LOVE DISEASE [one shoot]


Judul FF : LOVE DISEASE [one shoot]

Cast : Lee Donghae, Im Yoona, Siwon, Seohyun, Kyu Hyun, SNSD, Super Junior, YoonHae, SeoKyu

Genre : Romance, Family, Friendship

Author : nixieMeilya

Pertama maaf bgt kalo ffnya geje… masih belajar…

Donghae POV

Pernahkah kalian berpikir cinta adalah penyakit? Penyakit kronis yang setiap hari menjalar ke setiap organ tubuhmu, lalu aliran darahmu lama-lama dilumpuhkannya hingga kau sama sekali tidak bisa bergerak tanpanya. Aku selama ini bergantung padanya, aku merasa aku tak lengkap tanpanya. Atau memang kami saling membutuhkan? Karena bagiku mencintainya adalah terbang, dan dicintainya adalah sayap. Maka aku tak akan mencintainya kalau dia tak mencintaiku. Seperti itu.

Mungkin aku begitu egois. Tapi kalau dicintai itu lebih indah, apa aku yang mencintainya juga tidak lebih indah?

Im Yoona. Dia adalah kekasihku. Mungkin terdengar berlebihan jika kau gambarkan bagaimana perasaanku padanya. Tapi benar aku sangat mencintainya. Untuk gadis lain jika ada seorang pria berkata seperti ini mungkin akan dikatakan gombal. Tapi baginya ungkapan cintaku adalah nafas baginya. Terima kasih Im Yoona.

“oppa… apa kau pernah berpikir kita akan menikah?” tanyanya begitu bersemangat saat kami berjalan melewati toko perhiasan.

“kenapa memangnya?” pasti khayalan dan mimpinya berkeluarga datang lagi.

“lihat… harusnya kau membeli cincin itu… dan melamarku…” Yoona menunjuk cincin yang terpajang di etalase toko perhiasan itu.

“sayangnya… tidak… untuk apa mengikatmu dengan cincin… aku hanya akan mengikatmu dengan kepercayaan saja… lagi pula ingat… kita masih harus menyelsaikan SMA kita… kuliah… bekerja…”

“selalu saja kau membuatku diam…!!!” Yoona mencubit pinggangku.

“sudahlah… ayo kita makan saja… melihat cincin itu tidak akan mengenyangkan perutmu…”

“baik oppa… baik…” Yoona menggandeng tanganku menjauhi toko itu.

***

Kami bersahabat sejak SMP sampai kami benar-benar menyadari kalau diantara kami ada cinta yang memang harus kami akui.

“Yoona… kau hati-hati dengan orang itu… dia sangat cabul… kau tahu… dia pernah mengintip hampir semua murid perempuan yang ada di sini…” terang Taeyeon teman kami menunjuk Kangin.

“benarkah???” saat itu Yoona yang murid baru membelalakan matanya tak percaya.

“jangan percaya dia Yoona… dia menyukai Kangin… hanya saja Kangin tak pernah menggubrisnya… jadi Taeng sekarang menyebarkan gossip…” belaku.

“apa maksudmu Donghae… itu karena Kangin dan dia sama saja Yoona… kau hati-hati juga dengan orang ini… hampir setahun sekelas dengannya aku pun tahu dia sangat jahil seperti Kangin…”

“wah… sepertinya kau memang patut dicurigai Donghae…” Yoona memicingkan matanya.

Hari itu sehabis pelajaran olah raga, aku dan Kangin sedang di ruang ganti untuk berganti seragam.

“Yoona anak baru di kelas itu berteman dekat dengan kau dan juga Taeyeon yah… biasanya ada murid baru pasti jadi bahan untuk kita kerjai… kenapa sekarang tidak…???”

“entahlah… aku lupa…” jawabku enteng.

“lupa??? Bisa-bisanya… aku ada ide…”

“apa???”

“bagaimana kalau kita adakan camping kelas… di sana baru kita kerjai dia???” usul macam apa itu.

Belum sempat aku menjawab terdengar suara benda jatuh diikuti teriakan seorang siswa, dan Ya Tuhan… celana yang aku gantung di pintu kamar ganti hilang. Padahal sekarang aku sudah memakai atasan seragam biasa hanya celanaku yang masih celana olah raga.

“hei…” teriaku begitu kubuka pintu, aku melihat seorang gadis berlari.

“gadis itu mengambil celanamu Donghae… gadis baru di kelas kita…” ujar Yesung, rupanya tadi dia yang menjerit.

“Yoona???” aku segera berlari keluar. Siswa-siswa yang berkeliara di koridor melihatku, aku mengejar Yoona yang berlari ke arah halaman sekolah. Tapi sampai di halaman aku tak menemukannya.

“kau mencari ini???”

Begitu aku menengadah, Yoona sudah tersenyum manis di atas pohon sambil menggoyang-goyangkan celana seragamku.

“kau…”

“kalau bisa ambil saja… ternyata kau teman yang jahat!!!”

“apa maksudmu…”

“kenapa berencana mengerjaiku???”

