Queen of My Heart


author : Elfishysparkyu

genre : Oneshot, Romance

cast : Im Yoona, Lee Donghae, Shim Changmin

ff ini terinspirasi dari lagu Dealova – Once, bayangkan itu lagu Donghae buat Yoona.

Queen of my heart

Biarlah aku mengagumimu secara diam-diam. Tanpa ada kata, hanya ada rasa.

Senyum gadis itu seakan membius Donghae untuk terus memandangnya.
Tawanya yang lepas bagaikan candu yang membuat ketergantungan.
Seperti medan magnet yang terus menarik mendekat hingga menempel erat.

“Saengil chukhae Yoona-ah.”

Teriakan itu kontan menyadarkan Donghae pada hiruk pikuk situasi ini. Ulang tahun gadis itu, Im Yoona. Acara sederhana di sebuah cafe hanya untuk sahabat terdekat, termasuk dirinya.

Segera ia membaur dengan teman-temannya. Menikmati suasana ini layaknya yang lain.

“21 tahun, apa kau tidak merasa tua?” canda Minho.

Yoona hanya terkekeh menanggapinya. “Apa kau pikir Yuri onnie itu berusia 17 tahun?” balasnya.

“Kenapa aku dibawa-bawa?” seru Yuri tidak terima.

“Kenapa kalian bicara soal tua? Aku jadi merasa sangat tua.” sungut Kyuhyun, ia meneguk lemon tea dingin miliknya.

“Biarpun kau tua, nyatanya Seohyun tetap mau denganmu.” sahut Donghae, ia berusaha bersikap wajar dan ikut terhanyut dalam kericuhan ini.

“Tentu saja.” bangga Kyuhyun. “Tunggu!! Kau itu lebih tua hyung. Hanya saja wajahmu yang seperti anak kecil itu benar-benar menipu.” pekiknya kemudian. Ia baru sadar rupanya.

“Hentikan!! Bisa tidak jangan membicarakan umur?” Heechul mulai sensitif. “Kalian tidak memandang kami apa?” diliriknya Leeteuk dan Taeyeon disampingnya.

Tapi kedua orang itu tampak tak peduli dan terus tenggelam dalam dunia mereka.

“Kenapa kalian malah pacaran? Mereka bicara tentang tua, apa kalian tidak merasa tersindir?”

“Tidak.” jawab Leeteuk tenang. “Aku memang sudah tua, itu kenyataan.”

Tidak puas dengan jawaban Leeteuk, Heechul berganti memandang Taeyeon.

Taeyeon langsung paham. “Diantara yeoja-yeoja ini aku memang yang paling tua. Tapi para namja disini banyak yang lebih tua dariku.” jawabnya santai.

“Justru yang sudah tua tapi tidak merasa tua dan belum punya pacar itu yang aneh.” sahut Kyuhyun, ia cengengesan sendiri.

“Apa maksudmu?” Heechul langsung murka.

“Bercanda hyung.” teriak Kyuhyun dan seketika berlarian kesana-kemari karena Heechul terus mengejarnya.

Keributan itu semakin menarik perhatian para pengunjung cafe. Dan yang lain hanya mampu tertawa melihatnya.

“Bagaimana rasanya 21 tahun?” Donghae beranjak mendekati Yoona. Dengan segelas soft drink ditangan yang berkali-kali ia teguk untuk menutupi rasa canggungnya. Menyapa Yoona seperti ini akan membuatnya terlihat sama dengan yang lain. Karena ia memang tak ingin tampak berbeda.

“Kau tahu Donghae oppa? Sebenarnya aku tidak pernah takut untuk menjadi tua, aku justru lebih takut untuk menjadi dewasa.”

Perkataan Yoona itu seketika membuat Donghae menatapnya lekat. Gadis itu tersenyum samar, seperti menyembunyikan apa yang tersirat hatinya.

Menyadari Donghae sedang serius memandangnya, Yoona berganti tertawa lepas. “Kau pasti mengerti maksudku. Perceraian orangtuaku membuatku takut untuk melihat masa depan.” ia bahkan mengatakannya tanpa beban.

“Apa itu yang membuatmu sampai sekarang tidak punya pacar onnie?” timpal Seohyun yang sejak tadi duduk disampingnya.

“Mungkin.” jawab Yoona ragu, masih dengan tawa khasnya. “Aku takut jatuh cinta karena takut patah hati. Aku takut mencintai karena takut tersakiti. Dan adakalanya aku juga takut menyakiti.”

Dan hebatnya tidak ada kesedihan sedikitpun yang terpancar lewat matanya. Ia terus tersenyum ceria.

Itulah yang membuat Donghae semakin tak bisa memalingkan hatinya. Bukan karena rasa iba, tapi karena rasa sayang.

___

Aku memujamu atas nama cinta.

Aku merindumu atas nama cinta.

Aku mimpikanmu atas nama cinta.

Yang kubutuhkan hanya mencintaimu atas nama cinta.

“Kudengar dia akan dikenalkan pada seorang namja anak teman ayahnya. Bagaimana? Apa kau tidak melakukan sesuatu?”

Donghae hanya mengulum senyumnya mendengar ucapan Yuri itu. “Siapa maksudmu?” tanyanya pura-pura tidak tahu.

“Jangan pura-pura.”

Lagi-lagi Donghae hanya tersenyum tipis. “Aku tidak berhak untuk melakukan apapun. Itu kehidupannya sendiri, hanya dia yang berhak mengaturnya.”

“Setidaknya jangan hanya diam Donghae oppa. Biarkan dia tahu tentang perasaanmu.”

“Tidak selamanya cinta harus dinyatakan. Cinta hanya perlu dirasakan. Untuk saat ini lebih baik begitu.”

“Aku tidak mengerti jalan pikiranmu.” lama-lama Yuri jengkel sendiri. “Kalau dia sudah dimiliki namja lain baru nanti kau menyesal.”

“Kurasa Yoona tidak akan sembarangan menerima namja yang mendekatinya. Dia masih menutup pintu hatinya rapat-rapat. Jadi tenanglah hyung, dia masih tetap sendiri.” sahut Minho, ia yang sedari tadi diam akhirnya ikut menimpali.

“Aku juga berpikir seperti itu. Aku suka seperti ini, mencintainya dengan caraku sendiri.”

“Sampai kapan?” Yuri mendesah panjang. “Suatu saat pasti ada namja yang sanggup membuat hatinya luluh. Dan sepertinya namja itu bukan kau, karena kau hanya diam tak berbuat apapun.”

“Aku punya alasan.” ujar Donghae membela diri.

“Apa?” tanya Yuri dan Minho serempak.

“Kalian tidak akan mengerti.” untuk masalah hati, ia memang enggan untuk berbagi.

“Aku akan bilang pada Yoona kalau kau menyukainya.” tantang Yuri lantang.

Donghae terdiam. Bukan karena ia takut dengan ancaman Yuri itu. Tapi karena ia baru sadar kalau ternyata banyak yang mengetahui perasaannya pada Yoona.

“Siapa saja yang tahu?” tanyanya terbata.

“Hampir semua.” Minho yang menjawab.

“Setiap orang yang peka pasti bisa melihatnya. Caramu menatap Yoona, caramu memperlakukannya, itu beda.” imbuh Yuri.

“Benarkah? Apa terlihat sekali?” Donghae mengusap tengkuknya gusar. Tiba-tiba saja ia jadi sedikit resah. Apa sebegitu kentara hingga ia tak mampu menyembunyikannya?

“Tentu saja. Kami tahu sejak lama. Begitu juga Seohyun dan Kyuhyun. Kalau Leeteuk oppa dan Taeyeon onnie sepertinya tidak tahu. Mereka terlalu sibuk dengan asmara mereka sendiri. Dan Heechul oppa, aku rasa ia tahu tapi tak peduli. Kau tahu sendiri ia orangnya seperti apa.” jelas Yuri panjang lebar.

Donghae mengangguk-angguk kecil. Lalu Yoona? Bagaimana kalau gadis itu tahu?

“Makanya hyung, nyatakan cintamu. Sebelum ia tahu dari orang lain.” desak Minho.

“Sudah kubilang tidak sekarang.” Donghae terlihat ragu. “Dan jangan ada yang mengatakan padanya.” tegasnya.
Untuk saat ini masih ada hal yang ia pikirkan.

___

“Kau menolaknya lagi onnie?” tanya Seohyun penasaran.

Yoona mengangguk. Seperti yang sebelum-sebelumnya, namja yang menyatakan cinta padanya selalu ia tolak mentah-mentah.

“Sudah kuduga.” desah Seohyun kecewa. “Lalu apa kau sudah bertemu dengan namja yang akan dijodohkan denganmu?”

“Belum, aku malas. Ini bukan pertama kalinya aku dikenalkan dengan laki-laki. Harusnya appa sudah paham kalau aku pasti akan menolaknya. Appa memang kolot, kesannya aku ini yeoja yang tidak laku.” Yoona menggeleng kemudian tersenyum kecil.

“Onnie, sampai usia 21 tahun kau belum sekalipun punya pacar. Ahjussi tentu saja khawatir.”

“Kenapa? Apa aku dikira tidak normal?” Yoona tertawa sendiri kemudian berdecak pelan. “Aku senang seperti ini, sendiri, bebas. Aku sangat menikmatinya.”

“Tapi kau juga butuh namja untuk kau cintai.”

“Aku belum memikirkannya.”

“Yoona onnie, aku sangat khawatir padamu.”

Yoona mengkerutkan alisnya kemudian tertawa lepas. “Seohyun, kau sangat berlebihan. Perlu kau tahu, perceraian orangtuaku memang membuatku trauma tentang percintaan. Tapi itu bukan satu-satunya alasan kenapa aku tidak punya pacar sampai sekarang. Suatu saat nanti aku pasti punya pacar, menikah, itu pasti. Jadi tenanglah.”

“Setidaknya mulailah dari sekarang agar kau tidak kesepian.”

“Kata siapa aku kesepian? Aku punya kalian, sahabat-sahabat terbaikku. Dan aku bahagia.”

“Tapi saat malam minggu, semua pergi kencan kau tidak punya pasangan. Minho dan Yuri onnie, Leeteuk oppa dan Taeyeon onnie, aku dan Kyuhyun oppa. Lalu kau, Heechul oppa, dan Donghae oppa selalu merecoki kami. Mungkin sebaiknya kau pilih saja salah satu dari mereka untuk jadi pacarmu onnie.”

Yoona tertegun sejenak. “Apa aku sangat mengganggu?” candanya.

Dan Seohyun yang polos pasti akan menganggapnya serius. “Bukan begitu maksudku onnie. Ini tidak seperti yang kau pikirkan.” paniknya.

“Ne, aku tahu.” dirangkulnya pundak Seohyun lalu mulai berkata serius. “Aku hanya sedang menunggu seseorang yang mencintaiku setulus hati.”

“Siapa?”

Yoona hanya menggedikkan kedua bahunya. Pertanda ia pun tak tahu.

“Yoona onnie.” sungut Seohyun, ia tidak puas dengan jawaban Yoona itu.

“Aku memang belum tahu siapa orangnya. Tapi aku yakin dia ada di suatu tempat entah dimana.” Yoona menerawang memandang langit biru diatasnya. Seakan-akan wajah namja itu terlukis disana meski masih samar-samar. “Aku tinggal menunggu waktu Tuhan menyatukan kami. Saat itu hatiku akan berkata dialah orangnya.”

