[Two-Shots] Y for (Forever) Part 1


Annyeoooooooong Yeorebeun… Aaaahhh Semenjak adanya lagu Y dan banyak menemukan YOONHAE Moment, apalagi di Youtube yg ada bukti otentiknya, beberapa minggu yg lalu saya mendaftarkan diri sebagai pyro baru.. Hehe :p #abaikan

Naaah, dikarenakan banyaknya tugas yang akanmenumpuk sebagai mahasiswa baru, aku belum sempet bikin FF Yoonhae, oleh karena itu aku banyaaak banget berburu FF-FF Yoonhae, yg mungkin beberapa minggu ini sering kalian temukan di blog ini. Dan Kali ini  dhaniar13 mau ngucapin Terima Kasih Banyak buat Raena Unnie yg sudah bersedia berbagi FFnya disini 😀 Oke langsung aja ya, enjoy All ! 😀

***************************************************

yoonhae

Genre : Two-shots, Romantic Comedy, Romance

Rating : PG-17

Word Counts : 4,703

Note : Hallo semuanya!!! Here I am!! kkk Maaf karena sudah membuat kalian menunggu terlalu lama, tapi sungguh aku tak bermaksud demikian. LOL. Karena ada sedikit kesalahan translate pada interview dan aku juga merupakan seorang yang sangat pelupa, hhee. Makanya aku bingung sendiri, Aku pun harus menyusun ulang jalan cerita, sampai akhirnya tanggal tersebut tiba barulah aku yakin kalau memang itu yang benar. Aish, apa sich?? Tidak ada yang peduli and I doubt if there’s someone wait for my fanfic. hhhaa.

Okay, okay. Sebelumnya aku sendiri agak bingung mengatur jalan ceritanya. Terlebih tahu sendiri, aku tidak pernah sedikit pun bermaksud untuk menyakiti kalian dengan menjadikan bias kalian sebagai pemeran antagonis. Itu sebabnya aku lebih mengarahkan cerita pada YoonHae itu sendiri. ^^ Kisah ini sendiri hanyalah fiction di dalam fiction yang memang sedikit kutambah dan kukaitkan dengan YoonHae facts and Moments. So, don’t take it seriously, okay!!!

Happy Reading All!!

Y for 영원히 (Forever)

Part 1

Yoona x Donghae

Earphone berwarna putih terpasang di telinga, pendengarannya pun tertutup dari suara bising dunia luar yang tergantikan oleh suara musik bergenre R&B. Sudah lebih dari puluhan kali lagu itu diputar di playlist yang sama.

Langit biru nan cerah musim panas pun ditatapnya lekat-lekat melalui kaca jendela sementara pikirannya melayang jauh dari raganya. Mata dan bibirnya yang membisu coba tuk bicara namun tak bisa. Ia pun hanya bisa diam dalam keheningan ruang tengah dorm  sambil bersandar dengan posisi duduk menyamping dan tangannya tengah memeluk kedua lututnya.

“Kesalahan apa yang telah ku perbuat, aku tahu itu. Hanya saja ketakutanku akan hari itu tiba jauh lebih kuat dibandingkan cinta yang ingin kupertahankan ini. Bagaimana kalau saat itu datang lebih cepat dari apa yang sebelumnya telah kubayangkan. Saat dimana disana tak ada satupun orang lagi yang menyerukan namaku dan memanggilku ‘Oppa’ seperti apa yang telah mereka lakukan selama ini. Bagaimana kalau orang-orang lupa akan keberadaanku lalu menanggalkan kehadiranku dan menggantikanku. Apa mereka masih akan menengok ke arah kakiku melangkah saat mereka tahu kebenaran. Ketakutan akan menghilangnya diriku dari imajinasi mereka selalu saja menyelinap masuk di tidurku yang tak bisa nyenyak. Jiwa dan ragaku masih belum siap untuk hal itu, aku masih terlalu terlena akan apa yang telah kucapai di detik ini.” Ucap laki-laki itu disela waktu santainya.

“Yoong!!” Ia berbisik. “Seandainya saja jantungku tidak berdebar saat berada didekatmu, seandainya saja hariku-hariku bisa damai meskipun mataku tak menemukan keberadaanmu, seandainya saja telingaku mendengung setiap kali mendengar suaramu, seandainya saja lidahku penat saat harus selalu berucap kata-kata mesra padamu, seandainya saja bibirku tak bergetar saat mengecup lembut bibirmu, seandainya saja hidungku masih bisa menghirup oksigen untukku bernapas meskipun kau lenyap dan pergi meninggalkanku, seandainya saja bayangan dirimu tak muncul di ingatanku, seandainya saja pikiranku tak lagi tentang tawa dan senyummu, seandainya saja bukan kau pemilik panah cinta yang tertancap di hatiku. Seandainya saja tanganku dirantai agar tak menyentuh dirimu dan kakiku pun terkunci mati agar tak berlari saat hendak mencegahmu. Dan seandainya saja bukan kau mentari yang kunanti di pagi hari dan kurindu di malam hari. Mungkin aku bisa dengan mudah membiarkanmu tenggelam di balik langit jingga.” Tambahnya lagi sambil mengingat wajah kekasih yang sulit untuk dilupakannya. “Aku ingin tahu, apakah mereka juga pernah barang sekali saja memiliki rasa seperti ini. Aku ingin tahu, apa mereka mengerti akan bahasa tersulit yang orang dengan IQ tertinggi pun belum tentu paham maksudnya. Aku hanya ingin sekali saja mereka tahu, bahwa kaulah roh di dalam jiwa yang menghidupkan ragaku.” Donghae terdengar meracau, tapi kata-kata itu sungguh berasal dari hatinya yang paling dasar.