“bagaimana bisa kau masuk kamar ganti pria?” teriakku.

“Taeyeon bilang kalau kau sudah bersama Kangin pasti kau akan merencanakan hal jahat… benar saja ternyata…” Yoona mengerucutkan bibirnya.

“cepat turun… kembalikan celanaku…”

“aku tidak mau…!!!”

“baiklah… aku akan laporkan kau pada guru…”

“dan kau akan bunuh diri… karena rencana jahatmu!!!”

“aish… cepat turun!!!”

“kenapa??? Aish… aku lupa perenang sekolah kan Lee Donghae… kau tidak bisa memanjat kan??? Mana bisa mengejarku… dasar ikan… bisanya cuman berenang saja…”

“awas kau!!!” enak saja!

“kalau kau janji satu hal… aku akan turun!!!”

“apa???”

“batalkan rencana jahatmu itu!!!”

“itu bukan rencanaku!!! Itu rencana Kangin!!!” belaku.

“terserah itu rencana siapa… yang jelas jangan usil lagi!!!”

“baik aku janji… cepat turun!!!”

Blukkkk… tubuh Yoona menimpaku.

“awwww…” rasanya tulangku sakit semua.

“aduh… Donghae maafkan aku…” Yoona langsung meringis melihatku.

“kau ini!!!” aku segera mengambil celanaku dan kembali ke kamar ganti. Tapi sejak saat itu kami bersahabat, hingga kami menginjak kelas satu SMA di mana kami kembali satu sekolah.

“Yoona… apa saat aku tidak masuk sekolah… kau akan mencariku?”

“tentu saja… karena kelas kita kan berbeda… jadi setiap hari aku pasti mencarimu…”

“apa aku bodoh?”

“kenapa?”

“karena saat aku tidak melihatmu… aku begitu merindukanmu?”

“kau menyukaiku ya?” Yoona menggodaku.

“kalau iya kenapa?”

“akh… aku tidak mau…” dia memalingkan wajahnya.

“kenapa? Apa aku tidak masuk criteria pangeran impian yang selalu kau khayalkan dan ceritakan padaku itu?”

“…” Yoona menggeleng. “kau banyak sekali disukai wanita di sekolah ini… aku tidak mau kalau mereka tahu kita saling menyukai… aku takut akan di siksa oleh kumpulan gadis macam Jessica atau Yuri… mereka kan menyukaimu… bahkan saat kita bersama seperti ini pun mereka selalu mendelikku… walaupun tahu kita adalah sahabat dari kelas satu dulu…” Yoona berdecak.

“kau bilang saling menyukai? Apa itu artinya kau juga menyukaiku?” aku menatapnya.

“jangan melihatku seperti itu…” Yoona menutupkan tangannya ke mukaku.

“kenapa?” aku menggodanya sekarang.

“apa selama ini kau pernah lihat aku meladeni Leeteuk?” tanyanya.

“tidak… padahal dia sangat mengejarmu…”

“karena aku ingin kau bukan dia…” Yoona menunduk.

“dasar kau…” aku segera meraih tubuhnya ke pelukanku.

Setelah hari itu aku dan Yoona berpacaran.

***

            “Yoona…” kaget seseorang dengan suara yang aku kenal. Siwon. Dia adalah kakak angkat Yoona. Dia lalu duduk di samping Yoona.

“oppa… sedang apa kau di sini?” Yoona melirik kakaknya itu. Lalu kembali menyuap ice cream choco mint-nya.

“aku ingin ice cream… bukankah kalian bertemu setiap hari di sekolah… apa masih perlu jalan-jalan malam seperti ini?” tanyanya pada kami.

“seharusnya kau pacaran oppa… jadi kau tahu… bukannya hanya menggeluti buku-buku tebal saja… sebelum kau benar-benar lulus kuliah… bekerja dan melupakan mencari istri…” Yoona menceramahi Siwon. Sementara aku hanya tersenyum. Jujur saja aku cemburu. Karena saat ada Siwon seperti ini mereka akan bercanda dan kadang Yoona lupa kalau aku ada.

Author POV

“Yoong… apa setelah lulus kau akan melanjutkan ke luar negeri?” tanya Seohyun saat mereka membuka bekal masing-masing.

“aku tidak tahu… appa sepertinya berniat seperti itu… tapi aku tidak mau!!!” Yoona menggelengkan kepalanya.

“apa karena Donghae?”

“salah satunya…”

“lalu kalian akan meneruskan ke universitas yang sama juga?”

“aku belum yakin… kau tahu sendiri dia dan Kyuhyun walaupun pintar tapi sangat senang pada dunia seni… sementara aku ingin jadi perancang busana…”

“iya aku tahu itu… kenapa kita harus berpacaran dengan mereka ya… herannya juga kita semua saling bergantung satu sama lain…”

“aku tak pernah menyebut diriku bergantung padanya… tapi aku dan dia melengkapi satu sama lain…”

“apa aku juga begitu?” Seohyun menatap Yoona lekat.

