

Aku terdiam di tempat dudukku, menunggu Krystal yang sedang mengganti bajunya. Dalam hitungan menit, kami F(X) akan segera tampil. Dan hari ini spesial karena..

“Sulli-ya!”, teriak seorang cowok yang memanggilku, aku menengok, sebenarnya tanpa menengok aku sudah tau itu siapa, Heechul oppa.

Ya, itulah spesialnya, Super Junior akan tampil juga bersamaku hari ini.

Super Junior, hari ini hanya 10 orang, mengingat Kibum oppa sedang fokus ke karirnya aktingnya, Kangin oppa akan masuk wajib militer, dan Hankyung oppa, yah, kasus hukumnya itu.

“Oppa!”, teriakku ceria, lalu aku berdiri di depannya dan membungkuk padanya, ia lalu mengusap-usap rambutku, di belakangnya sudah ada anggota Super Junior yang lain, aku membungkuk sambil tersenyum pada mereka.

“Sulli-ya, aku rindu padamu.”, kata Heechul oppa yang aku sambut dengan senyum manisku.

Aku satu dari beribu (mungkin berjuta orang) yang beruntung, Heechul oppa baru saja berkata rindu padaku (mungkin kalau fansnya, ELF tau, aku akan dibunuh oleh mereka :P)

“Sulli-ya, mana yang lain?”, tanya Donghae oppa.

“Ah, Krystal dan Luna onnie sedang berganti pakaian, Victoria onnie dan Amber onnie entah kemana. Kalau SNSD onnie… sepertinya di ruangan itu.”, tunjukku pada satu pintu di sebelah kiri.

“Oh, terima kasih Sulli-ya.”, katanya, lalu segera masuk ke pintu yang telah aku tunjuk.

“Sulli-ya, kau bertambah tinggi!”, teriak Siwon oppa, ia lalu berdiri di sebelahku, lalu mengukur tinggiku dengan tingginya.

Aku tertawa, sungguh aneh, jelas-jelas masih Siwon oppa yang paling tinggi diantara kami, dan lagi, aku memakai sepatu hak tinggi.

“Semua karena sepatuku, oppa.”

“Siwon, kalau ingin mengukur tinggi dengan Sulli, ukurlah dia dengan Wookie, kalau denganmu tidak akan terlihat jauh.”, kata Heechul oppa bercanda, aku dan yang lain tertawa, Ryeowook oppa pun ikut tersenyum.

Tiba-tiba Heechul oppa mengisyaratkanku untung menjauh dari kerumunan, aku mengikutinya.

“Kau sudah makan?”, Tanya Heechul oppa padaku. Aku menggeleng.

“Bagaimana… Kalau sesudah acara ini.. Kita pergi makan bersama?”

Aku tersenyum, “Pasti akan asik sekali! Aku mau oppa! Aku akan bilang ke anggota F(X) yang lain! Oppa yang traktir kan?”

Heechul oppa menggeleng.

“Oppa… Tidak mentraktir kami?”

“Bukan, Sulli-ya. Tentu saja aku akan mentraktirmu, tapi…. Hanya kita berdua yang pergi.”

OMO. Heechul oppa ternyata mengajakku makan. Hanya aku. Dan hanya dia. Hatiku berdetak lebih kencang, tidak tahu harus berbuat apa. Aku sering pergi bersama dengan Super Junior, tapi aku belum pernah pergi bersama dengan Heechul oppa saja. Ah, apa yang harus kulakukan?

“Sulli-ya?”

“Ah.. Oppa.. Ya, aku mau. Mau kemana kita?”

Heechul oppa tersenyum, “Ke mana saja. Yang penting ada kau, adikku.”

Adik. Dia menyebutku adiknya.

 

 

“Chulie! Kau tahu tidak! Wonder Girls akan tampil hari ini!”, teriak Leeteuk oppa sambil menepuk bahu Heechul oppa dari belakang. Aku, F(X) dan Super Junior serta SNSD onnie sedang berbincang-bincang di ruang tunggu ‘SM’ . SHINee tidak bisa datang, karena sedang rekaman album baru. Sayang, padahal sudah lama aku tidak ngobrol dengan Taemin oppa.