융 ♥ 훼

Kening dikernyitkan dan dahi sesekali dikerutkan, seperti ada sesuatu yang saat itu tengah mengusik tidur nyenyaknya di malam yang dingin. Guruh gemuruh angin berhembus masuk melalui celah-celah jendela, AC pun lupa untuk dimatikan membuat kamarnya seperti lemari es.

“Yoona!”

“Ne, abeonim!” Yoona menyahut panggilan hangat itu.

Mereka pun duduk di bangku panjang taman di sebuat tempat yang tak bertepi, warnanya putih bersih tak bebercak. Hanya ada dia juga pria paruh baya yang tampak di sebuah alam lain dunia mimpi.

“Yakinkanlah lagi perasaanmu, tanya pada hatimu. Apa memang ini yang kau inginkan? Kalau jawabannya bukan, bangunlah! Katakanlah padanya!” Lelaki itu sambil meremas lembut tangan Yoona.

Mata Yoona pun dengan ringan terbuka dari terpejamnya, seperti ada seseorang yang tengah berbisik di telinga. Ia lekas bangkit lalu ditengoknya ke sekitar, ditemukannya langit yang masih gelap gulita, jam dinding pun baru menunjukkan pukul 02.00 pagi. “Apa maksudnya semua ini?” Tanyanya dalam hati. Beberapa kali Ia mengerjapkan kelopak, bola matanya pun kembali berputar untuk memastikan keadaan kamarnya yang masih sunyi dan senyap dari bunyi-bunyian. Direbahkannya kembali tubuhnya yang lelah lalu kelopak mata pun ditutup. Perlahan Ia terlena di atas ranjang yang kasurnya sangat empuk, dibalut sprey yang lembut. Sambil membenamkan diri di dalam selimut dan memeluk guling, Ia pun kembali tertidur.

융 ♥ 훼

“Hyung!! Hari ini, aku akan pulang ke Mokpo.” Donghae memberitahukan lalu menarik kursi dan duduk disana.

“Kenapa mendadak sekali?” Tanya sang Manager yang saat itu tengah sibuk dengan laptop di atas meja, tepat di hadapannya.

“Tiba-tiba saja, aku sangat merindukan kampung halaman. Sudah lama aku tidak pulang ke Mokpo, aku benar-benar sangat ingin bertemu Eomma juga Donghwa Hyung. Sekalian aku ingin berjiarah ke makam Appa.” Ungkap Donghae dengan nada sendu.

“Apa kau akan menginap?” Sang Manager Hyung menghentikan sejenak kegiatannya, lalu menopang dagu dengan jari jempol dan telunjuknya.

“Aku masih belum tahu.” Jawab Donghae ragu, lalu bibir bawahnya pun tampak dimanyunkan.

“Baiklah. Berhati-hatilah!” Sang Manager mempersilahkan.

Sambil mengenakan Casual T-shirt warna hitam juga celana karet sepanjang lutut dan sneaker putih bermerk. Donghae lekas beranjak dari salah satu ruangan di Gedung SM Entertaiment itu, langkahnya tampak gontai dan beberapa orang seperti biasanya berpapasan sambil menyapanya. Ia pun membalas orang-orang itu dengan ramah.

Ia tampak begitu santai sambil menggendong tas ransel di punggungnya, berjalan dengan tegap menuju area parkir yang terletak di samping bangunan.

융 ♥ 훼

Rambut digelungnya ke atas, tusuk rambut warna biru pun ditancapkan untuk menguatkan gelungannya. T-shirt warna putih ditutupi rompi biru kotak-kotak dan rok lipit-lipt di sisi sepanjang lutut pun terbentang menutupi kakinya. Parfum disemprotkan untuk menambah aroma harum yang sudah tercium. Pipinya kembali dilapisi bedak yang sesuai dengan warna kulit wajahnya, tak lupa juga untuk menambahkan lagi maskara di bulu matanya. Beberapa kali bibirnya dilipat untuk meratakan warna lipstick yang melekat.

“Selesai!” Serunya senang.

“Yoona!!” Panggil Hyoyeon yang baru keluar dari kamar mandi, Ia heran menemukan salah satu membernya tampak rapi sekali. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk, Ia pun berjalan menuju lemari hias. “Emmm Wangi sekali!!” Serunya setelah selesai mengendus, “Kau mau pergi kemana pagi-pagi begini?”

“Hari ini tidak ada jadwal apapun ‘kan, eonni?” Yoona menjawab dengan pertanyaan lagi untuk lebih memastikan.

“Kalau SNSD tidak ada, bagaimana denganmu sendiri? Apa tidak  pergi shooting?” Hyoyeon yakin.

“Tidak ada.” Yoona sambil tersenyum lalu memalingkan kepalanya ke arah Hyoyeon yang sejak tadi tak ditengoknya karena terlalu sibuk mendandani dirinya sendiri di depan cermin.

“Jadi, kau mau pergi kemana?” Tanya Hyoyeon lagi dan sekarang tengah mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

“Rumah!! Aku ingin pulang ke rumah. Kebetulan sekarang sedang libur, jadi tidak ada salahnya kalau aku mengunjungi Appa juga Eonni.” Jawab Yoona segera.

“Kalau begitu, berhati-hatilah!” Akhir Hyoyeon.