“benar… kau juga… kau tahu Kyu sangat melupakan kesehatannya dan lebih mementingkan gamenya, dan kau akan siap mengingatkan dia… kau juga kadang sangat ceroboh dan Kyu ada untuk mengingatkanmu… jadi anggap itu melengkapi bukan ketergantungan… seperti itu akan membuatmu menyakitkan akhirnya…” terang Yoona.

“…” Seohyun mengangguk tanda mengerti.

Sementara itu tanpa mereka sadari Donghae sudah datang dan mendengar semua percakapan kedua gadis itu, dia tersenyum mendengarnya dan tak berniat mengganggu keduanya.

***

Donghae POV

Hari ini aku dan Yoona berniat pulang bersama, tapi baru saja aku memarkirkan sepedaku, Siwon datang menjemputnya. Lagi-lagi dia.

“oppa… aku hari ini kan tidak minta dijemput…” Yoona menampakan raut kesalnya.

“appa yang minta…”

“aish… kenapa tidak meneleponku… padahal kan…” Yoona melirikku.

“pulanglah… tidak apa-apa…” aku tersenyum meng-iya-kannya.

“tapi…”

“…” aku menggelengkan kepala tanda agar dia pulang dengan Siwon.

“Donghae… aku lupa… kalau bisa akhir minggu ini datanglah ke rumah untuk makan malam di rumah kami…”

“baik akan ku usahakan…”

“ada acara apa?” Yoona terlihat bingung.

“appa ingin kita makan malam bersama… dan kurasa Donghae harus datang…”

“benarkah?” Yoona sangat senang.

“iya… ayo cepat masuk…”

“oppa aku pulang ya…” Yoona melambaikan tangannya ke arahku.

Malam ini, akhir pekan teraneh yang kurasakan, tidak biasanya appa Yoona bersikap manis padaku. Biasanya kalau bertemu saat aku menjemput Yoona dia akan melihatku dan hanya menitip pesan agar aku mengantarkan Yoona pulang dengan selamat.

Kami memang banyak perbedaan. Aku terlalu miskin mungkin di mata keluarga Yoona, karena ayahku hanyalah seorang pengusaha restoran kecil-kecilan. Tapi walaupun begitu Yoona tak pernah mempermasalahkannya, begitu juga dengan keluarganya sampai saat ini tak pernah mempermasalahkan hal itu, mungkin karena Yoona sering meceritakan tentang bagaimana aku di sekolah, hingga mereka tak peduli aku miskin atau kaya.

“apa kau akan melanjutkan kuliahmu di Korea?” tanya appa Yoona.

“sepertinya begitu… aku berencana meneruskan ke fakultas seni… aku akan mengambil tari modern…”

“penari?” appa Yoona sedikit memicingkan matanya.

“tapi itu masih rencanaku… mungkin appaku akan punya pilihan lain untukku…”

“ohhh… begitu… aku kira kau akan benar-benar mengambil jurusan itu… bukankah kata Yoona kau sangat cerdas…?”

“appa… Hae oppa memang sangat cerdas… bahkan dia masuk tiga besar terus di sekolah… selain itu dia perenang sekolah kami… selain itu…”

“Yoong…” potongku melihat Yoona begitu bersemangat.

“tidak apa-apa oppa…” dia tersenyum ke arahku. “tapi appa jangan salah… dia juga sangat pintar di bidang seni… appa tahu… dia begitu hebat jika berdansa… bahkan saat aku ikut klub dance di sekolah dia pelatihku… Siwon oppa pernah memuji gerakanku saat ulang tahun sekolah kan? Itu Hae oppa yang mengajariku…”

“ya… appa mengerti… tapi sebaiknya kalau Donghae memikirkan lagi… aku harap kau pikir baik-baik tentang kuliahmu… kau bahkan salah satu yang medapatkan besiswa prestasi di sekolah kalian… jangan sia-siakan otakmu… ” appa Yoona melihat ke arahku, aku hanya bisa mengangguk.

Kulihat Yoona sedikit kecewa dengan perkataan appanya, padahal bukan hanya dia tapi juga aku.

Aku menganggap Siwon sudah seperti kakakku sendiri karena dia adalah kakak Yoona. Tapi tidak dengan hari ini. Saat malam aku menerima undangan makan malam appanya Yoona, tiba-tiba Siwon mengajakku bertemu. Dia menemuiku di restoran dekat kampusnya.

“apakah ada sesuatu yang penting hyung…???”

“benar… Donghae sejak acara makan malam itu… aku terus memberanikan diri untuk mengatakan ini padamu… dan sepertinya ini waktu yang tepat…” ada apa sebenarnya?

“kau tahu siapa appa kami… dia adalah pemilik rumah sakit terbesar di Korea… dia sudah tua… dan seperti harapan orang tua lainnya… dia ingin mewariskan rumah sakitnya itu pada anak cucunya kelak… dan kau tahu… siapa penerusnya… yang pasti dia adalah suami Yoona…” aku sedikit mengerti arah pembicaraan ini.