“Wonder Girls? Yang bener?”, Tanya Heechul oppa senang. Kami semua tertawa melihat reaksinya.

“Iya! Mereka ada di ruang sebelah. Aku baru saja menyapa mereka! Hehehehe, ya gak, Kyuhyunnie?”, sambut Leeteuk oppa sambil merangkul Kyuhyun oppa yang ada di sebelahnya.

“Iya, si ‘itu’ cantik sekali looooh, Hyung.”, jawab Kyuhyun menggoda Heechul. Satu ruangan tertawa karenanya.

“Baiklah, aku akan menyapa mereka juga!”, kata Heechul oppa lalu bangkit berdiri dan keluar ruangan. Leeteuk oppa dan Kyuhyun oppa menempati kursi yang ditinggalkan Heechul oppa (ya, mereka duduk berdua di satu kursi!)

Aku penasaran, apa yang dilakukan oleh Heechul oppa? Sungguh penasaran. Sungguh sangat penasaran.

“Aku… Ke toilet dulu.”, kataku lalu pergi keluar ruangan.

Itu bohong. aku ingin melihat Heechul oppa dan apa yang dilakukannya.

Aku mengendap-endap keluar, lalu bersembunyi di seberang ruangan Wonder Girls, yang adalah ruangan kosong. Aku tidak mau ketahuan mengintip oleh mereka.

“Ah, annyeong Sunye..”, terdengar suara Heechul oppa menyapa Sunye sunbaenim.

“Annyeong, oppa. Mencari dia?”, jawab Sunye onnie tersenyum menggoda Heechul.

Heechul oppa salah tingkah, ia melihat ke belakang, dengan sigap aku bersembunyi. Huuuh, untung dia tidak melihatku.

“Tidak… ah ya… eh tidak tidak tidak… tapi… dimana dia?”, Tanya Heechul oppa malu-malu.

Sunye sunbaenim tertawa, lalu menjawab, “Di dalam sini, oppa. Atau.. kau mau aku memanggilnya?”

“Tidak, tidak usah. Aku hanya mau menyapanya.”

Sunye sunbaenim lalu membuka pintu di belakangnya, lalu berteriak “Sohee-ya! Ada yang ingin menyapamu!”

“Siapa?”

“Tak tahu, ke sinilah kau!”

“Ya! Aku kan tidak memintamu untuk memanggil dia!”, bisik Heechul oppa pada Sunye sunbaenim. Sunye sunbaenim hanya tertawa.

“Ya, siapa?”, terdengar suara Sohee sunbaenim.

“Ah, annyeong Sohee-ya.”, sapa Heechul oppa salah tingkah.

“Aah, annyeong oppa. Kau tampil juga hari ini?”, Tanya Sohee sunbaenim bingung.

“Ya begitulah.”

“Sampai ketemu nanti, oppa. Kami harus bersiap. Kami akan tampil pertama pada hari ini.”, kata Sohee sunbaenim tersenyum, lalu menutup pintu.

Heechul oppa melambaikan tangannya, namun keburu ditutup. Kasihan dia. Ia lalu berjalan lagi masuk ke ruang ‘SM’.

Hatiku sakit. Kenapa Heechul oppa masih memperhatikan Sohee sunbaenim, yang jelas-jelas tidak memperhatikannya?

 

 

Setelah acara selesai, kami semua berkumpul di ruangan ‘SM’ untuk hanya sekedar mengobrol. Aku, Super Junior, dan SNSD onnie telah selesai berganti pakaian santai, siap untuk pulang.

“Sulli, kau mau ke mana? Tidak langsung pulang?”, Tanya Vic onnie.

“Aku… ada urusan. Nanti aku pulang sendiri saja, onnie.”

“Baiklah, hati-hati ya.”