___

Ijinkan aku jadi ombak yang hantarkan pasir cinta di pantaimu.

Ijinkan aku tetap di dekatmu seperti relanya karang diterpa ombak setiap waktu.

Ijinkan setiap tangismu, tawamu, pedihmu, bahagiamu, suka dukamu kuabadikan selalu.

Donghae tetap bersikap dingin, membisu dengan raut datarnya. Meski gadis di depannya ini terus saja menumpahkan isi hatinya. Yoona tengah galau tentang rencana perjodohan oleh appanya. Dan setiap ekspresi gadis itu sanggup untuk membuat Donghae tak berkedip sedetikpun.

“Lalu aku harus bagaimana? Kali ini appa serius sekali. Aku tidak mau dijodohkan dengan orang yang tidak kukenal. Pokoknya kalian harus membantuku.” Yoona menelungkupkan kepalanya diatas meja. Baru kali ini ia merasa sangat khawatir. Biasanya juga ia tak peduli.

“Tinggal tolak seperti biasanya, gampang kan?” sahut Kyuhyun.

“Tidak bisa. Syaratnya aku harus punya pacar dulu baru boleh menolaknya. Kali ini Appa sungguh tidak masuk akal. Aku benar-benar frustasi dibuatnya.”

“Kalau begitu cari pacar saja.” timpal Yuri.

“Tidak semudah itu.”

“Berarti kau tak punya pilihan lain, kau terpaksa harus menerimanya. Mungkin namja itu memang jodohmu. Lagipula kau tidak akan dinikahkan sekarang kan?”

“Memang tidak untuk menikah sekarang. Tapi aku tetap tidak mau berhubungan dengannya Yuri onnie. Ayolah, pikirkan jalan keluarnya.”

“Bagaimana kalau pacar pura-pura?” usul Leeteuk tiba-tiba.

Yoona menaikkan sebelah alisnya kemudian seulas senyum terukir manis dibibirnya. “Itu patut untuk dipertimbangkan Leeteuk oppa.” girangnya.

“Lalu siapa orangnya yang akan menjadi pacar bohonganmu?”

“Aku tahu.” sambar Kyuhyun cepat, ia mengeluarkan seringainya. Senyuman maut itu ditujukan untuk seseorang.

Yang lain langsung paham dan ikut menatap tajam ke orang yang sama.

“Kenapa kalian melihatku seperti itu?” heran Donghae, tatapan orang-orang itu mengarah tepat padanya.

“Benar sekali. Donghae oppa, kau memang orangnya.” pekik Seohyun senang.

“Kenapa bisa aku? Kenapa tidak kalian saja?”

“Masa aku? Aku sudah punya Yuri.” tolak Minho, membuat Yuri disampingnya tersenyum bangga.

“Aku juga sudah punya Seohyun.” Kyuhyun tak mau kalah.

“Kalau aku bisa saja meminjamkan Leeteuk oppa. Tapi aku yakin Yoona pasti akan menolaknya.” ucapan Taeyeon ini kontan membuat semua yang ada disana tertawa.

Begitupun dengan Yoona. “Kau benar onnie.” ucapnya.

“Jadi tidak ada pilihan lain, hanya kau yang tidak punya pacar hyung.” Kyuhyun mendekati Donghae lalu memukul pundaknya pelan.

“Heechul hyung?” seru Donghae, ia melirik Heechul di sudut sana yang tengah asyik sendiri.

“Dia tidak bisa diharapkan. Ayolah Donghae oppa, aku mohon.” sebaris kata dari Yoona ini toh akhirnya mampu membuat Donghae luluh.

“Baiklah.” angguknya yakin.
Apa yang tidak Donghae iyakan untuk gadis itu.

Diiringi berbagai ekspresi teman-temannya. Ada yang tertawa, ada yang tersenyum penuh arti. Dan Donghae tahu kalau mereka memang sengaja.

___

“Yah, Donghae oppa. Sejak tadi kau tidak mendengarkanku.”

Tertegun Donghae mendengar teriakan Yoona tadi. Gadis itu memanyunkan bibirnya kesal. Meski harus Donghae akui itu terlihat cantik sekali.

“Aku dengar.” elaknya. “Kau bilang tentang rencana kita kan? Aku menurut saja padamu.”

Yoona terlihat sangsi. “Benarkah?”

“Ne, jangan langsung menemui appamu lalu bilang kalau kita pacaran. Ahjussi pasti akan curiga. Jadi kita berakting saja senatural mungkin, biarkan ahjussi tahu sendiri. Dengan begitu perjodohannya akan dibatalkan. Iya kan?” Donghae memaparkan kembali apa yang dikatakan Yoona tadi.

Yoona tersenyum puas karena ternyata Donghae menangkap semua yang dikatakannya. Padahal kelihatannya namja itu sejak tadi terus melamun sendiri.

“Lalu mulai darimana?” timpal Seohyun, ia salah satu tim sukses sandiwara ini.

“Mulai dari menyatakan cinta. Bukankah orang pacaran bermula dari situ?” suruh Yuri.

Donghae langsung memelototinya tajam. Ia yakin kalau Yuri memang sedang mengerjainya.

“Tidak perlu seperti itu.” tolak Yoona.

“Benar, lebih baik seperti biasanya saja. Jangan terlalu dibuat-buat.” merasa mendapat dukungan Donghae ikut menimpali.

“Tapi harus lebih mesra. Ingat walau hanya pura-pura status kalian sekarang adalah pacaran.” Yuri menekan kata terakhirnya.

“Iya, aku tahu onnie.” Yoona mengangguk paham.

“Dan satu hal yang penting. Pakai cincin ini. Ini cincin couple, banyak pasangan yang memakainya untuk menegaskan hubungan mereka.” Kyuhyun menaruh kedua benda mungil itu didepan Yoona dan Donghae.

“Harus?” tanya Donghae sedikit enggan. Bukan apa-apa, ia hanya merasa ini sangat berlebihan.

Yoona mengamati cincin kecil itu. Ia mengernyitkan keningnya heran begitu membaca tulisan yang terukir disana. Cincin miliknya bertuliskan nama Donghae. Dan cincin milik Donghae bertuliskan namanya. “Siapa yang buat?” tanyanya.

“Tentu saja kami. Kami memesannya secara khusus. Memang tidak mahal tapi cincin ini properti yang sangat penting.”

“Aku mengerti.” tiba-tiba Yoona memekik riang. “Saat appa tahu aku dan Donghae oppa memakai cincin yang sama, appa pasti langsung berpikir kalau kami memang berhubungan.” dipandangnya sahabatnya satu-persatu. “Aku bahkan tidak berpikir sejauh ini. Tapi ini memang ide yang sangat bagus.” pujinya.

“Mianhae Donghae oppa, harus sedikit merepotkanmu.” ucapnya beralih ke Donghae.

“Tidak masalah, Donghae hyung dengan senang hati melakukannya.” sambar Minho cepat. “Iya kan hyung?” disenggolnya lengan Donghae.

Dan Donghae hanya mampu mengangguk kaku.

“Gomawo.” ucap Yoona pelan.

Kenapa ia selalu terlihat manis?
Donghae tersenyum sendiri. “Apapun akan kulakukan asal kau bahagia.” batinnya.

___

Aku mulai bersahabat dengan degup jantungku saat didekatmu.

Aku mulai terbiasa dengan desiran hatiku saat menatapmu.

Aku mulai berteman dengan kegundahan saat jauh darimu.

Rasanya tak cukup beribu kata sakti untukku memujamu.

Baru saja Donghae akan turun setelah meminggirkan mobilnya, Yoona keluar tergesa. Sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis, gadis itu menghampirinya.

“Ayo Donghae oppa.” ujarnya segera memasuki mobil Donghae.

“Tidak pamitan dulu dengan ahjussi?”

“Tidak usah. Appa masih di kamarnya. Aku sudah bilang pergi buru-buru. Dan tadi pagi aku memberi kejutan besar untuknya.”

Donghae mulai melajukan mobilnya pelan. “Kejutan apa?” tanyanya.

“Cincin ini.” Yoona menatap cincin mungil yang tersemat di jari manisnya kemudian tersenyum puas. “Aku menaruhnya di kamar mandi pura-pura tidak sengaja tertinggal disana. Lalu appa menemukannya. Appa curiga dan mulai bertanya macam-macam. Tapi aku tidak mengaku. Biarkan saja appa penasaran lalu mencari tahu sendiri.”

“Apa ini akan berhasil?”

Yoona mengangguk yakin. “Dengan sandiwara kita yang sesuai rencana awal, lambat laun appa akan menganggap kalau kita memang sedang berhubungan. Dan aku akan bebas dari perjodohan itu.”

“Semoga.” harap Donghae. Ia kembali fokus pada jalanan didepannya.

“Mianhae Donghae oppa, mungkin akan sedikit menyita waktumu.”

“Kenapa minta maaf? Ini tidak masalah bagiku. Aku senang bisa membantumu. Boleh aku bertanya sesuatu?”

“Apa?”

“Kenapa kau menolak dijodohkan?”

“Aku tidak mau berhubungan dengan orang yang tidak aku sukai.”

“Lalu kenapa kau tidak menjalin hubungan dengan orang yang kau sukai saja? Bukankah itu lebih baik daripada berpura-pura seperti ini?”

“Aku belum menemukannya.” jawab Yoona singkat.

“Itu karena kau tidak mencarinya. Kau mengunci pintu hatimu terlalu rapat. Padahal banyak yang ingin memasukinya.”

Yoona tertawa getir. “Mungkin kau benar Donghae oppa.”

Tiba-tiba Donghae mulai tersadar kalau pembicaraannya sudah terlalu jauh. Harusnya ia bisa mengontrol dirinya untuk tidak bertanya macam-macam.

“Lupakan yang kukatakan tadi.” ucapnya sedikit gugup.

Yoona hanya tersenyum simpul. Ia tengah sibuk memikirkan hal lain. Mungkin sedikit membenarkan perkataan Donghae tadi.

___

“Ahjussi.” gumam Donghae kaget.

Im ahjussi ada dihadapannya saat ini. Ini bukan mimpi kan? Apa yang sedang dilakukan ayah Yoona itu di kampus? Apa memang sengaja untuk menemuinya?
Bukan, mungkin saja datang untuk mencari Yoona. Donghae mencoba menyangkal pikirannya sendiri.

Laki-laki paruh baya itu tersenyum hangat lalu duduk dihadapan Donghae.

“Donghae-ah, lama tidak bertemu.” sapanya.

“Ne.” jawab Donghae kaku. Mengingat sandiwaranya bersama Yoona, ia jadi sedikit canggung meski sudah kenal cukup baik.

“Yoona tidak bersamamu?”

“Tidak ahjussi, dia sedang ada kelas sekarang.”

“Lalu yang lain dimana? Kenapa kau sendirian?”

“Mereka ada yang sedang kuliah, ada juga yang punya acara sendiri.”

“Oh..”

Berganti hening, suasananya jadi semakin kaku dan hambar.
Ingin sekali Donghae memulai pembicaraan tapi lidahnya terlalu kelu untuk berkata-kata. Padahal ia sadar, situasi seperti ini kapanpun bisa saja terjadi. Tapi tetap ia tak bisa menutupi kegugupannya. Haruskah ia seberlebihan ini?