“dan saat appa bertanya padamu tentang rencana pendidikanmu dia sangat kecewa…”

“jadi?” tanyaku pada akhirnya.

“aku mohon berpisahlah dengan Yoona… appa kami tidak ingin kalian terlampau serius dengan pacaran kalian hingga menganggu masa depan Yoona… tadinya kami juga berharap kau bisa kuliah di kedokteran melihat bagaimana prestasimu di sekolah… bahkan kami tak pernah mempermasalahkan latar belakang keluargamu… hingga suatu hari kau bisa menikah dengan Yoona…” ini adalah jawaban yang sangat tidak aku harapkan. Aku sudah menebak kata-kata ini akan keluar dari mulutnya, tapi aku tidak berpikir ini akan serius dikatakannya.

“lalu kalian akan menikahkan Yoona dengan seorang dokter? Kau kah orang itu? Lanjutku sedikit sinis. Aku benar-benar menebak semua ini. Dan aku berharap semuanya salah.

“aku tidak tahu rencana appa selanjutnya… tapi kalau suatu saat itu harus terjadi… maafkan aku… aku juga mencintai Yoona bukan sebagai adikku…”

“keterlaluan… kau pikir kalau Yoona tahu yang kau katakana dia tidak akan sakit hati?” aku menggebrak meja. Aku tidak peduli dengan orang disekitarku.

“maafkan aku… tapi kurasa jika dia bertemu orang yang menurut appa tepat dan bukan aku… maka dia juga tidak akan bersamamu…”

“kau tahu kalian begitu egois…”

“apa kau pikir kalian berdua juga tidak egois… apa kau tidak berpikir bagaimana perasaan appa kami?”

“dia ayah Yoona bukan kau… bahkan kau bukan menganggapnya adik!!!”

“terserah apa yang kau pikirkan… hanya saja ini semua appa kami yang minta… pikirkan sebelum terlambat untuk meninggalkannya nanti… karena itu akan terasa lebih menyakitkan…” Siwon berlalu meninggalkanku.

“kau mau kuliah dimana kalau sudah lulus? Kenapa tidak pernah bercerita padaku?” aku bertanya pada Yoona yang tidak juga berhenti menari.

“kenapa tiba-tiba bertanya itu? Aku ingin kuliah jurusan fashion business tapi… aku tidak yakin appa mengizinkan… aku takut akan disuruhnya masuk kedokteran seperti Siwon oppa… aku tidak mau!!!” dia duduk di sampingku.

“apa kau tidak pernah berpikir untuk punya suami seorang dokter nona Im Yoona?” aku memegang pipinya. Sesuatu yang aku suka.

“…” dia menggeleng.

“kenapa?”

“aku tidak tahu… memangnya kau mau kuliah kedokteran oppa…??? Tidak kan?” tanyanya. Aku masih memegang pipinya dengan kedua tanganku.

“kalau kau harus menikah dengan seorang dokter bagaimana? Karena aku tidak mungkin jadi dokter…” aku memegang kedua bahunya sekarang.

“aku tidak butuh dokter… aku butuh Lee Donghae…” dia langsung memelukku.

“aku juga butuh Im Yoona… tapi… aku lebih butuh kau bahagia…”

“dan kalau aku hanya bahagia denganmu… aku tidak butuh apa-apa lagi…” dia mempererat pelukannya. Dan seperti ini, mana bisa aku melepaskannya. (My Everything- Donghae/ 98Degrees)

“ada apa…” tanya Siwon menyapaku begitu aku meneleponnya.

“apa kalau aku menerima tawaranmu untuk meninggalkan Yoona… kau bisa menjamin kebahagiannya… walaupun nanti yang akan bersamanya bukan kau?” tegangku. Ini adalah kata-kata yang paling pahit yang pernah ku katakana, air mataku sudah hampir menetes.

“aku jamin!!!” jawab Siwon mantap. “tinggalkan ia saat ini… seperti kataku itu akan lebih baik agar kalian bisa saling melupakan…”

“apa aku bisa minta waktu?”

“sampai kapan?”

“sampai perpisahan sekolah kami…”

“aku pegang janjimu… aku tak akan mengecewakanmu…”

“oppa… ujian akhir hari terakhir akhirnya datang… senang sekali rasanya… kita mau merayakan dimana? Apa kita akan merayakan bersama Seohyun dan Kyuhyun juga?” kami baru saja menyelsaikan ujian akhir kami.

“baiklah… kau telepon mereka kita malam ini jalan-jalan saja… makan-makan…” aku merangkulnya.

“baiklah…” dia langsung bersemangat menelepon kedua sahabat kami itu.

“oppa… kudengar dari Kyu oppa kalian sudah mendaftar di Universitas yang sama… bahkan sudah dijanjikan beasiswa…” Seohyun menanyakan apa yang belum kukatakan pada Yoona.

“benarkah oppa?”

“iya… tadinya aku ingin mengatakannya malam ini… sayang Seo keburu bicara…”

“jadi kau belum membicarakannya pada Yoona?” tanya Kyuhyun menghentikan makannya.