Aku melambai pada Victoria onnie, saat aku berbalik, Heechul oppa sudah berdiri di depanku, tersenyum.

“Jadi pergi?”, tanya Heechul oppa.

“Kalau oppa yang mentraktir, ya, jadi!”, jawabku sambil tersenyum.

“Dasar kau ini..”, kata Heechul oppa lalu mengacak-acak rambutku, dan merangkulku sampai ke mobilnya.

 

 

“Mau pesan apa?”, Tanya Heechul oppa saat kami baru duduk di salah satu restoran.

“Hmm. Sudah lama aku tidak makan Kimbab. Aku pesan Kimbab saja. Kau, oppa?”, jawabku sambil menunjuk menu yang diberikan oleh pelayan restoran.

“Aku… Bibimbap. Oke, pesan satu Kimbab satu Bibimbap, minumnya air mineral tidak dingin 2 gelas.”, kata Heechul oppa pada pelayan, lalu menengok padaku, “Kau tidak boleh minum yang lain selain air mineral tidak dingin kan, Sulli-ya?”

“Ya, kita semua tidak boleh minum yang lain selain air mineral tidak dingin.”, jawabku lalu tertawa. Itu memang peraturan untuk menjaga suara kami.

“Hahaha, baiklah, itu saja dulu, terima kasih.”

Pelayannya pun pergi, meninggalkan keheningan antara aku dan Heechul oppa.

Aduuuuh, apa yang harus kulakukan? Biasanya kan dia yang mengajakku bercanda, tapi kenapa dia hanya terdiam begitu?

“Sulli-ya.”

“Hng?”

“Kenapa kau diam saja?”

“Aku diam saja karena Oppa diam saja.”, jawabku singkat.

Heechul oppa tertawa kecil. “Restoran ini bagus kan? Aku pernah ke sini bersama member yang lain, dan ternyata Bibimbap nya enak sekali.”

“Ya, restoran ini bagus. Romantis.”’, kataku sambil melihat ke sekeliling. Dan ternyata banyak juga pasangan yang duduk berdua dan makan seperti kami. Mereka berpasangan. Suami dan istri, laki-laki dan pacar perempuannya.

Kalau aku dan Heechul oppa?

Ya, hanya sebatas kakak dan adik.

Aku menghela nafas panjang.

“Makanannya sudah datang, Sulli-ya.”, kata Heechul oppa membangunkanku dari lamunanku. Sudah tersedia satu bibimbap dan kimbab di meja. Juga dua gelas air mineral.

“Ah, iya. Mari kita makan.”, kataku lalu mulai menuangkan air mineral ke dalam gelas.

“Selamat makan, Sulli-ya.”, kata Heechul oppa, tersenyum kepadaku ,”Oh iya, sebelum makan mari kita berfoto dulu.”, Ia lalu berjalan dari kursinya ke kursiku lalu berdiri di belakangku dan menjulurkan handphonenya dengan tangannya sejauh yang iya bisa.

“Kimchi, Sulli-ya… Kimchi…”

Aku tersenyum, dan Ia mengambil gambar kami melalui handphonenya. Ia terlihat puas lalu berjalan kembali ke kursinya dan mulai memakan makanannya.

Aku tersenyum. Oh Tuhan, betapa aku cinta hari ini.

 

Setelah selesai makan, Heechul oppa mengajakku berjalan-jalan di sekitar restoran itu sebentar, mencari angin katanya. Aku pun berjalan di sebelahnya, mengikuti langkahnya yang panjang. Suasana malam ini sangat indah. Mungkin karena banyaknya lampu hias yang digantung untuk menerangi jalan ini, tapi tidak, malam ini lebih indah karena ada dia. Dia, berjalan di sebelahku, sambil terkadang melihat wajahku dan memastikan aku belum lelah. Dia, berjalan tegap memakai kacamata hitam dan memakai topi berwarna putih pemberianku beberapa waktu lalu. Dia, yang sekarang sedang mengeluarkan salah satu handphonenya dari saku kiri celananya, terlihat seperti membalas sms dan memasukkan lagi ke saku celananya. Dia yang menebar senyum sepanjang jalan, dan membungkuk jika ada fans yang mengenalinya. Dia Kakak yang aku cintai. Tapi mengapa cintaku padanya bukan seperti cinta adik kepada kakak?