Dan Im ahjussi pun tetap tenang di depannya. Ia tampak berwibawa dengan kerutan-kerutan samar diwajahnya.

Donghae menghembuskan nafasnya pelan. Jujur, jika terus seperti ini ia jadi jengah sendiri.

Im ahjussi tersenyum tipis. Ia melirik cincin ditangan Donghae lalu berdehem kecil. “Donghae-ah, kau mencintai putriku?” tanyanya.

Tepat sasaran, Donghae tidak siap dengan pertanyaan itu. Ia gelagapan sendiri. “Ne?” gugupnya.

“Kau mencintai Yoona? Aku merasa hubungan kalian lebih dari teman.” ulang Im ahjussi.

Harus jawab apa? Donghae terlalu linglung. Hingga pada akhirnya ia mengangguk. “Ne, ahjussi.” jawabnya pelan.

“Benar kalian pacaran? Sejak kapan?”

“Sejak hari ulang tahunnya.” inilah jawaban yang memang sudah tersusun rapi dalam rencana mereka. Donghae sedikit menunduk, bukankah yang dipaparkannya ini sebuah kebohongan.

“Apa yang membuatmu mencintainya?”

Donghae tersenyum tipis. “Mianhae ahjussi, tapi aku tidak tahu. Yang aku tahu rasa itu sudah ada dengan sendirinya.”

“Apa menurutmu Yoona cantik?”

“Ne.”

“Banyak gadis yang lebih cantik darinya.”

“Kecantikan itu tidak abadi ahjussi. Semua akan hilang termakan usia. Yoona selalu menjadi dirinya sendiri. Ia tak pernah peduli anggapan orang tentangnya. Itulah yang membuatnya terlihat cantik.”

“Yah, dia memang cuek dan seenaknya sendiri. Adakalanya dia juga bersikap angkuh, kau tahu kan?”

“Karena dia gadis yang kuat.”

“Tapi kadang dia sangat keras kepala dan susah diatur. Bagaimana menurutmu?”

“Karena dia gadis yang pemberani.”

“Yoona bukan gadis yang gampang jatuh cinta. Apa kau bangga bisa menaklukkan putriku?”

“Tidak ahjussi. Aku bahkan takut ini semua akan berakhir terlalu cepat. Dan aku tidak mau itu terjadi.”

Im ahjussi mengangguk puas. “Kau sangat mencintainya? Sebesar apa rasa itu?” tanyanya sekali lagi.

“Maaf, aku tidak mampu berkata seberapa besar ahjussi. Yang aku tahu, aku ingin selalu disampingnya. Ikut tersenyum saat ia tertawa. Menyeka airmatanya saat ia menangis. Menjadi tempatnya bersandar saat ia rapuh. Menjadi tempatnya berpegang saat ia jatuh. Aku  hanya ingin mencintainya secara sederhana, semampu yang aku bisa.” suara Donghae bergetar saat berucap ini. Ini tulus dari dasar hatinya. Bukan rekayasa yang tersusun dalam sebuah sandiwara.

“Aku berusaha percaya padamu. Aku harap kau bisa menjaga Yoona untukku. Dan jangan bilang tentang ini padanya.”

“Ne, ahjussi. Kamsahamnida.” Donghae menunduk sebentar. Tiba-tiba ada rasa lega yang menyerusup paru-parunya. Ia seperti lolos dari tali tambang yang sejak tadi mencekiknya sesak.

Im ahjussi terkekeh sendiri. “Kau terlalu formal padaku. Aku pergi Donghae-ya.” pamitnya. Masih sempat ia menepuk pundak Donghae pelan.

Dan Donghae tetap terpaku ditempat. Suasana hatinya sangat baik sekali. Wajarkan jika ia sesenang ini? Meski hubungannya dengan Yoona pura-pura tapi rasa dihatinya tetap nyata.

Ia bahkan tidak sadar kalau sejak tadi Yoona melihat semuanya. Gadis itu tahu semua yang terjadi. Ia terus diam dan mengintai dari tempat persembunyiannya. Tadinya Yoona ingin keluar menghampiri Donghae dan appanya. Tapi ia punya alasan yang membuat kakinya enggan beranjak dari tempatnya berpijak.

___

“Ini patut dirayakan. Kau harus mentraktir kami.” seru Yuri membahana diiringi anggukan teman-temannya yang lain.

“Baik, tapi disini saja ya? Dompetku sedang tipis.” Yoona mengangguk mengiyakan.

Tak apa, toh kantin kampus ini memang salah satu tempat favorit mereka sejak dulu.

“Ajak Leeteuk oppa dan Heechul oppa juga. Biarkan mereka nostalgia disini.” usul Taeyeon.

Leeteuk dan Heechul tak lain adalah senior mereka yang kini telah lulus.

“Tentu saja onnie.” sahut Yoona gembira.

“Apa kau yakin memang sudah berhasil?” tanya Minho ragu.

“Ne, appa membatalkan perjodohannya karena menganggap aku pacaran dengan Donghae oppa. Aku sendiri heran kenapa bisa semudah ini. Sudahlah, yang penting sekarang aku bebas. Gomawo Donghae oppa, ini berkat bantuanmu.”

Donghae hanya tersenyum. “Ini kerja tim. Bukankah ini rencana kita semua?”

“Benar, berarti aku harus berterimakasih pada kalian juga. Oh iya, Donghae oppa, apa appa datang menemuimu?”

Donghae menggeleng kecil. “Tidak.” elaknya. Harus berbohong kah? Tapi kemarin Im ahjussi memang menyuruhnya untuk jangan bilang pada Yoona.

Donghae sendiri bingung saat ini ia di pihak siapa. Yang jelas ia berpihak pada hatinya.

“Memangnya kenapa?” tanyanya.

“Tidak, aku hanya sedikit heran kenapa tiba-tiba appa merestuiku denganmu. Baguslah, ini tak serumit yang kubayangkan.”

“Berarti ini sudah tidak dibutuhkan lagi kan?” sambung Donghae, ia melepas cincinnya.

“Benar juga.” Yoona ikut melepas cincin miliknya.

“Andwae!!!” pekik Kyuhyun heboh. “Pakai lagi atau kalian harus membayarnya sepuluh kali lipat.” ancamnya.

“Apa?” heran Yoona dan Donghae serempak.

“Pakai saja onnie, oppa. Siapa tahu cincin itu masih dibutuhkan” jelas Seohyun. “Lagipula sayang kalau tidak dipakai. Itu Kyuhyun oppa yang memilih desainnya khusus untuk kalian.”

“Aku kan tidak menyuruh untuk membeli cincin segala. Apalagi sampai memesannya khusus.” sungut Yoona. Walau begitu ia memakai kembali cincinnya. “Memang harus kuakui berkat cincin ini masalahku selesai. Apa aku harus menggantinya?”

“Tidak perlu asal kau terus memakainya.” paksa Kyuhyun. “Kau juga hyung.” ia mendelik pada Donghae.

Donghae masih terlihat enggan. Ia terus mengamati cincin didepannya dengan ragu.

“Pakai saja Donghae oppa. Anggap saja ini hadiah dari mereka.” Yoona mengambil cincin itu lalu menjejalkannya ke jari Donghae.

Kemudian ia tersenyum manis. Astaga, ini sungguh syok terapi bagi Donghae. Tidak bisakah sekejap saja gadis itu membuat jantungnya berdetak normal.

“Tapi masih ada satu hal yang mengganjal.” desah Yoona kemudian.

Semua menatapnya lekat. Ingin mendengar penjelasan lebih lanjut.

Yoona menggigit bibir bawahnya ragu. “Namja yang akan dijodohkan denganku kemarin datang menemuiku.”

“Untuk apa?” tanya Donghae cepat. Ada nada tidak suka disana.

“Dia bilang ingin melihat seperti apa yeoja yang menolak dijodohkan dengannya. Dia ingin melihatku, menyebalkan bukan? Tapi satu hal yang aku sedikit tenang, tidak ada campur tangan appa disini.”

“Apa dia tampan?” sahut Yuri, ia membentuk V dengan kedua jarinya pada Minho yang menatapnya tajam.

“Lumayan.”

“Siapa namanya?” tanya Taeyeon penasaran.

“Shim Changmin.”

“Apa dia berpotensi untuk membuatmu jatuh cinta?”

“Taeyeon onnie, kenapa kau bertanya macam-macam? Aku rasa tidak.” jawab Yoona yakin. “Dia itu namja menyebalkan, sok tahu, seenaknya sendiri. Kesan pertama sudah membuatku kesal padanya. Kurang lebih setipe dengan Kyuhyun.”

“Kenapa harus aku?” sungut Kyuhyun.

“Apa kau tahu? Benci menjadi cinta itu sudah seringkali terjadi.” Yuri mencoba untuk memanasi.

“Aku tahu, tapi itu tidak akan terjadi padaku.”

“Jangan seyakin itu onnie. Bisa jadi nanti kau akan menyukainya.” ujar Seohyun.

“Tidak akan.”

“Hati-hati, nanti kau bisa kena karma.” Taeyeon ikut menakut-nakuti.

“Akan kubuktikan pada kalian. Aku tidak mungkin menyukai Shim Changmin atau siapalah dia itu.” tegas Yoona.

Disisi lain Donghae semakin gusar sendiri. Kenapa ia jadi sekalut ini?
Benci menjadi cinta. Romansa seperti itu memang sering terjadi meski ia sendiri tak pernah mengalaminya.
Lalu bagaimana jika itu terjadi pada Yoona?

___

Ingin kutulis rinduku pada sehelai daun agar angin menerbangkannya padamu.

Tapi nyatanya aku tak mampu.

Daun rinduku terkapar tanpa daya sebelum sempat terjamah angin.

Sebegitu pengecutkah aku?

“Hyung..” panggilan Minho itu serentak membuyarkan lamunan Donghae.

Minho beringsut mendekati Donghae lalu menepuk pundaknya pelan. Seperti menyadarkan Donghae akan sesuatu.
Dan memang benar. Kedatangan Yoona, itulah yang hendak Minho beritahukan padanya.
Ada satu hal yang janggal. Yoona tidak sendiri, seorang namja melangkah santai dibelakangnya.

Tak elak semua mata tertuju pada Yoona dan namja asing yang bersamanya itu.

Dengan wajah cemberut Yoona membanting tubuhnya ke salah satu kursi disana. Dan namja itu juga tetap mengikutinya.

“Annyeong.” ia lebih dulu menyapa orang-orang disana.

“Tidak usah sok ramah pada teman-temanku.” sahut Yoona ketus. Ia menggeleng jengah. Kemudian tersadar raut teman-temannya seakan sedang menunggu penjelasan tentang namja ini.

“Shim Changmin, yang kuceritakan kemarin. Dia memaksa ikut kesini.” Yoona mengatakannya dengan datar.

“Aku hanya ingin tahu seperti apa kebiasaan Yoona jika bersama teman-temannya.” jelas Changmin.

“Seperti yang kau lihat. Kami hanya duduk-duduk di cafe langganan kami ini. Kurang lebih seperti ini kebiasaan Yoona hampir setiap hari.” Yuri yang menjawab. Ia kemudian memperhatikan Changmin lekat. Lumayan, namja itu cukup tampan untuk standar bersanding dengan Yoona. “Oh iya, bukankah perjodohannya dibatalkan? Kenapa kau masih mengikuti Yoona?” tanyanya.