“Pasti!!” Sahut Yoona lagi sambil menggantungkan tas selempang di bahunya. “Sampai jumpa lagi, Eonni.” Pamitnya lalu keluar dari kamar.

Sekejap Ia sudah berada di dalam lift yang mengantarkannya turun ke bawah, ke lantai dasar lobi apartment. Beberapa kali kakinya dihentakkan ke lantai, jari telunjuknya pun sibuk menyentuh layar i-phone lalu matanya mulai melirik satu persatu article yang tengah hangat dibicarakan. Sesekali Ia juga menggosokkan jari telunjuk kirinya ke bagian mata yang gatal.

융 ♥ 훼

Pusat perbelanjaan Dongdaemun, baru sejam sejak toko-tokonya mulai dibuka kembali tapi para pengunjung sudah mulai berjejal. Tidak hanya masyarakat seoul yang memadati tempat itu, tapi juga turis-turis asing dari segala penjuru dunia yang tengah memanfaatkan waktu libur mereka.

Berjalan Donghae seorang diri sambil menutupi kepalanya dengan hoodie abu-abu dan matanya dengan kaca mata hitam. Beberapa buah toko pun dilewatinya, para pekerjanya sempat melirikkan mata ke arahnya namun tak seorang pun mengenali sosok laki-laki yang tubuhnya tak terlalu tinggi itu.

“Ah, apa yang harus aku beli? Aku benar-benar bingung.” Pikirnya. Ia pun berhenti di salah satu toko penjual pakaian. Ia lekas masuk ke toko itu lalu melihat barang-barang yang tengah ditawarkan. Perhatiannya pun tertuju pada sebuah cardigan coklat yang dipajang. “Ah, yang ini saja untuk eomma.” Pilihnya mantap.

Sementara itu di sisi lain dari Dongdaemun, terlihat Yoona yang juga berjalan kaki diantara pengunjung lain. Kepalanya pun didongakkan ke atas melihat papan-papan nama toko, mengingat kembali toko sepatu yang pernah didatanginya.

Raut wajahnya yang tadi kusut dan begitu lelah pun sirna tergantikan oleh senyum kelegaan. Langkah kakinya tak tertahankan lagi karena sudah dikendalikan oleh akal dan keinginan yang mengebu-gebu. Ia bergegas mendekati toko yang tadi dicarinya. “Sandal Bulu yang mana? Eonni bilang harus warna kuning.” Ia sambil memegangi lehernya lalu mulai melihat-lihat. “Ah yang ini saja.” Ucapnya segera setelah melihat sandal bulu dihiasi kepala boneka kelinci putih. “Berapa ini?” Tanyanya pada sang penjual.

“12500 Won” Jawab wanita itu segera.

“Ah, apa tidak bisa lebih murah?” Yoona lekas menawar. “8000 Won saja.”

“Tidak bisa agasshi, itu sudah harga pas.”

“Bagaimana kalau 10000 Won?” Yoona pun memelaskan wajahnya.

Tepat di saat gadis itu tengah melakukan tawar menawar, Donghae keluar dari toko yang tadi Ia hampiri untuk membeli oleh-oleh. Laki-laki itu pun hanya mendapati punggung Yoona dari balik kaca depan toko. Ia tak menggubris suara gadis yang menurutnya memang terdengar seperti mantan kekasihnya. Senyum perih pun mengembang di bibirnya, napas ditariknya dalam-dalam. “Aku tidak mengerti apa yang salah dengan telingaku, meskipun berada di tengah keramaian seperti ini kenapa hanya suaramu yang bisa terdengar jelas.” Batinnya miris. Kaki pun terus dilangkahkannya maju menuju salah satu toko bunga.

Hidungnya mengendus mencium macam-macam aroma bunga yang terkadang sangat menyengat. Namun matanya tampak segar melihat warna-warni dari bunga-bunga itu. “Bisa berikan aku bunga lily itu!” Pinta Donghae seraya menunjukkan jari telunjuknya pada bunga lyli berwarna ungu.

“Yang ini?” Sang lelaki penjual bunga pun lekas mengambilkan bunga lily yang telah terikat dan dirangkai dengan begitu cantik.

“Oh! Benar.” Donghae pun mengangguk. “Berapa?” lekas Ia bertanya.

“15000 Won.”

“Baiklah. Tunggu sebentar!” Donghae mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. Perhatiannya pun sempat dialihkan pada setangkai bunga matahari kecil yang masih tumbuh subur dalam sebuah pot hitam.

Di saat yang sama pula Yoona melangkahkan kakinya sambil menenteng belanjaan, tak jauh dari punggung Donghae berada. Ia juga menyempatkan diri sejenak untuk memandangi bunga matahari yang masih memerlukan waktu untuk tumbuh lebih tinggi. Setangkai bunga matahari yang saat itu juga tengah diamati oleh Donghae.

“Kau adalah matahariku. Matahari yang menerangi duniaku, satu-satunya matahari yang kulihat saat aku menjadi bunga matahari.” Sekilas Yoona pun teringat pada apa yang Donghae pernah katakan padanya. “Argh!!!” Ia meronta. “Yoong, sadarlah!! Semuanya hanya kenangan manis yang tak mungkin terulang kembali.” Ia mengingatkan dirinya sendiri lalu kepala pun digelengkannya untuk mengelak. Ia pun terhenyak, lalu napas ditariknya dalam-dalam untuk menambah energi di tubuhnya. “Im Yoona, bersemangatlah!!!” Teriaknya lantang sambil mengepalkan tangan lalu kakinya yang tertahan pun kembali berjalan.