“belum… maafkan aku…” aku memegang tangan Yoona.

“tidak apa-apa oppa… justru itu kejutan untukku… sementara aku belum daftar kemanapun…”

“apa kau punya rencana seperti Seo juga untuk kuliah di teather?” lanjut Kyuhyun.

“tidak… aku ingin fashion business… kalau kata Siwon oppa di Paris adalah tempat kuliah terbaik untuk jurusan itu… tapi aku tidak mau…”

“kenapa?” tanyaku.

“apa kau mau aku meninggalkanmu oppa? Atau kau mau kita berjauhan?” dia ngambek.

“bukan begitu… hanya kalau itu bagus… kenapa kau tidak mengambilnya…”

“yang jelas aku tidak mau…” Yoona menyendok lagi ice creamnya.

“ya sudah… terserahmu saja… aku tahu kau tahu apa yang terbaik untukmu…” aku mengelus kepalanya.

“oppa… kau tahu tidak… aku barusan bertengkar dengan Siwon oppa…” Yoona menangis di telepon.

“kenapa?” tanyaku.

“dia mengakan tawaran agar aku kuliah di Paris pada appa… dan appa menyetujuinya… aku tidak mau…”

“appa menyetujuinya?” lanjutku. Terdengar sangat perih.

“iya oppa… rencananya aku harus berangkat minggu depan setelah surat kelulusan datang… dan aku tidak mau…” dia merengek.

“tenanglah… pasti akan ada jalan keluarnya…”

“pokoknya aku tidak mau… kau harus bawa aku lari dari rumah… aku tidak mau selalu menuruti mereka terus… aku bosan!!!” Yoona menutup teleponnya.

“apa waktuku bersamamu hanya tinggal sebentar Yoona?” rasanya hatiku sakit harus mengakhiri semua ini.

“oppa… akhirnya aku bisa memelukmu…” Yoona memelukku erat begitu aku membantunya lari dari kamarnya malam ini.

“apa benar kau tidak terluka sedikitpun…” aku memperhatikan badannya, tadi dia melompat dari lantai kamarnya.

“aku kan jatuh di badanmu oppa… harusnya aku yang bertanya kau tidak apa-apa?” dia melihat takut ada yang salah dengan badanku.

“tidak apa-apa… kau mau main apa?” seperti biasa aku paling suka memegang pipinya seperti ini.

“kembang api?”

“baiklah…”

Lalu kami membeli beberapa kembang api dan meledakannya di lapangan basket sekolah kami.

“huaaaaa… indahnya…” Yoona menggamit tanganku.

“iya… indah sekali… jangan pernah lupakan malam ini… aku tidak sopan karena mengajakmu kabur… tapi setidaknya ini salah satu keberanianku ya… ingat itu…”

“iya oppa… aku pasti akan merindukan malam ini… ayo oppa lagi…” Yoona mulai menyulut kembang api lagi satu demi satu.

“oppa… saranghe…” Yoona menatapku. Aku memeluknya dan aku ingin waktu berhenti saat ini juga. (No Other- Super Junior)

Author POV

“oppa kenapa oppa menawarkan kuliahku pada appa… apa oppa lupa kalau appa sangat berharap aku kuliah di luar negeri?” Yoona menatap kesal pada Siwon.

“ini tidak seperti yang kau pikirkan Yoong… ini depi masa depanmu juga… lagi pula aku menawarkan jurusan yang sesuai keinginanmu… bukan begitu?” Siwon mencoba menenangkan Yoona, menggapai pundak gadis itu.

“sudahlah oppa… berdebat denganmu juga tidak akan membuat appa merubah pikirannya… dia akan selalu mendengarkanmu… sekalipun itu menyakitiku…” Yoona menyeka air matanya. Ia segera keluar rumah.

“apa kau begitu karena tidak pernah ingin berpisah dengannya Yoong? Sekalipun itu demi aku…” Siwon tersenyum pilu. Siwon menekan tombol-tombol di ponselnya.

“hallo… Donghae…”

“ada apa?”

“aku tahu Yoona malam ini akan pergi mencarimu… aku tahu besok perpisahan sekolah kalian… kumohon tepati janjimu…”

“oppa… bawa aku pergi… ajak aku kemanapun itu… asalkan aku tidak pergi ke Paris…” Yoona menangis di dada Donghae.

“aku bisa saja melakukannya Yoong… hanya saja itu tidak mungkin…” tak seperti biasanya, kali ini tangan Donghae hanya diam.

“maksud oppa?” Yoona segera melepaskan rangkulannya.

“sebaiknya turuti kata-kata appamu… mereka tahu yang terbaik untukmu…”

“dan aku harus jauh darimu?” Yoona tidak bisa menerima.

“maafkan aku… tapi sepertinya ini saat yang tepat aku mengatakannya padamu…”

“apa itu?”

“sebaiknya kita berpisah saja…” Donghae tak berani sedikitpun menatap mata indah di hadapannya.

“berpisah?” Yoona kaget.