“Ne, ini memang inisiatifku sendiri. Bukan atas nama perjodohan. Awalnya aku ingin tahu seperti apa yeoja yang berani menolakku mentah-mentah. Dan sekarang aku memutuskan untuk mengejarnya.”

Yoona yang baru meneguk minuman dingin miliknya langsung tersedak mendengar ucapan Changmin barusan. “Dasar namja gila.” omelnya.

“Kau yang membuatku gila.”

Yoona mendengus kesal. Namja ini selalu saja berhasil membuatnya kehabisan kata-kata.

Dan yang lain enggan untuk berkomentar. Sekali melihat mereka tahu Changmin tipe namja seperti apa. Ia tipe kepala batu yang mengesampingkan rasa malu. Ia tidak mudah menyerah dan tetap teguh pada pendiriannya. Benar kata Yoona, namja itu sebelas duabelas dengan Kyuhyun.

“Aku sudah punya pacar, Donghae oppa.” ucap Yoona kemudian. Tergesa ia pindah duduk disamping Donghae. “Kau tidak lihat kami memakai cincin yang sama?” ia menarik tangan Donghae dan menunjukkan cincinnya. Ternyata cincin ini masih ada gunanya juga.

“Aku sudah tahu dari ahjussi. Yang menikah saja bisa bercerai apalagi pacaran.” ucap Changmin tenang.

Sebenarnya Donghae sedikit kesal dengan ucapan Changmin itu. Tapi ia tetap diam berusaha bersikap tenang. Toh ia dan Yoona hanya pacaran pura-pura. Ia terus berpegang teguh pada status itu.

Justru Yoona lah yang berapi-api marah. “Kau memang namja yang tidak tahu diri. Kenapa kau selalu membuatku kesal?”

Changmin hanya tersenyum kecil lalu beralih ke Donghae. “Donghae-ssi, aku menyukai pacarmu. Bisakah kau menyerahkannya padaku?”

“Apa?” Donghae bahkan tidak percaya dengan pendengarannya. Dari sorot matanya, jelas ia tidak terima.

Bahkan pekikan itu juga keluar dari bibir Yoona. Menurutnya, Changmin benar namja yang tidak waras. Ini sudah keterlaluan.

Yang lain juga ikut terperanjat. Tapi mereka memilih diam dan tidak mau ikut campur.

“Jadi bagaimana Donghae-ssi? Kau mau memberikan Yoona padaku?” ulang Changmin lagi.

“Kau pikir aku barang?” pekik Yoona emosi.

“Aku tidak bicara padamu. Aku bicara pada Donghae-ssi.”

Donghae terus terdiam gamang. Ingin sekali ia menegaskan kalau Yoona miliknya dan tidak akan ia serahkan pada siapapun. Tapi ia sadar ia tidak punya hak untuk mempertahankan gadis itu. Dihembuskannya nafasnya berat. “Terserah Yoona, dia berhak untuk memilih.” katanya.

Kontan membuat Changmin tersenyum puas mendengarnya. “Kau dengar Im Yoona?” tanyanya terkesan mencibir. “Aku rasa kalian tidak terlihat seperti orang pacaran.” lanjutnya.

Donghae dalam hati membenarkan. Memang saat ini mereka tidak pacaran, itu fakta.

Dan Yoona, entah kenapa hatinya mencelos hampa. Ia kecewa, bukan jawaban seperti tadi yang ia harapkan keluar dari bibir Donghae.

___

“Tidak apa-apa kau menginap disini, onnie?” tanya Yoona sangsi. Ini untuk kesekian kalinya ia bertanya seperti itu pada Yuri yang memutuskan menginap di rumahnya malam ini.

“Tentu saja.”

“Benar Minho tidak keberatan? Ini kan malam minggu.”

Yuri mengangguk yakin. “Hampir setiap hari kami bertemu, jadi malam minggu tidak begitu penting lagi. Lagipula aku sedang ingin bergosip denganmu.”

“Pasti kau ingin menanyaiku tentang Shim Changmin?” tebak Yoona.

Yuri tertawa kecil, membenarkan tebakan Yoona.

“Sepertinya malah kau yang tertarik dengannya onnie.”

“Apa? Hei, jangan salah sangka.” pekik Yuri histeris. “Minho bisa membunuhku. Aku hanya merasa dia berbeda dari setiap namja yang mendekatimu. Dia berpotensi untuk membuatmu jatuh cinta padanya.”

“Tidak akan.”

“Kita tidak tahu kedepannya seperti apa. Siapa yang tahu kalau suatu saat kau berbalik mencintainya.”

“Semoga tidak.” harap Yoona.

“Kau takut?”

“Ne?”

“Kau takut jatuh cinta padanya?”

“Tidak.” jawab Yoona yakin. “Dia bukan tipeku.”

“Memangnya tipemu seperti apa?”

Padahal niat Yoona agar Yuri tidak bertanya lebih banyak lagi dengan bilang Changmin bukan tipenya. Tapi ia salah, perkataannya tadi rupanya semakin menambah rasa penasaran sahabatnya itu.

“Sudahlah onnie, jangan bicarakan ini lagi. Aku agak malas membahas Shim Changmin.” elaknya.

“Baiklah, kalau begitu lebih baik kita bicarakan Donghae oppa saja.”

“Kenapa jadi Donghae oppa?” Yoona mengkerutkan alisnya heran.

“Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kesal dengan sikap Donghae oppa saat menghadapi Changmin. Masa dia lepas tangan begitu saja dan menyuruhmu yang memilih. Itu justru membuat Changmin semakin diatas angin. Apa kau sependapat denganku?”

Yoona terlihat ragu tapi kemudian ia mengangguk. “Ne, tapi Donghae oppa juga tidak salah. Ini semua diluar rencana kita kan?”

“Benar, tapi harusnya Donghae oppa bisa berbuat lebih dari itu. Tidak usah berpatokan pada sandiwara kalian tapi pada hatinya. Maksudku meski hubungan kalian pura-pura, dia harus punya naluri untuk mempertahankanmu dari Changmin. Karena sebenarnya…” Yuri semakin berbelit-belit sendiri. Ia terlihat ragu antara mengatakannya atau tidak. Sesekali ia melirik Yoona. “Karena…”

“Karena apa Yuri onnie?” tanya Yoona tidak sabar. Yuri terlalu lama menggantung kalimatnya.

“Karena sebenarnya Donghae oppa menyukaimu.” akhirnya Yuri bisa juga mengatakannya.

“Aku tahu.”

“Apa?” justru Yuri yang terlonjak kaget dengan jawaban Yoona itu. “Kau tahu?” tanyanya tak percaya.

“Ne, aku tahu sejak lama.”

Lagi-lagi jawaban Yoona itu membuat Yuri ternganga hebat. Ia sungguh tidak menyangka kalau selama ini Yoona tahu.

“Lalu kau?” tanya Yuri terbata. Ia masih belum bisa mencerna ini semua. “Apa tidak ada perasaan lain dihatimu? Apa kau tidak berniat membalas cintanya?”

Yoona tersenyum kecil kemudian menggeleng pelan. “Bahkan aku sendiri tidak mampu menyelami dalamnya hatiku.”

“Artinya kau juga menyukainya?”

“Aku tidak bilang begitu onnie.”

Yuri menggeleng sendiri. “Kau membuatku bingung. Kenapa masih bisa bersikap biasa?”

“Memangnya aku harus bagaimana?”

“Apa kau tidak risih? Biasanya kau selalu risih kalau tahu ada namja yang menyukaimu. Saat namja itu mendekatimu, kau akan menjauhinya.”

“Tidak. Donghae oppa tidak terang-terangan menunjukkan rasa sukanya. Dia tetap bersikap wajar seperti yang lain, itu yang aku salut.”

“Lalu kau tahu darimana kalau dia menyukaimu?”

“Tentu saja tahu.” Yoona tersenyum kecil. “Naluriku tidak bisa dibohongi.” ucapnya kemudian tertawa lepas.

Membuat Yuri semakin merengut sendiri. “Tunggu, apa kau sedang menguji Donghae oppa? Atau kau sedang menunggu dia menyatakan cinta padamu?” tanyanya beruntun.

“Apa? Tidak onnie, aku tidak pernah berpikir sejauh itu.” sangkal Yoona.

Tapi Yuri tidak mudah percaya begitu saja. “Jangan bohong.”

“Sungguh, aku tidak bohong onnie.”

Yuri menyipitkan matanya kemudian menatap Yoona tajam. Berharap ada jawaban lain dari gadis itu.

“Baiklah.” Yoona mendesah panjang. “Aku memang sedang menunggu. Tapi menunggu kemantapan hatiku.” ucapnya.

Yuri menaikkan sebelah alisnya. Ingin menghujani Yoona dengan pertanyaannya lagi.

Tapi Yoona sudah buru-buru menutup pembicaraan ini. “Sudah, aku tidak mau cerita lagi Yuri onnie.”

Dan dengan terpaksa Yuri menyimpan rasa penasarannya sendiri.

___

Mendekatlah padaku dan tersenyumlah sekali waktu agar kau lebih mengenalku.

Kini aku bimbang dan menipu diri, biarkan langit menertawakanku karena itu.

Membisu Donghae seorang diri di bawah lampu temaram taman depan rumahnya. Sesekali memetik gitar ditangannya, memainkan nada yang sumbang nan pilu.

“Menyedihkan sekali.”

Donghae menoleh ke sumber suara. Entah sejak kapan Choi Minho sudah ada dihadapannya. Segera ia menaruh gitarnya. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya.

“Tentu saja mencarimu hyung. Tapi yang kutemukan justru seseorang yang sedang memainkan lagu patah hati.” sindir Minho.

“Aku tidak sedang patah hati. Aku hanya bosan lalu memutuskan kesini.”

“Baguslah, berarti alunan gitarmu tadi tidak berarti apa-apa. Syukurlah, padahal tadi aku sudah khawatir. Lagumu tadi itu benar-benar menyedihkan dan mencerminkan keputusasaan hyung.” Minho sengaja bicara dibuat-buat.

“Aku hanya sedikit menyesal.” agak ragu Donghae utarakan isi hatinya. “Apa kalian kecewa padaku? Apa aku terlihat bodoh dihadapan Shim Changmin?”

“Kau ini bicara apa hyung?” tanya Minho pura-pura tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini.

“Kau pasti tahu apa maksudku.”

Minho tersenyum lalu ikut duduk di kursi panjang sebelah Donghae. “Seandainya ada namja yang meminta Yuri dariku, aku pasti tidak akan menyerahkannya. Karena Yuri pacarku, milikku. Bukankah itu sudah jelas?”

“Tidak sama. Aku dan Yoona hanya pacaran pura-pura.”

“Sama, karena kau mencintainya.”

“Lalu aku harus bagaimana? Semuanya sudah terlambat.”

“Belum. Yoona belum memilih hyung. Dan aku yakin dia tidak akan memilih Changmin. Jadi nyatakan cintamu sebelum Changmin benar merebutnya darimu.”

“Kalau dia menolakku?”

“Itu resiko hyung. Kenapa kau sekhawatir ini?”

“Aku hanya takut kalau hubunganku dengannya tidak sama lagi seperti dulu. Bagaimana kalau dia membenciku lalu menjauhiku?”