Sementara Donghae masih menunggu kembalian dari uang yang telah dibayarkannya untuk membeli bunga lily. Ia pun lekas tersenyum dengan ramahnya ke arah penjual yang tengah melayani.

융 ♥ 훼

Seraya merenggangkan otot-otot lehernya yang kaku, Donghae pun melangkahkan kakinya ringan memasuki dorm. Tak tampak satu pun member yang berkeliaran di koridor, Ia pun terus berjalan maju menuju ruang tengah sambil melepaskan hoodie yang sedikit menyesakkan tubuhnya.

“Oh, Donghae!! Darimana saja kau?” Tukas Heechul segera yang menyambut kedatangannya. Laki-laki itu pun dengan sebotol air mineral lekas duduk di sopa panjang lalu menyalakan televisi menggunakan remote control.

“Aku baru saja dari Dongdaemun, hyung.” Jawab Donghae sambil menenteng belanjaan

“Apa saja yang kau beli?” Heechul terus saja menghujani Donghae dengan pertanyaan-pertanyaan tidak penting. “Kenapa pergi tidak mengajak-ajakku?” Gerutunya.

“Maafkan aku! Tadi aku buru-buru.” Jelasnya sambil merautkan wajah memelas. Ia pun lekas masuk kamar, “Masih ada waktu dua jam lagi, aku ingin mandi dulu.” Ucapnya dalam hati.

“Ya, kau mau kemana lagi?” Bentak Heechul yang merasa kesepian karena sendirian di dorm.

Namun pertanyaan itu tak digubris oleh Donghae yang sudah lebih dulu melenyapkan dirinya di balik pintu kamar.

“Aish, benar-benar sangat keterlaluan.” Geram Heechul, perhatiannya kembali beralih pada layar datar televisi. Kakinya lekas diluruskan, Ia pun berbaring dengan gaya menyamping sambil menopang kepalanya dengan tangan.

Di dalam kamarnya, Donghae tengah bersiap-siap untuk pulang ke kampung halaman yang sudah beberapa bulan ini tak dikunjunginya. Sejak sibuk promo album SJ M ditambah rekaman untuk album terbaru, Ia pun tak sempat lagi meluangkan waktu untuk menjenguk sang Ibu juga Kakak yang sangat dirindukannya.

융 ♥ 훼

Terdengar suara bel yang menempel di pagar depan tengah berbunyi dengan nyaring, sedang memberitahukan pada pemilik rumah akan kedatangan seseorang. Gadis itu pun terus saja memasang wajah berserinya yang tampak semakin ceria. Matanya bulat dengan pipi terangkat disertai senyum lebar yang memperlihat giginya pun siap ditunjukkannya.

Tampak sang Ayah yang lekas menuruni tangga, lalu membukakan pintu untuk menyambutnya. Lelaki paruh baya itu terlihat begitu gembira, terlihat jelas di raut wajah juga senyumnya yang sumringah.

“Yoona!! Masuklah!!” Sang Ayah mempersilahkan.

“Appa!!” Sahut Yoona dengan nada manja, lalu melangkahkan kakinya yang panjang masuk ke halaman depan sambil menenteng barang bawaan.

“Sini, Biar Appa saja!!” Tuan Lim lekas merampas barang bawaan dari pelukan Yoona.

“Appa, terimakasih.” Sambut Yoona lalu mengekor sang ayah dari belakang menaiki tangga menuju ruang depan rumah mereka.

“Dimana eonni?” Tanya Yoona segera.

“Dia masih belum pulang dari gereja, mungkin sebentar lagi.”

Raut wajah Yoona pun berubah cemberut seketika setelah mengetahui hal itu.

Sekejap Ia berada di kamar yang sudah lama tak ditempatinya, Ia pun berputar-putar perlahan untuk memastikan tak ada yang berubah. Pintu dibiarkannya terbuka, membiarkan siapapun yang lewat bisa melihat jelas apa yang dilakukannya di sana. Ditariknya lagi napas dalam-dalam lalu tubuhnya pun dihempaskan ke atas ranjang.

“Wah!! Rasanya sudah beratus-ratus tahun aku tidak tidur di ranjang ini.” Ucapnya seraya merentangkan lebar-lebar tangannya. Tiba-tiba Ia bangkit lagi, seperti baru teringat akan sesuatu. Ia pun segera beranjak menuju lemari penyimpanan dimana ada kotak cincin di dalamnya.

Segera di raihnya kotak cincin itu, disana masih tersimpan dengan apik cincin couple yang pernah Donghae berikan saat untuknya. “Ah, syukurlah. Kau masih disini!” Ia yang tengah berjongkok pun segera bernapas lega. Cincin yang terukir tulisan fishwae di belakangnya itu pun lekas disematkan ke jari manisnya. “Meskipun sekarang sudah tidak bersama lagi, aku masih boleh memakai cincin ini ‘kan, Oppa?” Tanyanya. “Tentu saja, kau boleh Yoong.” Gadis itu menirukan logat bicara Donghae yang begitu khas. Ia pun tertawa sendiri pada tingkah lakunya yang konyol. Napas berat dihelanya, “Aku tidak tahu sudah berapa kali dalam hari ini aku terus saja mengingatmu, Hwae Oppa.  Aku benar-benar tidak sanggup lagi untuk menahan kalimat yang ingin sekali keluar dari tenggorokanku, ‘Aku Merindukanmu. Sangat sangat merindukanmu.’” Gumamnya.