“Sulli-ya, kau sudah lelah?”, Tanya Heechul oppa.

“Kau baru menanyakannya padaku 3 menit yang lalu, oppa. Belum kok.”

“Baguslah. Kau belum mau pulang kan?”, tanyanya lagi.

“Belum kok. Lagipula baru jam 9.30.”

“Hm.”

Kami berdua berjalan tanpa tujuan. Hanya berjalan. Berjalan dan terus berjalan.

Tiba-tiba terdengar suara dering dari handphone Heechul oppa. Ia mengisyaratkan agar aku tetap berjalan, sedangkan ia agak menjauh untuk menerima telepon. Aku mengangguk setuju, dan terus berjalan sendiri.

Aku terus berjalan, namun Heechul oppa belum kelihatan.

“Oppa?”, tidak ada jawaban.

“Heechul oppa, kau di mana?”

Sambil berlari panik, aku melihat ke kiri-kanan, mencarinya. Lalu aku melihat dia sedang berdiri menatap satu poster besar di salah satu kaca pertokoan yang sudah mau tutup. Awalnya aku heran, mengapa ia menatap dengan serius poster itu, sampai aku tahu siapa objek dari poster itu.

Ya, Wonder Girls.

Ya, dia menatap Sohee sunbaenim.

“Oppa…”, kataku lalu berlari kecil menuju tempatnya berdiri, “aku mencarimu kemana-mana.”

Tidak ada jawaban. Aku pun ikut menatap dan memperhatikan poster itu.

Jelas, Sohee sunbaenim bukanlah tandinganku. Ia jauh lebih cantik dariku. Dan ia jelas lebih cocok dengan Heechul oppa.

“Sohee-ya.”, terdengar suara Heechul oppa, lalu ia menarik nafas panjang, “maafkan aku karena menjadi seorang pengecut. Maafkan aku karena aku seorang yang aneh, tak bisa bicara lancar kalau kau ada di dekatku . Maafkan aku karena aku… karena aku mencintaimu.”

Aku tersentak.

“Aneh bukan, Sulli-ya? Aku mencintai orang yang sama sekali tidak peduli padaku? Yang bahkan tidak pernah melihatku?”, Tanya Heechul oppa, lalu ia menatapku, tatapannya sedih, seakan ia baru kehilangan sesuatu.

Ya, aneh oppa. Seandainya kau melihat orang lain selain Sohee sunbaenim. Seandainya kau melihatku. Seandainya kau mencintaiku.

Aku menggeleng, menarik nafas panjang, lalu berkata, “Cinta, adalah perasaan di mana kita melihat seseorang yang kita cintai bahagia, meskipun… meskipun pada akhirnya, kita bukan bagian dari kebahagiannya.”

Heechul oppa kembali melihatku. Tatapannya terkejut. Ya, mungkin dia berpikir ‘bagaimana mungkin anak dibawah 20 tahun bisa jadi lebih dewasa darinya?’

“Jadi, aku harus rela melihatnya bahagia? Meskipun itu sakit bagiku?”, tanya Heechul oppa lagi.

“Ya, tapi aku yakin Sohee sunbaenim juga pasti akan suka padamu, Heechul oppa. Kau orang yang baik, kau orang yang perhatian, kau orang yang tampan, kau orang yang…..”, Heechul oppa memelukku, memutus semua kalimat yang akan aku keluarkan, aku membalas memeluknya.

Tuhan, kalau ini mimpi, aku tak akan pernah mau bangun lagi.

Tuhan, kabulkan keinginanku, aku ingin bersama dia, selamanya.

Heechul oppa pun melepaskan pelukannya, lalu merangkulku, “Kau membuat perasaanku menjadi lebih baik, Sulli-ya.”