“Jadi itu alasan kenapa selama ini kau tidak juga menyatakan cintamu?”

Donghae mengangguk lemah.

Tak elak Minho terbahak karenanya.

“Minho, kau tidak akan paham.” tegas Donghae, ia hembuskan nafasnya perlahan. “Aku tak pernah berharap lebih. Selama masih bisa didekatnya, melihat tawanya, senyumnya, itu sudah cukup bagiku.”

“Kalau dia dimiliki namja lain, apa kau rela? Jawab pakai hatimu hyung.”

Donghae terdiam. Bahkan jika hati sanggup berdusta, ia takkan mampu melakukannya. Jawabannya tetap sama, ia tak rela.

___

Yoona menopang dagunya dengan kanan kiri. Sementara jemari tangan kanannya mengetuk-ngetuk meja memecah kebosanan. Ia benci situasi ini. Berdua dengan Changmin sungguh tidak nyaman.

Berkali-kali ia menengok keluar cafetaria ini. Kenapa orang yang ia tunggu tak kunjung datang.

Dan sepertinya Changmin paham. “Kenapa? Apa kau takut pacarmu tidak menepati janjinya?”

“Donghae oppa pasti datang.” yakin Yoona.

“Oh iya? Tapi lihat ini jam berapa? Kalian sudah menyita banyak waktuku.”

“Kau sendiri yang meminta pertemuan ini kan? Baguslah kalau Donghae oppa tidak datang. Karena sebetulnya aku juga malas meladeni hal yang tidak penting seperti ini.”

Changmin tertawa kecil, sedikit sinis dan melecehkan. “Mungkin Donghae-ssi mengaku kalah dan menyerahkanmu padaku.”

“Kalah?” cibir Yoona. “Kalah dalam hal apa?”

“Memenangkan hatimu.”

Kata-kata itu terucap manis tapi bagi Yoona rasanya begitu sesak mendengarnya.

Ia memilih mengalihkan pandangannya. Mungkin menatap orang-orang yang sedang lalu lalang diluar lebih baik daripada menatap orang didepannya ini.

Yoona memicingkan matanya. Seorang namja berhoodie abu-abu tampak tergesa memasuki cafetaria.

“Donghae oppa.” pekiknya senang.

Donghae tersenyum kecil lalu duduk disebelah Yoona. “Maaf aku terlambat.” bisiknya.

“Aku kira kau tidak akan datang.” sindir Changmin.

“Kenapa? Apa kau berharap aku tidak datang? Sekarang langsung saja ke intinya, apa maumu?”
untuk kali ini Donghae enggan untuk berbasa-basi.

“Santai saja.” gelak Changmin. “Gadis di depan kita ini terlalu gengsi untuk memilih. Jadi aku ingin kau menyerahkannya padaku.”

“Kau gila.” desis Yoona geram.

“Beri aku alasan kenapa aku harus menyerahkannya padamu?”

Perkataan Donghae itu sedikit membuat Yoona khawatir. Pertemuan ini mendadak atas paksaan Changmin. Semua yang terjadi tidak direncanakan. Tidak ada skenario seperti biasanya. Bahkan teman-temannya pun tak ada yang tahu.

“Sederhana, karena aku menginginkannya.” Changmin menjawabnya dengan begitu enteng.

“Tapi sayangnya aku tidak akan menyerahkan Yoona padamu atau pada siapapun. Aku tidak akan pernah melepaskannya. Aku mencintainya. Aku ingin terus bersamanya dan ingin dia terus ada disisiku. Bagaimana mungkin aku sanggup menyerahkannya pada orang lain sementara hati kecilku tak pernah rela? Lagipula Yoona bukanlah boneka yang bisa kau miliki sesuka hatimu.”

Rentetan kalimat itu mengalun begitu saja dari bibir Donghae. Ia tampak tenang meski kata-katanya terkesan tegas.
Disampingnya Yoona terus terpaku memandangnya lekat. Meski tadi gadis itu sempat tersenyum samar.

“Aku tidak menyangka kau berkata seperti itu Donghae-ssi.” Changmin tertawa hambar. “Perlu waktu berapa lama kalian menyusunnya? Hebat sekali, kau pasti susah payah menghafalnya. Kuakui, akting kalian sempurna.”

Yoona dan Donghae saling pandang. Tiba-tiba muncul perasaan getir.

“Kenapa? Kalian pikir aku tidak tahu? Pura-pura pacaran untuk membatalkan perjodohan, lucu sekali.” Changmin tertawa meledek.

Benar kan? Firasat buruk itu nyatanya terbukti. Bagaimana mungkin Changmin bisa tahu.

“Kalian tidak perlu tahu aku tahu darimana.” Changmin seakan bisa membaca pikiran mereka. “Aku punya penawaran untuk kalian. Terutama untukmu Donghae-ssi. Serahkan Yoona padaku atau aku akan mengatakan tentang sandiwara kalian pada Im ahjussi. Nona keras kepala ini tak punya pilihan lain.”

“Picik sekali.” decah Yoona sinis. “Jika kau mengatakannya pada appa, kemungkinkan aku akan kembali dijodohkan denganmu. Lalu sekarang kau meminta Donghae oppa menyerahkanku padamu. Kenapa keduanya berujung padamu?”

“Aku masih punya penawaran lain. Bagaimana kalau berbagi? Kau masih bisa berhubungan dengan Donghae-ssi atau namja manapun. Tapi kau juga berhubungan denganku. Adil kan?”

“Kau pikir aku yeoja murahan apa?” Yoona mencoba menahan gemuruh dadanya, matanya berkaca-kaca tapi ia tepis cepat. Gadis sekuat Yoona pun bisa merapuh.

Tapi Donghae terlanjur melihatnya. Sekali saja airmata gadis itu jatuh, ia takkan tinggal diam.

“Kurasa sudah cukup pembahasan tidak penting ini. Asal kau tahu Shim Changmin, aku sungguh mencintainya, itu bukan pura-pura. Dan tidak akan kubiarkan siapapun menyakitinya. Yoona terlalu berharga untuk kau permainkan.” tegasnya. Ia menyeret Yoona pergi dari sana.

Yoona menurut saja. Ia masih cukup tercengang dengan kata-kata Donghae barusan. Secara tidak langsung, namja itu telah mengatakan isi hatinya. Dan kini perhatiannya justru tertuju pada genggaman tangan Donghae pada tangannya. Ia terus memandangnya lekat.

___

Aku pernah mencintai, tapi tak seperti ini.

Aku pernah mengagumi, tapi tak seperti ini.

Cinta yang sebelumnya hanya seperti senja yang tak pernah tinggal abadi.

Tapi padamu.
Apa kau telah memenjarakan hatiku?

Dua orang itu melangkah lunglai beriringan sambil terus membisu. Sibuk dalam pikiran masing-masing.

Donghae berjalan satu langkah didepan Yoona. Ia terus kalut dalam perasaannya sendiri. Sedikit risau dengan yang baru saja terjadi. Terutama perkataannya pada Changmin. Aish, apa tanggapan Yoona tentang ucapannya tadi?

Sedangkan dibelakangnya, Yoona tak kalah resah. Khawatir memikirkan masalahnya. Namun menatap punggung Donghae membuatnya sedikit lega. Entahlah, Yoona tersenyum sendiri menyadarinya.

“Yoongie… ” tiba-tiba Donghae berhenti lalu berbalik.

Tak elak Yoona tersentak. Ia sedang tenggelam dalam khayalannya dan kini Donghae menatapnya dekat sekali.

“Yang kukatakan tadi itu sebenarnya… ” Donghae tampak ragu melanjutkan kalimatnya. Antara ingin jujur, atau meralat segala ucapannya dengan mengatakan bahwa yang dikatakannya tadi hanya pura-pura. Pilihan yang sulit, ia bimbang. Haruskah ia terus mengelabuhi?

“Aku tahu Donghae oppa, gomawo.” bisik Yoona tulus.

Apa maksudnya tahu? Donghae semakin gelisah dalam pemahamannya sendiri.

“Terimakasih atas yang kau ucapkan pada Changmin. Terimakasih karena telah mencintaiku.”

Deg.. Jantung Donghae seakan berhenti berdetak. Apa yang dikatakan Yoona tadi? Apa ia tak salah dengar? Gadis itu tersenyum hangat. Kenapa akhir-akhir ini senyuman itu terlihat semakin menawan? Donghae merutuki dirinya sendiri. Kenapa pada situasi ini ia hanya sanggup mematung?

“Ayo Donghae oppa, kita harus bicarakan ini dengan yang lain. Kita susun rencana baru untuk hadapi Shim Changmin.”

Bahkan tanpa memberi kesempatan Donghae berbicara, Yoona sudah menariknya cepat. Ia mengapit lengan Donghae tanpa rasa canggung sedikitpun. Mungkin tujuannya untuk mengalihkan pembicaraan. Entahlah..

“Aku tadi sudah sms Yuri onnie, katanya mereka dirumah Minho sekarang. Jadi kita kesana saja.” Yoona terus saja berbicara seakan tidak terjadi apa-apa.

Padahal disampingnya, Donghae terjerembab dalam kebimbangannya sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi? Yoona tahu tentang perasaannya? Atau gadis itu mengira ini masih bagian dari kepura-puraan? Hah, hidup memang penuh sandiwara.
Donghae hanya sanggup menerka-nerka. Meski jauh dalam benaknya seperti ada yang berbisik bahwa Yoona memang mengetahui segala isi hatinya.

“Yoongie, apa yang akan kau lakukan sekarang?” akhirnya Donghae mengganti topik pembicaraan. Meski masih berkutat pada masalah yang sama.

Ia biarkan saja Yoona tetap menggelayut di lengannya. Bahkan jika ini mimpi, ia harap tak ada orang yang akan  membangunkannya.

“Aku belum tahu. Nanti kita pikirkan bersama. Sekarang aku mau cari makan. Aku lapar Donghae oppa. Shim Changmin itu sungguh pelit, masa tadi aku hanya dipesankan minuman olehnya.” Yoona tertawa lepas. Melepaskan pegangan tangannya pada lengan Donghae lalu berlari kecil menuju kedai di depan sana. “Aku mau beli kue beras pedas.” riangnya.

Dan Donghae terus menikmati tingkah gadis itu. Sejenak ia tersenyum sendiri. Apa ini sebuah kemajuan? Ataukah ia masih berpijak di tempat yang sama. Ia tak peduli.

___

Di setiap peradaban mengalun berbagai kisah cinta yang berbeda.

Kuharap, kau dan aku adalah salah satunya.

Yuri terus menatap Donghae dan Yoona penuh selidik. Matanya menelisik kedua orang itu curiga.

“Onnie, jangan terus memandangi kami seperti itu.” protes Yoona, lama-lama ia jadi risih.

“Ne. Bukankah kau bilang akan berpikir untuk mencari jalan keluar? Apa berpikir harus dengan melihat kami?” tambah Donghae.

“Hahaha..” Yuri tergelak sendiri. “Aku hanya merasa diantara kalian ada aura yang berbeda.”

“Sok tahu.” celetukan itu justru berasal dari Kyuhyun diiringi tawa meledek. “Dengar ya, kalau menurutku menghadapi Changmin tidak usah pakai taktik apapun. Cukup diamkan saja sampai dia bosan sendiri.”

“Aku sependapat dengan Kyuhyun oppa.” Seohyun mengangguk menyetujui usul sang kekasih.