“iya… kau dan aku terlalu bergantung… dan kurasa ini tidak akan baik jika dilanjutkan… kalau kita terlalu memaksakan bersama… jika suatu saat kita ditakdirkan berpisah… maka akan lebih menyakitkan dari ini…”

“apa aku pernah bilang aku bergantung padamu?” Yoona tak bisa membendung air matanya. Donghae tidak bisa menjawab. “kau sendiri yang bilang kau selalu membutuhkanku… begitu pula aku membutuhkanmu… bukan begitu?”

“benar… tapi kurasa ada yang salah dengan hubungan kita…”

“salah apanya?”

“yang terbaik bagimu adalah turuti kata-kata appamu… aku hanya akan menjadi seorang musisi atau mungkin penari suatu hari nanti… appamu akan butuh menantu yang bisa menjadi penerus rumah sakitnya… dan…”

“apa appa yang memintamu melakukan ini oppa?”

“bukan…”

“Siwon oppa?”

“bukan…”

“lalu siapa?”

“harga diriku…”

“harga diri?”

“bukan mereka yang menyuruhku meninggalkanmu Yoong… tapi untuk bersamamu… aku tak bisa meninggalkan apa yang kuinginkan…”

Donghae POV

“oppa… apa aku pernah menuntut sesuatu…?” Yoona menitikan air matanya.

“tidak pernah…” jawabku pelan. Selama ini mana pernah kau menyusahkanku. Kau terlalu baik bahkan.

“kalau begitu hari ini aku akan menuntutmu… jangan tinggalkan aku…” Yoona benar-benar tidak ingin kami berpisah. Aku tahu ini. Aku seperti membunuhnya, tepatnya membunuh kepercayaannya.

“tapi bagiku… menghapus semua ini akan lebih baik untukmu… aku yakin ada yang terbaik untukmu…” aku tidak ingin berkata ini padamu Yoona. Aku merasa bukan hanya membunuhmu, tapi aku juga membunuh diriku sendiri.

“kalau aku tidak lebih baik? Apa kau sendiri yakin akan mendapat yang lebih baik? Apa bagimu ini tidak menyakitkan?”

Author POV

“kalau aku tidak lebih baik? Apa kau sendiri yakin akan mendapat yang lebih baik? Apa bagimu ini tidak menyakitkan?”

“ini menyakitkan bagiku… aku yakin kau akan mendapatkan pengganti yang lebih baik begitu juga aku…” berbeda sekali dengan hatinya yang menolak mentah-mentah. Ini menyakitkan, dan ia berharap tidak akan bertemu yang lebih baik, karena baginya Yoona adalah yang terbaik untuknya.

“semoga ucapanmu ini hanya mimpi bagiku oppa…” Yoona bergegas pergi.

“sebenarnya appa mengatakan apa pada Hae oppa?”

“maksudmu?”

“appa menyuruhnya meninggalkanku?”

“apa yang kau katakan?”

“sudahlah… appa kenapa harus berbohong padaku… menyuruhnya meninggalkanku… dan akan mengirimku ke Paris… lalu menjodohkanku dengan seorang dokter begitu kan?”

“Im Yoona… apa kau sadar kau telah membentak ayahmu?” Siwon datang menyela kata-kata Yoona.

“oppa… ini bukan urusanmu… kau sendiri yang megusulkan aku kuliah di Paris… dan kau juga kan yang menghasut appa agar menyuruh Hae oppa meninggalkanku?” Yoona mengalihkan pandangannya pada Siwon.

“Yoona jaga kata-katamu…” bentak sang ayah.

“kalian berdua sama saja… kalian tidak pernah tahu apa yang bisa membuatku bahagia…”

“bagaimana mungkin aku akan mengizinkan kau tetap bersama laki-laki yang bisa membuat kau membentakku…”

“ikut aku…” Siwon segera menarik tangan Yoona, membawanya ke luar kamar ayah Yoona.

“lepaskan oppa…” Yoona mencoba melepaskan genggaman Siwon.

“janji padaku… kau tak akan bersikap seperti tadi lagi…???” hardik Siwon. Yoona menunduk, lalu Siwon melepaskan genggamannya.

“appa sudah menyetujui semuanya… tanpa harus berpikir lagi… lusa kau sudah bisa mendaftar ke sana… aku akan mengantarmu…”

“aku tidak mau…” Yoona menajamkan pandangannya ke arah lain.

“terserah kau… kau mau menyakiti appa atau turuti kata-kata kami…”

“kalian tidak pernah memikirkan perasaanku…”

“justru kami ingin yang terbaik untuk semuanya… kau dan appa…”

“jangan harap aku akan pergi!!!” Yoona segera pergi ke kamarnya.

Donghae POV

Pertunjukan di panggung sudah di mulai. Hari ini acara perpisahan sekolah. Tepatnya perpisahanku dengan Yoona. Dan dimana dia? Aku tidak menemukannya. Padahal ini hari terakhir aku bisa melihatnya. Besok adalah keberangkatannya. Siwon semalam meneleponku, tepatnya dia menuntut janjiku untuk tidak menemui Yoona lagi setelah hari ini.