Aku tersenyum.

Heechul oppa menghabiskan nafas panjang, “Baiklah Sohee-ya. Berbahagialah. Aku akan lebih senang melihatmu bahagia tanpaku, daripada kau bersamaku tapi kau menjadi tidak bahagia, benar bukan, Sulli-ya?”

Aku mengangguk dan tersenyum.

“Baiklah, aku sudah lebih tenang sekarang. Mari kita pergi, di sini dingin dan sudah hampir pukul 10 lewat! Ayo, adikku!”, kata Heechul oppa lagi, Ia berjalan sambil merangkulku.

Heechul oppa, tak tahukah kau bahwa hatiku sedang sakit setelah mengatakan semua hal itu tadi?

Tak tahukah kau, bahwa aku  menginginkanmu, lebih dari apapun?

Tak tahukah kau bahwa aku sangat senang kau memelukku tadi, dan berharap waktu akan berhenti saat itu juga?

Tak tahukah kau bahwa hatiku sangat sakit, saat kau memanggilku ‘adik’?

 

“Yak, sudah sampai. Selamat istirahat Sulli-ya. Sampai ketemu lagi! Terima kasih karena kau mau menemaniku makan malam tadi. Annyeong~”

Aku masih terpaku di tempat dudukku.

“Sulli-ya?  Kau kenapa?”

“Hng.. tidak apa-apa.”, kataku, lalu aku menyambung dengan suara yang ceria dan senyum, “Terima kasih Heechul oppa atas traktiranmu, atas semua yang kau telah berikan padaku, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih! Dan, terus berjuang untuk mendapatkan cinta Sohee sunbaenim! Heechul oppa, Hwaiting!”

Heechul oppa tertawa, lalu mengacak-acak rambutku lagi, “Terima kasih, kau juga, Sulli-ya, Hwaiting!”

Aku tertawa, lalu turun dari mobil, Heechul oppa membuka kaca mobilnya.

“Selamat tidur, Sulli-ya.”

“Selamat tidur juga, oppa. Hati-hati di jalan. Annyeong~”, jawabku sambil membungkuk. Lalu mobil Heechul oppa berjalan dan meninggalkan aku sendirian.

Tak tahukah kau, Heechul oppa, bahwa aku menangis malam itu?

“Sulli-ya! Kemarin kau pergi makan dengan Heechul oppa?”, Tanya Krystal, saat kami berlima makan bersama.

“Ya, kau tahu dari mana?”

“Jess onnie. Ia tahu dari Yoona onnie yang tahu dari Donghae oppa. Katanya, Heechul oppa mengepost foto kau dan dia berdua di restoran.”, jawab Krystal.

Ah, pasti foto yang itu.

“Ayo coba kita lihat twitter!”, seru Amber onnie, Ia dan Krystal langsung menuju komputer dan membuka web twitter.

Kami, memang tidak mempunyai twitter, namun manager kami ada twitter dan kadang kami membuka twitter menggunakan account miliknya.

“Nah, nah ini… Ini kau dan Heechul oppa!”, seru Krystal onnie.

“Mana, mana?”, Tanya Luna dan Vic onnie bersamaan.

“Ini!”

Aku pun melihatnya. Ya, itu foto yang dia ambil saat di restoran itu kemarin.

Namun aku lebih tertarik pada judul foto itu.

“Hee dan seorang adik perempuan. Ya, itu Sulli F(X)…. Kami pergi dan berjalan-jalan hari ini… Hari yang sangat menyenangkan!!!!!! ia bahkan menjadi dewasa, lebih dewasa dari saat kami terakhir bertemu~~~~ Ia mengajarkanku banyak hal, tentang cinta dan pengorbanan. Aku sayang kamu, adik kecilku~~~ Kapan kita ketemu lagi? KKKKKKKK Heenim HWAITING!~~~”

“Waaaah, kau mengajarkan apa saja pada oppa?”, tanya Vic onnie sambil tersenyum.