“Aku juga merasa Changmin hanya menggertak. Ia tidak sungguh-sungguh akan mengatakan pada Im ahjussi.” Minho ikut menimpali.

“Lalu bagaimana kalau dia benar melakukannya?” Yuri malah mematahkan ucapan pacarnya sendiri.

Tak ada yang menjawab. Kemungkinan itu memang bisa saja terjadi. Siapa yang bisa membaca pikiran seorang Shim Changmin?

“Makanya kita harus cari cara lain.” ucap Yuri tegas.

“Cara apalagi?” tanya Yoona lemas.

Lagi-lagi Yuri kembali terpaku pada Yoona dan Donghae. Senyum sumringah seketika menghiasi bibirnya. “Sudah kubilang, ada aura berbeda yang terpancar dari kalian.” celotehnya.

“Apa kau sedang belajar jadi paranormal?” ejek Donghae.

“Bukan, aku hanya merasa wajah kalian mirip. Lihat, mereka mirip kan?” Yuri menghampiri Minho lalu beralih ke Kyuhyun dan Seohyun.

Tak elak ketiga orang itu ikut memandang lekat Donghae dan Yoona.

“Lalu kalau mirip kenapa?” heran Kyuhyun.

“Jodoh?” tebak Seohyun.

“Katanya begitu. Tapi bukan itu maksudku. Aku merasa ada sesuatu diantara mereka entah apa.” Yuri menerawang kemudian berdecak. “Apa ada sesuatu yang terjadi antara kalian? Apa ada yang kalian berdua sembunyikan dari kami?” tanyanya mendesak.

“Tidak.” jawab Yoona dan Donghae bersamaan.

“Benar? Tidak usah gugup begitu.” Yuri terkekeh sendiri.

“Apa maksudmu onnie?”

“Kau ini bicara apa?”

Lagi-lagi Yoona dan Donghae berucap nyaris bersamaan.

Semakin membuat Yuri heboh sendiri. “Ada tanda-tanda cinta.” ucapnya.

“Benarkah?” Kyuhyun ikut antusias.

“Kurasa juga begitu.” imbuh Minho.

“Aku turut senang.” sahut Seohyun.

Apa-apaan mereka ini? Bicara tidak jelas dan saling tersenyum penuh arti.

“Aku tidak mengerti maksud kalian.” elak Donghae.

“Ne, tidak usah bicara berbelit-belit.” mungkin kebetulan atau tidak, tapi Yoona selalu menyetujui omongan Donghae.

“Baiklah.” Yuri menghela nafasnya sejenak. “Cinta itu ada pada Donghae oppa. Dan menurutku rasa itu juga mulai ada padamu.” ini ditujukan untuk Yoona.

Dan Yoona ternyata enggan untuk menjawabnya. Ia memilih diam.

Donghae sendiri sedikit terkejut dengan ucapan Yuri itu.

“Kau pernah bilang menunggu kemantapan hatimu kan? Apa kau tidak yakin pada Donghae oppa?”

“Mian, aku tidak bisa menjawabnya.” gumam Yoona lirih.

“Mungkin aku yang harus minta maaf. Tidak seharusnya aku terlalu mencampuri urusan kalian. Aku hanya gemas saja melihat kalian berdua.” Yuri tertawa hambar.

“Tak apa onnie. Aku tahu itu bentuk perhatian kalian pada kami. Tapi untuk saat ini, biarlah hanya aku dan Donghae oppa yang tahu.”

Apa maksudnya? Donghae melirik gadis disampingnya itu.

“Apa kau menunggu Donghae hyung menyatakan cinta padamu?” tanya Minho penasaran.

“Tidak. Tanpa dikatakan pun aku sudah tahu.”

“Yoongie..” Donghae memaksa lisannya untuk berucap. Ia tak mau terus berteka teki seperti ini.

Ingin ia utarakan semua. Tapi Yoona lebih dulu memotong ucapannya.

“Aku tahu Donghae oppa.” sela Yoona cepat. “Bukankah kita kesini untuk menyusun rencana melawan Shim Changmin? Kenapa jadi membicarakan masalah pribadi? Aku jadi malu.” ia dengan tawa khasnya seolah pembicaraan tadi tak berarti apa-apa.

“Ini juga menyangkut Shim Changmin. Kalau kalian benar berpacaran, tidak akan ada masalah lagi dengan namja itu. Lagipula Donghae oppa butuh jawaban.” bisik Yuri getir.

“Tidak, aku tidak minta jawaban.” dan Donghae justru membantahnya.

“Aku pusing, terserah kalian saja.” jengah Kyuhyun, ia menggelengkan kepalanya sendiri. “Kenapa kalian tidak mau bicara lewat kata-kata? Apa kalian bicara lewat telepati?” tanyanya ngawur.

“Sudahlah, kita tidak akan paham.” Minho bangkit dari duduknya. “Ada yang mau bulgogi? Di dapur ada banyak.” tawarnya.

“Aku.” Yuri tunjuk tangan lebih dulu.

“Aku juga. Bagaimana kalau kesana saja?” usul Seohyun.

“Ya, kurasa begitu.” Kyuhyun mendahului melangkah menuju dapur diikuti yang lain.

Meninggalkan Yoona dan Donghae dalam kehampaan berdua. Sepertinya mereka memang sengaja.

Dua anak manusia itu saling terdiam canggung.

Donghae berdehem sejenak. “Yoong, rasa itu tidak akan berubah.” bisiknya.

Yoona mengangguk kecil. Hanya senyuman manis yang ia tampakkan. Tidak ada kata, hanya ada rasa yang mulai tak sama.

___

Berkali-kali Yoona meremas tangannya gusar. Menunggui appanya yang sedang membaca koran kenapa jadi segelisah ini? Ada hal yang ingin ia bicarakan, itu masalahnya.

“Ada apa? Apa ada masalah?” Im ahjussi melipat koran yang ia baca lalu membuka kaca matanya. Ia menyadari keresahan putrinya sejak tadi.

Yoona menggeleng. Kenapa jadi ragu untuk mengatakannya?

Saat Im ahjussi hendak beranjak, Yoona menahannya. “Appa.” panggilnya.

Im ahjussi segera berbalik dan menatap lekat putrinya itu.

“Ini tentang Shim Changmin.” gumam Yoona ragu. “Aku tidak menyukainya appa.”

“Appa tahu. Bukankah appa sudah membatalkan perjodohannya? Apa yang kau khawatirkan?”

“Kalau aku bilang hubunganku dengan Donghae oppa hanya pura-pura, apa aku akan kembali dijodohkan dengannya?”

Im ahjussi mengkerutkan keningnya serius. “Maksudmu?”

“Ne, appa. Aku dan Donghae oppa sebenarnya hanya pura-pura pacaran. Itu kulakukan agar bebas dari perjodohan. Mianhae appa.”

“Lalu kenapa sekarang kau mengakuinya?” tanya Im ahjussi tetap tenang.

“Ini semua gara-gara Shim Changmin. Aku tidak mau kau tahu dari dia appa. Jadi lebih baik aku jujur. Ceritanya panjang.” Yoona mendesah, kemudian memilih menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. “Bukankah dia sangat licik? Mengancam akan memberitahumu kalau Donghae oppa tidak menyerahkanku padanya. Aku merasa sangat dilecehkan appa.”

“Lalu apa yang kau lakukan?”

“Aku bisa apa? Changmin tidak menganggapku ada. Untung saja ada Donghae oppa. Donghae oppa bilang tidak akan menyerahkanku pada siapapun karena dia tidak pernah rela. Katanya aku terlalu berharga untuk dipermainkan. Tapi Changmin malah menganggap yang dikatakan Donghae oppa itu bagian dari sandiwara. Sekarang aku dan Donghae oppa benar-benar terpojok.” sungut Yoona, ekspresinya berubah-ubah saat mengisahkan ini.

“Tapi memang benar kan kalian bersandiwara?”

“Iya, tapi yang dikatakan Donghae oppa itu benar. Bukan pura-pura, itu tulus dari hatinya. Aku sendiri tidak menyangka Donghae oppa akan berkata seperti itu. Dan harus kuakui, aku senang Donghae oppa mengatakannya.”

“Kau mencintainya?”

“Apa?” tertegun Yoona mendengar pertanyaan ayahnya.

Im ahjussi terkekeh sendiri. “Coba kau ingat-ingat, tadi berapa kali kau menyebut Donghae oppa?”

“Memangnya kenapa?”

“Tidak, ternyata putri appa ini sudah dewasa.” Im ahjussi mengelus kepala Yoona lembut.

“Appa.” desah Yoona.

“Kau belum jawab pertanyaan appa, kau mencintai Donghae? Karena menurut appa dia mencintaimu.”

“Appa jangan sok tahu seperti Yuri onnie.” canda Yoona, ia seakan mengulur waktu untuk menjawab pertanyaan appanya. Padahal itu bukan pertanyaan yang sukar kan.

“Appa serius. Donghae mencintaimu, kau pasti tahu itu?”

Meski enggan, Yoona mengangguk.

“Lalu kau?”

“Aku tidak bisa jawab appa.”

“Masa begitu saja tidak bisa jawab. Kau mencintainya tidak?”

“Aku tidak tahu.”

“Tidak mungkin perasaan sendiri tidak tahu.” sangkal Im ahjussi, itu semakin menyudutkan Yoona.

“Appa, jangan mendesakku.”

“Baiklah.” Im ahjussi tersenyum sabar. “Yang paling penting kau bahagia, itu saja.”

“Gomawo appa.” Yoona memeluk ayahnya manja. “Kau appa terbaik sedunia.” katanya.

Sekejap ia melepaskan pelukannya. “Appa, soal Shim Changmin aku tidak mau dijodohkan dengannya. Apapun yang terjadi pokoknya tidak mau.”

Im ahjussi mengangguk setuju. “Iya. Pada Changmin, appa hanya berniat mengenalkan. Soal jodoh itu bukan kuasa appa. Apalagi kalau kau punya pilihan sendiri. Appa tentu tidak akan ikut campur.”

“Terimakasih apa, sekarang aku lega.”

“Tapi appa yang belum lega.”

“Kenapa lagi?” tiba-tiba terbersit kekhawatiran dibenak Yoona.

“Karena putri appa belum menggandeng seorang kekasih.”

Yoona langsung cemberut begitu mendengarnya.

“Benar kau tidak mencintai Donghae?” lagi-lagi Im ahjussi mengulang pertanyaan yang sama.

“Appa, sudah kubilang aku tidak tahu.”

“Padahal Donghae masuk kriteria orang yang bisa appa percaya untuk menjagamu. Dan cincinmu itu, nyatanya kau masih memakainya. Kalau bukan cinta, apa namanya?”

“Aku tidak dengar. Aku tidak dengar.” Yoona menutup kedua telinganya dengan tangan. Karena ayahnya tak henti-henti menggoda.

Tak elak Im ahjussi terbahak melihat tingkah putrinya itu.

___

Donghae termenung seorang diri. Duduk ditepian pantai memandang semburat jingga cakrawala.
Malam kan datang menawarkan kelam. Dan ia tetap tak bergeming sedikitpun.

“Sedang memikirkan apa? Apa memikirkanku?” suara renyah diiringi tawa itu kontan membuyarkan lamunannya.