Tiba-tiba seseorang menyadarkannya dari lamunan itu, terdengar suara pintu yang tengah diketuk. Yoona pun lekas menengok ke belakang, ditemukannya seorang perempuan yang mengenakan celemek.

“Sudah saatnya makan siang, Yoona agasshi.” Pelayan itu memberitahukan.

“Oh, baiklah! Aku akan segera turun.” Jawab Yoona lalu berdiri. Langsung ditutupnya daun pintu lemari, lalu beranjak dari kamar.

Beberapa anak tangga lekas dituruninya agar cepat sampai di ruang makan, didapatinya sang Ayah yang hanya duduk seorang diri disana. Lalu kakak perempuannya yang baru datang segera menyusul dengan duduk di salah satu kursi. Yoona pun tanpa basa-basi duduk di samping kakak perempuannya itu.

“Sepertinya sudah lama sekali kita tidak makan siang bersama, bukan begitu?”

Kedua anak perempuannya itu pun lekas mengangguk.

“Oh, ya Yoona. Bagaimana hubunganmu dengan Donghae? Kenapa tidak sekalian saja mengajaknya untuk pergi berkunjung kesini?” Sambil menunggu hidangan tersaji, sang kakak pun membuka obrolan ringannya.

Yoona pun tersedak, air yang baru diminumnya hampir saja menyembur keluar dari mulutnya. Gelas yang tadi dipegangnya pun lekas diletakkannya kembali ke atas meja. “Oh itu.” Ia gelagapan. “Hwae Oppa tengah sibuk mempersiapkan album baru Super Junior. Aku, sebagai kekasih yang baik tidak mau menganggunya dulu sementara waktu.” Jelasnya terbata-bata.

“Tapi, hubungan kalian baik-baik saja ‘bukan?” Tuan Im coba memastikan.

“Tentu. Hubungan kami baik-baik saja. Bahkan sangat baik.” Yoona memaksakan senyum merekah di wajahnya. “Ayo, kita makan!” Ia pun mulai risih lalu lekas mengalihkan pembicaraan setibanya menu utama tersaji di atas meja.

“Aku akan makan dengan lahap!!” Ucap Yoona dan kakaknya serentak, Tuan Im pun tersenyum bahagia melihat keduanya sangat kompak.

융 ♥ 훼

 “Aku pergi dulu!!” Pamit Donghae yang sudah sangat rapi dengan t-shirt hitam yang ditutupi jas warna krem dan kepalanya dihiasi topi hitam.

“Ya, Donghae!! Kau mau pergi kemana lagi?” Tanya Heechul yang sejak tadi terus saja diacuhkan olehnya. Ia lekas mencegat laki-laki itu menggunakan tangannya untuk menghalangi.

“Maafkan aku, Hyung. Aku buru-buru.” Sahut Donghae lagi.

“Memangnya kau mau pergi kemana?” Tanya Heechul lagi tanpa melepaskan penglihatan kedua matanya yang sudah terpaku pada Donghae.

“Pulang! Aku ingin pulang ke Mokpo. Sekalian aku ingin berjiarah ke makam Appa, memohon doa darinya untuk kelancaran Album ke 5 nanti.” Jelas Donghae untuk memuaskan hati Heechul.

“Ah, kenapa kau tidak bilang dari tadi.” Heechul lekas memasang wajah malaikatnya sambil menepuk pelan pundak Donghae. “Kalau begitu sampaikan salamku pada Ahjumma juga Hyung-mu.” Ucapnya sambil tertawa renyah.

“Ne!! Aku pergi dulu!” Donghae pun bergegas. Seraya bermain-main dengan kunci mobilnya yang diberi gantungan, Ia pun lekas masuk lift.

Tak perlu waktu lama Ia sudah berada di lantai dasar lobi, kakinya pun dengan cepat melangkah menuju area parkir. Matanya lekas menyorot mobil pribadinya berwarna putih. Sekejap mobil yang dikemudikannya itu pun melaju melintasi jalan raya, berbaur dengan mobil juga angkutan umum lainnya.

융 ♥ 훼

Duduk keluarga kecil itu di teras belakang menghadap pekarangan dimana di sana juga ada sebuah kolam ikan dan disampingnya terdapat kandang dimana seekor anjing putih berbulu tebal tengah bermalas-malasan di dalamnya.

Di tiap sudut halaman pun terdapat pepohonan besar yang membuat tempat itu semakin rindang, ditambah dengan tanaman-taman hias yang mengelilingi tiap sisinya dengan berbagai macam bentuk dan warna.

Tampak beberapa cangkir teh yang baru diseduh tengah tersaji di atas meja, Yoona pun lekas mengambil salah satu lalu meminumnya. Napas berat terus saja di helanya, “Appa!!” Panggilnya ragu pada sang Ayah.

“Ada apa?” Tuan Im lekas menengok ke arah anaknya itu.

“Apa Appa tahu apa arti mimpi jika kita bermimpi seseorang yang sudah meninggal?”

“Mungkin orang itu ingin agar kau mendoakannya. Seperti apa jelasnya mimpimu itu?” Tuan Im mulai penasaran.

“Orang itu meminta agar aku lebih meyakinkan hatiku.”

“Sebenarnya kau bermimpi tentang siapa?”

“Abeoji-nya Donghae Oppa. Sebenarnya sebentar lagi hari peringatan kematian beliau.”

“Kapan?”