Aku tidak menjawab. Tubuhku kaku. Lidahku kelu. Hatiku sakit.

“Sulli-ya? Kau bisa mendengarku?”, tanya Krystal.

Aku menelan ludah dan memejamkan mata, “Yaaaaah, aku hanya mengajarkan apa yang seharusnya aku ajarkan padanya.”, lalu aku tersenyum misterius dan meninggalkan mereka berempat di ruang tengah, yang masih terheran-heran mendengar jawabanku. Aku lalu berlari ke kamar.

Heechul oppa, setelah semua yang kau katakan, setelah semua yang kau lakukan, aku baru sadar. Bahwa, kau hanya menganggapku sebagai adik. Ya, adik kecilmu yang kau sayangi. Bukan  sebagai wanita dewasa yang kau cintai. Semua ini membuatku sadar, aku harus mengubah permintaanku pada Tuhan, setelah permintaan yang kubuat kemarin, saat bersamamu.

Tuhan, kabulkan keinginanku, aku ingin bersama dia, selamanya.

Permintaan itu sudah kuganti, aku berharap Tuhan tidak mendengarnya kemarin, dan mendengarkan permintaanku yang satu ini.

Tuhan, biarkanlah dia bahagia. Dengan siapapun yang Ia cintai.

Air mataku jatuh ke pipi, aku lalu memeluk bantal kesayanganku, berusaha mengusir rasa sakit di dada. Kabulkanlah permintaanku yang ini, Tuhan, karena ialah segalanya bagiku.

Meski begitu, aku akan tetap menunggunya, sampai kapan pun. Aku akan menunggunya.

Karena cinta adalah perasaan di mana kita melihat seseorang yang kita cintai bahagia, meskipun pada akhirnya, kita bukan bagian dari kebahagiannya.

-END-

Ditunggu commentnya~~~

 


14 thoughts on “I’ll be waiting for you [1Shoot]

  1. Ommo… Keren author… Aku baru kali ini baca ff sulhee…. Moment mereka tuh buanyaaaaak banget di YT(And I hate to say that it was sooooo sweeeeeet and makes me 100 % envy) Coba HeePpa lg gak wamil… Sequel dooooonk jaebaaaal…. Yayaya *puppy eyes…

    Like

  2. Ouh~ Cinta segitiga antara Sulli-Heechul-Sohee. Kasian Heechul yang dikacangin sama Sohee. Seneng banget Sulli berlapang dada buat jadi adiknya Hee, yeah~ Kau sudah sangat beruntung dianggap Adik oleh super star sepertinya! Kkk~ *slapped*
    FF ini bener-bener wow, bahasanya lembut. Tingkatkan terus, Author! Hwaiting!! ^^

    Like

  3. keren aseli!! ampe nangis bacanya…hiks hks T___T
    aku juga ngarasain yang namanya cinta diam-diam..setuju banget deh sama kta sulli eonni..rela berkorban demi orang yang kita sayangin, meski itu sakit rasanya….T___T
    tapi aseli ini jeongmal daebak ffnya…^^

    Like

  4. waaaah jeongmal gomawo buat comment-commentnya 😀 sengaja ga mau aku bikin sequel… karena bener2 ga ada ide lagi gimana mau lanjutin ceritanya, jadi dibikin kaya gitu aja dan sengaja ngebiarin Sulli yg ngalah 🙂 bakal post ke sini lagi bbrp ff yg aku udah bikin, mohon ditunggu yaa 🙂

    Like

  5. waktu sulli ngucapin ” Karena cinta adalah perasaan di mana kita melihat seseorang yang kita cintai bahagia, meskipun pada akhirnya, kita bukan bagian dari kebahagiannya.” aku sadar bahwa yg diblg sama sulli itu bener … 🙂
    aku suka karakter sulli disini tapi kasian liat dia yang harus mengalah demi kebahagian heechul 😦
    Tapi author Daebak (y) . pertahankan terus ya 😀
    keep writing 😀

    Like

Leave a comment