“Kata siapa?” decah Donghae. Sedikit kaget tapi ia senang mendapati siapa yang dilihatnya.

“Kataku.” Yoona ikut duduk disebelah Donghae lalu mulai memainkan jemarinya di atas pasir.

Mendengar itu Donghae hanya mengulum senyumnya.
“Apa yang kau lakukan disini?”

“Menyusulmu.”

“Kau sendirian?”

“Tidak, bersama yang lain. Tapi aku tidak tahu sekarang mereka dimana.”

“Aku rasa mereka ada disuatu tempat sedang mengintai kita.” Donghae tersenyum sendiri dengan pemikirannya.

“Benar juga.” Yoona ikut tergelak. “Biarkan saja Donghae oppa. Mereka memang terlalu penasaran dengan hubungan kita.”

“Hubungan kita.” Donghae membatin. Kalau boleh jujur, ia juga penasaran sebenarnya. Bagaimana hubungan mereka sekarang? Masih teman biasa? Sepertinya tidak. Sepasang kekasih? Tidak ada pernyataan sampai ke tahap itu. Yang jelas ia sangat menikmati saat-saat seperti ini.

“Kau membuat apa?” tanyanya penasaran pada hasil kreasi Yoona diatas pasir dengan jarinya.

“Aku ingin suatu saat punya keluarga yang utuh seperti ini.” tunjuk Yoona.

Meski berantakan jelas terlihat diatas pasir itu tergambar dua orang dewasa dan dua anak kecil. Gambar keluarga bahagia, ayah, ibu, dan kedua anaknya.

Donghae paham kenapa Yoona berkhayal seperti itu. Ia dibesarkan dalam keluarga yang bisa dibilang tidak utuh. Perceraian orang tuanya pasti menimbulkan luka yang membekas hingga sekarang. Andai diijinkan, ingin sekali Donghae mewujudkan impian gadis itu.

“Aku juga akan membuat sesuatu untukmu.” timpal Donghae. Ia bangkit lalu melangkah ke bibir pantai. Jari telunjuknya mengukir sesuatu diatas pasir. “Kau harus melihatnya sebelum terkena ombak.” perintahnya.

Yoona refleks berdiri. “Apa?” tanyanya. Ia berlari kecil menghampiri Donghae. Tapi sayang begitu sampai disana tulisan itu sudah hilang tersapu ombak. “Yah terlambat.” decahnya.

“Kau kalah cepat dengan ombak Yoong.” ejek Donghae.

“Aku hanya tidak siap Donghae oppa. Ayo tulis lagi seperti yang tadi. Tapi jangan didekat laut, nanti kena ombak lagi. Apa kau mau kata itu hilang tergerus ombak?”

“Kau melihatnya?” tebak Donghae. Bagaimana mungkin Yoona tahu yang dibuatnya tadi adalah kata-kata.

“Sedikit.” kilah Yoona. “Ayo buat lagi Donghae oppa.”

“Bukankah kau sudah melihatnya? Berarti kau sudah tahu kan?”

“Aku cuma melihat sedikit. Dari jauh tidak jelas. Ayolah Donghae oppa.” pinta Yoona memelas.

Dengan sedikit terpaksa Donghae menurutinya. Pelan ia mulai mengukir kembali jarinya ke atas pasir. Merangkai sebuah kata IM YOONA SARANGHAE.

Yoona tersenyum puas melihatnya. Tidak ada reaksi atau perkataan apapun. Membingungkan memang.

“Sudah hampir petang, ayo pulang.” ajak Donghae.

“Aku masih mau jalan-jalan sebentar. Menikmati laut dimalam hari kurasa bagus juga.” Yoona mulai melangkah pelan. Menelusuri bibir pantai. Membiarkan sang ombak berkali-kali membasuh kakinya.

Dan Donghae pun melakukan hal yang sama. Menuruti gadis itu tak peduli ia penat ataupun lelah.

Tak elak teman-teman mereka yang sedari tadi mengintip melongo kecewa.

“Apa-apaan itu. Tidak ada kemajuan sama sekali.” cibir Kyuhyun.

“Apa kau yakin? Aku justru merasa mereka lebih dekat sekarang.” sangkal Yuri. “Mungkin benar yang dikatakan Yoona, biarlah hanya dia dan Donghae oppa yang tahu.”

“Aku memang tidak begitu paham yang sebenarnya terjadi. Tapi aku rasa mereka saling mencintai.” ucap Leeteuk diiringi anggukan Taeyeon tanda setuju.

“Leeteuk hyung, kita sama. Kita sudah melewatkan banyak hal rupanya. Kenapa tidak ada yang memberitahuku tentang gosip ini?” Heechul gregetan sendiri.

“Kau kan orang sibuk hyung. Mana sempat kau mengurusi urusan seperti ini.” sambung Minho.

Heechul menggelengkan kepalanya menyangkal. “Donghae dan Yoona itu sudah kuanggap sebagai adik kesayanganku. Lalu kakak macam apa aku ini?” ia merutuki dirinya sendiri. Seperti biasanya, heboh tak karuan.

“Bukankah itu Shim Changmin?” sahut Seohyun tiba-tiba. “Kenapa dia bisa ada disana?”

Benar, itu Shim Changmin. Namja itu ada diantara Yoona dan Donghae. Ada apa sebenarnya?

Ada rasa tidak suka terpancar jelas di kilatan mata Changmin. “Aku ada urusan denganmu, ikut aku.” ia menarik tangan Yoona kasar.

Jelas Yoona berontak. “Aku tidak mau.” teriaknya.

“Apa yang kau lakukan?” Donghae menangkap tangan Yoona satunya. Mempertahankan gadis itu agar tetap disisinya.

“Maaf Donghae-ssi, aku ada perlu dengannya. Dan itu bukan urusanmu.” kecam Changmin sinis.

“Urusannya berarti urusanku.” Donghae tak mau kalah.

Tapi Changmin tak menggubrisnya. Dengan angkuh ia kembali menarik tangan Yoona.

“Lepaskan.. Lepaskan..” Yoona mulai berteriak ketakutan. Bahkan tanpa sadar airmatanya mulai mengalir pelan.

“Shim Changmin, kubilang lepaskan.” tegas Donghae. Ia cepat menarik Yoona ke dekatnya hingga pegangan tangan Changmin terlepas.

“Mianhae kalau aku terpaksa harus pakai cara ini.” Bukkk, secepat kilat Changmin menghantam Donghae dengan tinjunya.

Tidak terlalu keras tapi cukup terasa. Sudut bibir Donghae memar.

Dan sanggup membuat Yoona memekik histeris. “Donghae oppa.” paniknya.

Donghae tetap bersikap tenang. “Aku tidak mengerti apa maumu Changmin-ssi. Tapi bagiku yang kau lakukan sungguh kekanak-kanakan.” ucapnya.

“Kenapa? Apa karena Yoona ada disisimu kau merasa menang sekarang? Kenapa tidak membalasku? Kita bisa menyelesaikan semuanya secara laki-laki.” tantang Changmin.

“Kau gila Shim Changmin. Pukul aku saja kalau berani.” jerit Yoona. Ia seketika memeluk Donghae erat. Seakan tak mengijinkan Changmin tuk menyentuhnya sekali saja.

Donghae sendiri tak menyangka Yoona akan melakukan hal itu.

Changmin tertawa getir. “Apa yang kau harapkan darinya?” terkesan melecehkan memang. “Donghae-ssi, apa yang kau punya? Kau hanya mahasiswa S2 yang mengandalkan beasiswa.” ledeknya.

Sedikit lucu menurut Donghae. Hinaan Changmin padanya itu sungguh tidak masuk akal. “Ne, aku memang tidak punya apa-apa. Aku hanya punya cinta dan sebongkah hati yang siap untuk ia singgahi.” ucapnya tenang.

Changmin terus tersenyum sinis. “Kau mencintainya Im Yoona? Katakan apa kau mencintainya?”

“Apa yang terjadi?” bersamaan dengan itu berbondong-bondong Yuri, Minho, Kyuhyun, Seohyun, Leeteuk, Taeyeon, dan Heechul mendatangi mereka. Ada rasa marah dan tidak terima.

“Heh, Shim Changmin. Ternyata wajahmu itu tidak pantas dengan kelakuanmu.” omel Yuri.

“Tanganku ini sejak tadi sudah gatal untuk memukul orang.” Heechul mengepal-ngepalkan tangannya sendiri.

“Perlu kau tahu, kami akan selalu ada untuk melindungi Yoona dan Donghae dari mahkluk pengganggu sepertimu.” tambah Leeteuk.

“Kenapa kalian beraninya keroyokan?” Changmin jelas tidak siap dengan serangan bertubi-tubi itu.

“Karena kami satu tim.” Minho menatap Changmin begitu tajam.

“Jadi kau mau apa? Kami akan meladenimu.” Kyuhyun menyingsing lengan bajunya sok jagoan.

“Aku rasa aku saja sudah cukup.” Heechul melangkah mendekati Changmin dan bersiap mencengkeram kerah kemeja namja itu.

Mereka terdesak Changmin akhirnya mendesah panjang. “Aku hanya disuruh.” gumamnya.

“Apa?” pekikan itu tak hanya satu dua orang yang mengucapkannya.

“Apa maksudmu disuruh?”

“Siapa yang menyuruhmu?”

“Kalau bicara yang jelas Changmin-ssi.”

Pertanyaan itu terus terlontar beruntun. Ada rasa penasaran yang begitu mendera.

“Ne, aku memang disuruh.” ulang Changmin lagi, nadanya begitu jelas tanpa keraguan.

“Ini sungguh tidak masuk akal.” decah Yoona, ia baru melepaskan pelukannya pada Donghae.

“Lalu apa tujuanmu melakukannya?” Donghae sama tak mengertinya.

“Untuk mengetahui perasaan Yoona padamu.” jawab Changmin enteng.

Yoona dan Donghae saling pandang. Kali ini mereka sepemikiran.

“Siapa yang menyuruhmu? Apa salah satu dari mereka?” Donghae menunjuk teman-temannya sendiri.

“Kenapa bisa kami? Kami tidak tahu apa-apa.” sangkal Yuri.

“Bukankah kalian sangat penasaran pada hubunganku dan Donghae oppa?” imbuh Yoona.

“Ne. Tapi bukan kami, percayalah padaku.” ucap Yuri meyakinkan.

“Heh, Changmin-ssi katakan siapa yang menyuruhmu?” tegas Kyuhyun.

Changmin menggeleng. “Mianhae, aku tidak bisa mengatakannya.”

Yoona mendecah kesal. “Apa kalian semua bersekongkol? Katakan saja siapa yang menyuruhmu?”

“Appa yang menyuruhnya.” suara berat itu membuat semua yang ada disana menoleh seketika.

“Appa?” pekik Yoona tercekat. Kenapa bisa ayahnya sendiri.

Im ahjussi tetap melangkah tenang. “Ne, appa yang menyuruhnya. Itu kulakukan karena putri kesayangan appa ini terlalu bodoh untuk menyadari perasaannya. Tapi sekarang appa lega. Pelukanmu padanya tadi cukup untuk menjawab semuanya.”

“Appa, aku hampir gila memikirkan ini.” desah Yoona. “Appa tega sekali. Lalu siapa Shim Changmin? Pantas saja aku merasa ada yang janggal. Temanmu marganya Park, kenapa anaknya bisa bernama Shim Changmin.”