“8 Agustus nanti.”

“Kalau begitu kenapa kau dan Donghae tidak pergi saja berjiarah ke makam beliau.”

Yoona pun terhenyak, “Begitukah?”

“Tentu saja. Tuan Lee pasti sangat ingin bertemu dengan kau dan Donghae, itu sebabnya dia datang ke mimpimu.” Tuan Im pun dengan bijaksana diiringi tawa kecil coba menjelaskan.

Yoona kembali memaksakan raut wajahnya agar terlihat baik-baik saja, “Kurasa juga begitu.” Akhir Ia dengan membuat senyum simpul sebagai penutup.

융 ♥ 훼

Donghae pun bergegas berlari keluar dari mobilnya yang telah terparkir rapi di stasiun kereta api, Yongsan. Ia menitipkan mobilnya beberapa hari disana agar saat pulang ke Seoul tak perlu merepotkan orang lain untuk menjemputnya.

Dikeluarkannya segera koper juga bunga lily yang masih segar dan juga setangkai bunga matahari hidup di dalam sebuah pot. Ia berlari mengejar waktu agar tidak ketinggalan. Dengan menaiki The KTX atau kereta api kilat, Ia bersama dengan penumpang lain yang sudah duduk manis pun melaju cepat menuju mokpo. Ia pun memanfaatkan waktu perjalanan selama 3 jam 30 menitnya dengan bersandar lalu tertidur di balik topi yang menutupi wajahnya.

Sementara itu masih di teras belakang rumahnya, Yoona tertinggal seorang diri dengan kekalutan. “Apa mungkin sebaiknya aku pergi ke Mokpo?” Yoona dalam duduknya sambil menopang dagu di atas meja. “Kalau berangkat tepat tanggal 8, aku pasti akan bertemu dengan Donghae Oppa. Aish . . . tapi tanggal 8 nanti aku juga harus segera berangkat ke LA.” Gadis itu pun menghela napasnya lagi. “Ah, mungkin sebaiknya aku pergi ke Mokpo.” Ucapnya mantap sambil menghentakkan tangannya ke meja. “Lagipula sekarang baru jam 2, masih ada waktu sebelum matahari terbenam.” Gadis itu pun sangat bersemangat.

Segera Ia berlari menuju kamar untuk mengambil tas slempang, cincin yang disematkan pun masih melingkar di jari manisnya. Dituruninya tangga lagi dengan cepat hingga menabrak sang kakak.

“Yoong, kau mau kemana?”

“Mokpo.” Jawab Yoona singkat.

“Bukankah baru sebentar kau pulang, kenapa harus pergi lagi?” Teriak sang kakak pada Yoona yang begitu buru-buru.

Jawaban pun tak didapatkan, gadis itu sudah beranjak dari halaman rumah dengan membiarkan pintu pagar terbuka.

융 ♥ 훼

Laki-laki itu pun mengeliatkan tubuhnya, lalu merenggangkan otot-otot lehernya dengan beberapa kali lenggakan. Penglihatannya masih buram, suara pemberitahuan akan kereta yang sudah sampai di tempat tujuan pun tak didengarnya jelas. Tampak wajahnya yang kumal setelah bangun dari tidur yang tak nyaman karena tak leluasa.

Barang bawaan juga koper pun lekas diangkutnya keluar dari kereta. Baru sebelah kakinya diinjakkan di stasiun itu tapi aroma udara mokpo yang segar sudah mulai tercium.

Sekejap Ia sudah berada di dalam taksi yang mengantarkannya menuju rumah, rumah sederhana yang berada diantara bukit dan pegunungan juga pantai serta laut yang terhampar luas sejauh mata memandang.

Dipandanginya langit sore yang masih belum berubah warna, beberapa ekor burung bersama kekawanannya pun berterbangan diantara awan putih. Gemuruh angin pun terus berdesir menambah kedamaian di hatinya.

Di saat yang sama pula, Yoona tengah dalam perjalanannya menuju mokpo. Ia duduk disamping seorang wanita yang sedang memangku anaknya. Ia pun lekas memalingkan wajahnya ke arah jendela disampingnya, tampak orang-orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Beberapa helai rambutnya yang tertiup angin pun lekas diselipkannya ke belakang telinga.

“Eonni!! Apa kau mau?” Gadis kecil itu menawari Yoona, biscuit ikan.

“Oh, terima kasih.” Yoona pun tanpa ragu menerimanya.

Sang Ibu dari gadis itu pun lekas tersenyum melihat keramahannya, “Agasshi, sepertinya aku pernah melihatmu.” Wanita itu coba mengingat. “Bukankah kau Jang Saebyuk? Emm Im Yoona. Benar kan?” Terka wanita itu bersemangat karena melihat seorang idola tengah berkeliaran bebas tanpa siapapun di dekatnya.

Yoona hanya mengangguk dengan ragu untuk membenarkan seraya melengkungkan bibirnya tersenyum simpul.

“Wah, benar-benar tidak disangka bisa bertemu di kereta api.” Wanita itu buru-buru mengintrogasi. “Kenapa kau pergi ke Mokpo? Apa disana ada shooting?” Tanyanya seperti seorang wartawan.

“Kebetulan mobil Van yang kami kendarai tengah mengalami sedikit kerusakan, jadi demi mengejar waktu. Aku juga beberapa kru yang lain memutuskan untuk naik kereta api.” Yoona pun berkilah dengan mengarang cerita.