Ingin sekali aku menekan nomornya, tapi sayang sekali aku tak boleh melakukannya.

“Donghae… aku lihat tadi Yoona ke sini sebentar setelah itu dia pergi lagi…” lapor Kyuhyun yang memang sudah mengetahui masalah kami.

“pergi kemana?”

“sepertinya ke arah taman…” tanpa memerlukan waktu lama aku segera berlari kea rah taman, yang dimaksud adalah taman bermain dekat taman kanak-kanak yang satu daerah dengan sekolah kami.

Sampai di taman, tepatnya di bawah pohon besar yang selalu menjadi tempat dudukku dan Yoona, dengan pemandangan danau kecil, angsa-angsa ditengahnya serta anak-anak kecil yang sedang bermain di pingirannya. Aku tak menemukannya. Kemana dia? Beri aku kesempatan untuk melihatmu sekali saja, meskipun itu hanya melihatmu yang akan menuntutku.

“kau mencariku oppa???” kaget sebuah suara yang sangat aku rindukan. Begitu berbalik kulihat Yoona dengan mata yang sembab, ia membalut seragamnya dengan jaket yang pernah aku berikan padanya, tepatnya aku pinjamkan.

“Yoong…”

“aku tahu… semua ini bukan maumu… tapi ini belum terlambat oppa… bawa aku pergi… besok pesawatku tepat jam delapan akan berangkat… datanglah… bawa aku pergi jika hari ini kau tetap tak bisa membawaku pergi…” Yoona berlinang air mata. Aku tahu tanganku ingin bergerak meraihnya kepelukanku, hanya nyawaku tak mau bergerak mengikutinya.

“kau salah… aku mencarimu… karena aku ingin berkata… bersikaplah seolah-olah kita orang asing jika suatu hari kita harus bertemu lagi… lupakan semuanya…” ingin sekali aku memotong lidahku.

“aku akan menunggumu besok… sampai kau datang…” suara Yoona bergetar, ia segera berbalik dan lari.

“walaupun nanti… tapi semua ini pasti akan terjadi… karena kita… tepatnya pemikiran appamu berbeda denganku…” (Love Disease-Super Junior)

Author POV

Sepagi ini airport sudah ramai. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi, Yoona dan Siwon sudah terlihat di sana, satu jam lagi bahkan kurang dari itu mereka sudah harus pergi. Yoona tetap mengharap pangeranya akan mencegahnya pergi. Tak peduli apa yang akan terjadi.

Yoona celingukan mengedarkan matanya ke setiap penjuru tempat, tak ada tanda-tanda Donghae datang.

“oppa… kau akan datang… aku percaya… kau mencintaiku kan???” Yoona tak peduli pada Siwon yang mengawasinya.

“ayo masuk… sebentar lagi kita sudah harus masuk pesawat… dan jangan pernah berpikir untuk kabur… tepatnya menyakiti appa…” Siwon menggenggam tangan Yoona yang tak pernah Yoona balas.

“apa ini akhir semuanya oppa??? Hae oppa… kenapa kau tak datang membawaku pergi seperti malam itu… malam yang kau bilang jangan pernah lupakan… malam ketika pertama kalinya kau berani membawaku pergi tapa izin… aku tak peduli keinginan appa… aku hanya ingin bahagia… dan hanya denganmu…” jeritan hati Yoona hanya bisa didengar Tuhan. Yoona menggenggam kalungnya. Ya… hari ini Yoona memakai kalung yang Donghae berikan saat ulang tahunnya dulu. Kau berbentuk salib.

“kalau ingat aku… ingat saja Tuhan… maka Tuhan akan menyampaikan pesanmu padaku… karena aku juga punya… ” tunjuk Donghae pada kalungnya seraya mengalungkan kalung yang sama pada Yoona, dan itulah pesan Donghae saat mengalungkan kalung yang dihadiahkannya.

Akhirnya pilihan terbaik seperti yang Donghae katakan adalah berpisah, Yoona memilih jalan yang kakak dan appanya kehendaki, saling melupakan harus dipilih Yoona.

“ayo…” Yoona menghapus air matanya, ia berbalik membalas genggaman Siwon, dan pergi. Yoona tidak tahu dan tidak akan pernah tahu siapa yang sedari tadi bersembunyi dibalik tembok yang menghubungkan arah cafeteria dan tempat Yoona berdiri tadi.

“pergilah… aku yakin Tuhan akan membawamu kembali padaku… walau hanya sebagai orang asing…” Donghae menggenggam kalung salib yang sama seperti yang dikenakan Yoona.

“oppa…” kaget Seohyun dan Kyuhyun menghampiri Donghae. “mereka sudah berangkat?”

“…” Donghae mengangguk dan pergi meninggalkan keduanya.

Paris

Saat Yoona tiba kota Paris sudah memasuki musim dingin. Yoona merapatkan mantelnya. Tangannya tetap menggenggam liontin salibnya. Sesekali ia melirik Siwon yang dari tadi terus mengobrol dengan supir taxi dengan bahasa yang Yoona tak mengerti.