“Kau benar, Changmin adalah pegawai appa di perusahaan.” ucap Im ahjussi diiringi anggukan Changmin. “Orang yang seharusnya dijodohkan denganmu memang bermarga Park. Tapi sama sepertimu, dia juga menolak dijodohkan.”

“Lalu kenapa tadi kau memukul Donghae oppa?” bentak Yoona pada Changmin. “Untung saja kau belum dikeroyok orang-orang ini.”

Changmin hanya tersenyum garing. “Untuk memaksimalkan aktingku. Tadi tidak terlalu keras kan? Bukankah sebelum memukul aku minta maaf dulu?” kilahnya.

Benar juga, tadi ia memang sempat berkata maaf.

“Tapi itu sangat keterlaluan.” teriak Yoona masih emosi.

“Kalau tidak begitu, mana mungkin kau terang-terangan menunjukkan perasaanmu padanya.”

Yoona terdiam, Changmin ada benarnya juga. Tapi tetap saja acara pukul memukul itu ia tidak bisa terima.

“Yoona-ah, sudah jangan diperpanjang lagi.” Im ahjussi mengambil tangan putrinya itu. “Appa sangat menyayangimu. Apapun akan appa lakukan agar kau bahagia. Termasuk menemukan orang yang bisa membahagiakanmu.” dituntunnya tangan Yoona itu dan diberikan pada tangan Donghae. “Donghae-ah, aku percaya padamu.”

“Ne, ahjussi.” ucap Donghae singkat, ia menerima tangan Yoona dan digenggamnya erat.

“Appa, ini sangat memalukan.” decah Yoona. “Donghae oppa, tidak usah meladeni appa.” pintanya.

“Kenapa malu? Apa masih tidak mau mengakui perasaanmu?” celetuk Yuri.

“Apa kau mencintai Donghae hyung?” tanya Kyuhyun. “Aku hanya ingin memastikan.”

“Tentu saja iya, tapi dia tidak mau mengatakannya.” justru Im ahjussi yang menjawab.

“Appa, kenapa malah bergosip dengan mereka?” rengek Yoona. “Lebih baik kita pergi Donghae oppa. Disini kita akan terus jadi bahan gosip mereka.” ia menarik tangan Donghae cepat.

Dan Donghae terpaksa menurut. Ia masih sempat membungkuk sekilas pada Im ahjussi. “Gomawo ahjussi.” bisiknya.

“Bilang saja mau pacaran.” teriak Heechul membahana.

Tapi Yoona dan Donghae sama sekali tak menggubrisnya. Mereka terus melangkah berdua dengan tangan yang saling bertaut erat. Tak peduli langit telah berubah gelap. Tapakan kaki terus menyibak ombak disepanjang laut membentang.

“Yoongie, apa kau ragu padaku?”

Kembali mereka duduk bersimpuh beralas pasir, hanya berdua.

Yoona menyandarkan kepalanya pada pundak Donghae. Menikmati rengkuhan namja itu dan pertanyaannya yang tiba-tiba.

“Tidak, aku hanya takut untuk memulai.” jawaban itulah yang mampu Yoona tuturkan, itu sebuah kejujuran.

“Apa yang kau takutkan?”

“Kadang aku terlalu kalut memaknai kata setia. Aku takut tidak bisa melakukannya. Aku takut seperti eomma yang mengkhianati cinta appa. Aku tidak mau seperti itu Donghae oppa. Kadang aku juga takut aku yang dikhianati. Intinya aku takut kehidupan yang berantakan seperti eomma dan appa.”

“Aku percaya kau bukan orang seperti itu.”

“Ne, aku hanya sedang meragu dengan diriku sendiri. Makanya aku terus menunggu orang yang tepat sampai aku yakin untuk memulai sebuah hubungan. Orang yang kucintai dan juga mencintaiku. Orang yang aku yakin aku tak sanggup berpaling darinya. Sandiwara kita kemarin itu cukup menyadarkanku bahwa kaulah orangnya Donghae oppa.”

“Kita bisa memulai semuanya bersama Yoong. Ini sebuah akhir yang baru dimulai. Akhir sandiwara kita dan awal kisah kita.”

Yoona mengangguk. “Saranghae Donghae oppa.” bisiknya.

Satu kata yang Donghae sendiri tidak mengharap untuk mendapatkannya, kini malah terucap begitu saja dari bibir mungil Yoona.

Tak elak Donghae semakin mengeratkan rengkuhannya. Seakan menegaskan gadis dalam dekapannya itu kini miliknya. Tak sia-sia kesabaran dan penantian panjangnya kini berakhir bahagia.

Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu.

Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu.

Karena langkah merapuh tanpa dirimu.

Karena hati telah letih.

Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh.

Aku ingin kau tahu bahwaku selalu memujamu.

Tanpamu sepinya waktu merantai hati.

Bayangmu seakan-akan.

Kau seperti nyanyian dalam hatiku yang memanggil rinduku padamu.

Seperti udara yang kuhela kau selalu ada.

Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang.

Tanpa dirimu aku merasa hilang dan sepi.

_end_


49 thoughts on “Queen of My Heart

  1. aduh yaampun…. 😆 😆 ngakak ga berhenti2
    1. judulnya ngingetin sama westlife
    2. changmiiiiiiiiiiiiiinnnnnnn,,,,, kamu sama aku sajah *plak*
    3. changmin 11 12 sama kyu, oh yeah that’s kyuline, minho juga
    4. suka semuanyah, yoonhae minyul seokyu taeteuk, abang hee? sama jessica ajah
    5. sepanjang baca fic ini, senyum aku beneran ear to ear 😀
    6. papahnya yoong omona,,, babehhhhhh you rock!!!
    7. ini sip banget deh. yang jadi tokoh utama siapa yang berisik temen2nya 😆
    8. like usual, author top banget. percakapannya asik. gesturnya asik. sip banget pokoknya.

    Like

  2. HUUAHHH ,, gimana ya kommennya .. bener bener sangat super duper keren banget sekali dah pokonya .. gregetan nih sma yoonhae.. bner” kerasa bgt feel ny pas lgi bca ..
    kadang pengen nangis, pngen ketawa, pengen gue pukuli tuh cast nya.. geregetaaaann!!!
    Hae oppa kok jdi pendiem gk byk tingkah gtu yaa? biasany hiperaktif bgt tuh manusia ..

    keren jalan ceritanya, sma skali gk bisa nebak akhiran ny pas msi baca ..
    karena saya cuma punya 4 jempol, so, saya kasi 4 aja ya .. *mauny sih 100 kalo ada

    Mianhae byk bgt kommennya .. Intinya : Lanjut thor! Hwaiting!!!!!

    Like

  3. iiiihhh bagus, aku suka suka suka sekali *gayanya guminho 😀

    tapi klo di drama2 korea nih mah ujung2nya tokoh changmin yg bakalan menangin hatinya Yoona. untung aja udah END ^^

    Like

  4. aiiih, so sweet banget author.. hahahha, akhirnya happy ending =) =D
    fic ini lengkap banget, saya suka. ada seokyu minyul taeteuk, OTP saya semua.

    hahhha setuju sama author.. Kyuhyun & Changmin kan sejenis, hahha
    buat lagi author.. author fighting~

    Like

  5. wahh daebak ceritanya..
    setiap ff yang eon buat, pasti aku suka dan dapet feelnya.. apalagi yang main YoonHae dan ada selipan (?) SeoKyu – TaeTeuk…

    Like

  6. kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa so sweet …
    envy envy envy hahaha

    YoonHae , feel nya dapet bgt .. ditambah ada taeteuk,seokyu, sama minyul pulaaaa
    daebak ..

    Like

  7. keren … i like …
    yoong just created for hwae and hwae just created for yoong
    and for once and author …. thank you, because:
    1.author sdh buat semangatku menjadi YoonHae shipper
    2.once lagunya dealova ngingetin aku pada sesorang ….
    aw … baguuuuuuuuusss ni fanfic bintang 105 deh …

    Like

  8. Kyaa >.< neomu choa
    daebak ff-mu, author
    gag b'henti senyam senyum ndiri wkt y0onhae dgodain, seokyu m minyul jail bgt yah,
    tp tnyt appa yoona lbh jail lagi… Wkwkwkwk
    q suka bgt m karakter changmin, tp tnyt acting yah, hohoho

    Like

  9. yaampun aku speechless baca ff ini.. semua kata kata yang keluar dari mulut donghae kayak nyata banget!
    keren pokoknyaaaa.. yaampun semua couple aku suka. hehe itu ahjusshi apalagi 😀
    daebak dah authornya..

    Like

  10. Bagus bgtttttt……
    Udah ceritanya seru,alurnya menarik,cast ny jga favorit aku semua,
    I’m ajusshi,I like your style!! Yeahhh…!!
    Dulunya aku bkan yoonhae shipper,tpi stelah bca ni fanfic,resmi sudah saya mnjdi seorang phyros..!
    Pokoknya ni fanfic aku ksih 1000 jempol deh.
    Author Daebak!
    Yoonhae Daebak!

    Like

  11. Baru comment padahal bacanya udah kmarenkmaren hihihi ._.v
    ni oneshot terrrrrrpanjang sepanjang masa yang pernah aku baca ._.

    KYAAAAAAAAAAAA~~ #baru heboh -.-a
    ceritanya neomu neomu daebak thor ! suka suka suka >///< *speechless

    Kenapa sih author ini kalo bikin FF suka kerenkeren ???? 😀

    KEEP WRITING ! Bikin FF yoonhae lagi yaa 🙂
    YOONHAE JJANG !

    Like

  12. kyaaaa!!!!!! ternyata semua ini rencana bokapnya yoona eonni???? sungguh licik!!!
    tapi pada akhirnya YoonHae bersatu!!! Nice fanfic chingu *hug*

    Like

  13. crta.a kren bgt..,
    tpi knp yoona ama donghae,,,,
    donghae kn biasa ny ama jessica
    trus yoona ama ki bum
    #he he he.., mian!! jdi ngatur s’enak jdat

    t’lps dri smua itu, k’slrhan ny perfect
    daebakkkkk chinguuuuuuuuuu!!!!!!!

    Like

  14. baguusss bgt,bgt,bgt
    Sukaaa bgt,bgt,bgt
    T-O-P-B-G-T dehh..
    keren sumpah, bikin sequelnyaa yaa, dan bikin bonus chapter seokyu story, atau pasangan yang lainnya *banyak maunya lu mah*
    Beneran deh yaa bagus banget. Authornya DAEBAK bgt *chuu buat authorr#eh?*
    lanjutin yaa chinguu:

    Like

  15. Fanfic lama.. tapi bru coment skarang..
    Keerrreeeennn thor..

    paling suka di part Changmin, Yoona, Donghae di pantai..
    ggiimmaannaa gitu.. hehe..

    awal’a ku pikir, Donghae am’ Changmin rebutan gtu..
    daebak thor !!!
    btw, ku readers baru..:)

    Like

  16. huaaahhh gak tahu mesti komen apa T_T
    ini crita’a seru bgt, apalgi cast nya YoonHae, kisah cnta mreka bikin gregetan kkkk 🙂

    Like

  17. waah kereeenn bgt !!! standing applause buat sang author kkk ~~
    yoonhae forever !! i hope they are hv a good life in the real life !!! ( ˘ з˘)~♡

    Like

Leave a comment