“Wah, benarkah?” Wanita itu segera menengok ke belakang untuk memeriksa dan percaya saja pada apa yang Yoona katakan. “Kalau sempat mampirlah ke rumahku di Mokpo, aku akan membuatkan sangat banyak makanan untukmu. Kebetulan suamiku sangat menyukai aktingmu, kau tahu itu?”

Yoona terus berusaha ramah, “Pasti, pasti.” Sahutnya lagi seraya menganggukkan kepalanya.

Sepanjang perjalanannya, Yoona pun terus mendengarkan wanita itu bercerita tentang kehidupannya. Sungguh sebuah cerita yang terkadang membosankan dan menjemukkan tapi juga terdengar lucu dengan adanya guyonan, sesekali Yoona pun tertawa dibuatnya.

융 ♥ 훼

“Eomeoni, Hyung!!!” Teriak Donghae memanggil anggota keluarganya itu. Pagar yang tak terkunci pun lekas dibukanya, Ia bergegas memasukkan lalu meletakkan koper juga barang bawaannya yang lain ke halaman depan.

“Donghae, anakku! Kapan kau datang? Kenapa tidak menelpon lebih dulu?” Nyonya Lee pun menyambut gembira. “Apa kau datang bersama Yoona?” Tukasnya segera.

“Aku ingin memberi kejutan pada eomma. Donghae lekas tersenyum menyeringai, lalu raut wajahnya pun berubah seketika. “Mengenai Yoona, dia masih berada di Jepang.” Jawab Donghae asal.

“Donghae!!” Donghwa pun juga bergegas keluar untuk menemuinya. Ia lekas mendekap sang adik lalu menepuk beberapa kali punggung adik lelakinya itu dengan rasa kasih sayang.

“Hyung!!!” Balas Donghae juga tak mau kalah.

“Wah, sepertinya kau semakin tampan saja sejak menjadi idola.”

Donghae pun tersipu malu mendengar pujian itu, digosoknya leher dan ditundukkannya wajah untuk menutupi rona merah di pipinya.

“Ayo masuklah!!” Donghwa lekas mengangkatkan beberapa barang bawaan Donghae, sementara Donghae membawa kopernya sendiri masuk. Nyonya Lee pun hanya mengekor di belakang sambil terus merautkan wajah bahagia melihat kepulangan anaknya ke kampung halaman.

융 ♥ 훼

Setibanya di Mokpo, Yoona tak mau berbasa-basi lagi. Hanya berbekal tas slempang yang berisi uang juga i-phone, Ia pun memantapkan kakinya untuk melangkahkan kaki di pelabuhan dan mencari kapal pengangkut penumpang.

Tercium bau-bau ikan segar yang berhasil ditangkap oleh para nelayan yang baru pulang dari berlayar. Ia pun coba menghindar dari orang-orang itu sambil terus menundukkan wajahnya. Tak lupa Ia mampir sebentar di toko bunga dan membeli bunga lily warna ungu sama persis seperti yang dibeli Donghae saat di Seoul.

Sekejap Ia pun sudah berada di kapal yang membawanya menuju pulau seberang dimana orang-orang yang telah meninggal di makamkan disana. Angin yang berhembus kencang pun mengibarkan tiap helai rambut dan menerbangkan rok yang tengah dikenakan, membuatnya bergegas coba menahan derasnya gemuruh.

Kembali ia teringat pada kenangan yang belum lama berlalu, Ia dan Donghae juga di kapal itu sambil berpegangan tangan dengan erat sambil memandangi laut biru yang bersih dan jernih. “Aku masih tidak tahu, apa makna dari mimpi itu. Apa sebenarnya yang  ingin Abeoji-nya Donghae Oppa katakan padaku?” Tanya Yoona di benaknya.

Tak butuh waktu lama, Ia sudah mulai menaiki bukit bersama seikat bunga lily di pelukannya menuju makam di mana Ayahnya Donghae diistirahatkan. Tampak langit sore mulai berubah jingga, beberapa ekor burung yang mulai lelah pun kembali ke sarang mereka. Rerumputan yang meninggi dan terus bergoyangan pun dilewatinya melalui jalan setapak.

Langkahnya pun lekas terhenti di salah satu makam yang daunnya mengering karena musim panas. Diletakkannya segera bunga lily itu, lalu punggung dibungkukkannya sebagai penghormatan.

“Abeonim!!” Panggil Yoona yang masih menganggap ayah dari sang mantan itu sebagai ayahnya sendiri. Ia pun tertawa, terlupa bahwa rasanya sudah tak pantas lagi memanggil lelaki yang telah terkubur itu dengan sebutan ‘Ayah.’ “Kelak meskipun sudah tidak lagi menjadi calon menantumu, aku masih boleh memanggilmu Abeonim ‘Kan?” Ia memastikan. “Jawabannya pasti iya, karena aku tahu Abeonim adalah orang yang sangat baik.” Sambungnya.

“Seperti janjiku tahun lalu, aku akan selalu datang ke tempat ini. Kau lihat sekarang aku sudah disini lagi, bukan?” Ia masih bisa tertawa untuk menghibur dirinya. “Tapi mungkin sejak hari ini aku tidak bisa datang bersama Hwae Oppa lagi.” Tambahnya. “Aku pikir tanpa kami beritahukan pun Abeonim sudah tahu pada apa yang sedang terjadi.” Ucapnya terbata-bata.  “Aku sudah tanya pada hatiku dan jawabanya adalah tidak, sungguh aku masih belum siap dengan perpisahan ini.” Gumamnya dengan mata berkaca-kaca. Air mata yang tertahan di pelupuk pun tak terbendung lagi, lalu menetes dengan lembut di pipinya. Raut wajahnya pun berubah ritmis, dengan alis melengkung dan mulutnya sedikit terbuka tengah menolak bibir. “Aku benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk kembali, tidak tahu aku dimana harus memulai dan kemana harus ku berjalan. Seperti tertesat sendirian di dalam labirin, Aku tak punya daya untuk menemukan pintu keluar untuk menuju hatinya kembali.” Ungkap gadis itu tersedu-sedu. “Aku mohon padamu, tolong sampaikan padanya bahwa hal tersulit yang kulakukan saat ini adalah melupakanya dengan menghapus semua kenangan yang telah kami lalui berdua.”

Gadis itu pun tampak rapuh lalu roboh, lututnya pun terhempas ke tanah yang tertutupi debu. Ia pun coba membungkam mulut untuk meredam isak dari tangisannya yang semakin nyaring.

융 ♥ 훼

Dengan setelan jasnya yang serba hitam, memanfaatkan waktu malam yang belum datang menjelang. Donghae bergegas menaiki bukit seorang diri tanpa sanak keluarga menemani. Ia begitu bersemangat menapaki jalan berliku itu agar segera tiba di makam sang Ayah tercinta.

Di saat yang sama terlihat Yoona yang baru pulang dari jiarahnya, wajahnya sembab habis menangis dan bekas air mata yang mengering pun tampak jelas di pipinya. Sneaker yang dikenakan mempermudahnya menuruni bukit. Pandangannya pun lekas diluruskan, tampak dari kejauhan seorang laki-laki yang tengah berjalan mulai mendekat. Matanya pun lekas dibelalakkan mengetahui laki-laki itu adalah Donghae.

“Hwae Oppa!!” Serunya terkejut. “Bagaimana mungkin?” Ia tak percaya. Kepanikan pun membuatnya gelagapan, Ia lekas mencari tempat persembunyian. Jari telunjuk pun digigit untuk menghilangkan rasa gugupnya, “Ah, dimana aku harus bersembunyi?” Pikirnya cepat. Segera Ia berlari ke belakang semak-semak agar tak ketahuan lalu berjongkok disana agar terlindung.

Gadis itu pun perlahan menjulurkan leher dan kepalanya untuk memastikan Donghae sudah menjauh. Ia pun berhasil menghindar dari laki-laki yang sebenarnya sangat ingin disapanya itu. “Aish . . . bagaimana mungkin Hwae Oppa juga berjiarah ke makam di hari yang sama denganku?” Pikirnya lagi. “Sekarang bukan tanggal 8, ‘kan?” Ucapnya yakin.

Ia pun lekas keluar dari persembunyian sesaat setelah mengetahui hanya punggung Donghae yang tertinggal. Sontak Ia berdiri dan tanpa sengaja sikunya merusak sarang penyengat. Seekor penyengat yang tengah berisitirahat pun marah dan lekas menginggit Yoona yang lengah. “Argh!!!!!!!!!!!” Teriaknya melengking. “Sakit!!!” Ia merintih.

Donghae yang baru sampai di depan makam sang ayah pun lekas berbalik, dahinya pun dikerutkan karena kaget. Tapi raut wajah itu berubah lebih terkejut saat menemukan karangan bunga lily yang tergelatak begitu saja di atas makam.

“Bunga Lily? Siapa yang meletakkan ini disini?” Alisnya terangkat sehingga melengkung menunjukkan keheranannya dan bibirnya digigit untuk sejenak berpikir. Ia pun terdiam sejenak lalu berbalik untuk mencari tahu. Terdengar lagi suara perempuan yang berteriak kesakitan karena terus saja diganggu oleh komplotan serangga-serangga lainnya.

“Pergi!! Pergi!!!” Yoona coba berontak sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Ia pun lekas menjauh dari semak-semak untuk mencari tempat yang aman.

Donghae yang berlari karena penasaran lekas terhenti saat mendapati pemilik dari teriakan melengking itu adalah mantan kekasihnya. “Yoong!!!” Panggilnya segera. “Apa yang kau lakukan disini?” Kelopak matanya pun terbuka lebar.

Mereka pun berdiri tak jauh dari tempat masing-masing dan saling berhadapan dengan saling menatap satu sama lain. Yoona yang ketahuan pun tak bisa lagi mengelak, raut wajahnya memelas dan begitu ketakutan. “Hwae Oppa!! Tolong aku!!” Mohonnya dan masih sibuk dengan para serangga yang berterbangan mengelilinginya itu.

To Be Continue

Credit : http://hanraena.wordpress.com/2011/08/09/two-shots-y-for-%EC%98%81%EC%9B%90%ED%9E%88-forever-yoonhae/


14 thoughts on “[Two-Shots] Y for (Forever) Part 1

  1. pas baru aku buka kok g ada nama authornya eh pas aku baca ternyata ffnya riana unnie . .
    wah seneng deh klo ffnya riana unnie di post disini . .
    ayo semangat para pyro untuk setia nunggu yoonhae moment selanjutnya . .

    Like

  2. chukkahae oenni…. akhir’n ff Riana oenni d post d blog ini jg.. ^^

    aiyo sebarkan virus pyrotechnic k smua belahan dunia~kkkkkk

    lanjuuuuutttt part 2 scpt’n ya oennnnnniiiii…..

    Like

Leave a reply to haee Cancel reply