“Paris… jangan buat aku melupakannya… karena itu tak akan pernah… kalau dia harus bertemu dengan yang lebih baik dariku… bantu aku merelakannya meski itu menyakitkan… buat kami seperti orang asing seperti yang dia minta…” Yoona menerawang lalu menghembuskan nafasnya. Air matanya ia tahan. Ia pejamkan matanya mencoba membayangkan wajah Donghae diantara pemandangan gedung-gedung tua nan megah yang dilewati taxi yang mereka naiki. (Mr.taxi-SNSD)

4 tahun kemudian…

Donghae POV

Jadi penyanyi sepertinya adalah pilihan yang tepat, kuliah jurusan tari modern tak ku ambil aku lebih memilih jurusan music modern. Tak seperti jurusan kuliah yang aku ganti, aku tak pernah mengganti pemilik hatiku, aku masih merindukan dia sampai saat ini. Im Yoona.

Aku tak tahu dan tak pernah mencari tahu tentang dirinya lagi. Hanya satu yang aku tahu, appanya telah meninggal dan itu aku baca beritanya di Koran. Dan yang aku tahu dari beberapa orang, Siwon telah menggantikan posisinya sebagai kepala rumah sakit, mungkin dia dan Yoona telah menikah.

Jadwalku sangat padat, aku membangun sekolah seni bersama Kyuhyun dan Seohyun. Sama sepertiku, Kyuhyun pindah jurusan ke music modern, sementara Seohyun tetap pada pilihannya teather. Kami bertiga bertindak sebagai pengajar utama, tapi kami juga memiliki profesi yang berbeda, aku penyanyi, Kyuhyun conductor music, dan Seohyun sebagai sutradara.

Hari ini aku dijadwalkan bernyanyi di sebuah acara amal. Semua penonton telah menyambutku, rencananya aku akan membawakan lagu baru. Lagu berjudul Beautiful. Lagu yang kuciptakan khusus untuk yang selalu kurindukan.

Tak seperti biasanya, hari ini aku ingin memainkan piano untuk mengiringiku bernyanyi.

Yoona POV

Empat tahun meninggalkan Korea, dan hanya dua kali pulang, saat appa meninggal dan saat aku bekerja sama dengan seorang designer Korea. Rasanya sangat menyenangkan bisa kembali di sini, dan selamanya aku tak ingin lagi kembali menetap di sana. Empat tahun menguras pikiran hanya untuk memahami bahasa mereka yang aku rasa paling sulit di dunia. Tapi lebih sulit mengerti bahasa hatiku dari pada bahasa Perancis.

Acara amal adalah acara yang harus kuhadiri pertama di masa kerjasamaku dengan designer itu. Menjemukan, tapi ini harus kulakukan, karena ini acara amal. Lagipula ada acara musiknya juga.

Katanya aku tamu undangan, tapi tidak ada tempat duduk untukku, bagaimana ini. Terpaksa aku berdiri di dekat pohon cemara yang sengaja dihias menghias ruangan ini.

Beberapa model yang menggunakan rancangan designer itu mulai berlenggak lenggok. Dan kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak begini.

“sekarang tibalah saatnya menampilkan bintang tamu kita… mari kita sambut…” belum sempat MC itu menyelesaikan pengantarnya. Semua sudah berteriak Lee Donghae.

Nama itu… nama itu… bisakah kalian tak meneriakannya. Aku tak pernah melupakannya dan teriakan itu membuatku makin merindukannya.

Dentingan piano mengalun. terlihat siapa orang yang ada di baliknya, yang memainkannya. Dibalut jas hitam, dan rambutnya yang rapi tak seperti dulu yang sedikit panjang ia memainkan jemarinya. Wajahnya masih sama seperti dulu, wajah dengan raut khas anak kecil tak berdosa, hanya saja rahangnya sekarang lebih tegas menunjukan kedewasaannya. Lehernya terlihat bergerak membalut pita suaranya, matanya terpejam menikmati melodi indah yang dibuatnya.

“you’re like a queen and beautiful… I just can’t be without you girl… you’re complete and beautiful… I just can’t be without you girl…” suaranya terdengar begitu lembut tapi menyayat hatiku. Air mataku menetes perlahan.

Semua penonton meneriakan namanya dan bertepuk tangan. Perlahan Donghae bangkit dari kursinya ia beranjak ke depan panggung, aku takut dia melihatku. Aku segera bersembunyi di balik pohon cemara.

Sampai lagu benar-benar selesai aku tak berani menampakan diri, apalagi air mataku tak mau berkompromi.

“sebagai sebuah kehormatan kita akan memanggil penyelenggara yaitu perancang Jung yang bekerja sama dengan seorang pengusaha di bidang fashion yang sudah mempunyai beberapa butik di Paris, saya persilahkan keduanya naik ke atas panggung… nona Krystal Jung dan nona Im Yoona…” rasanya lututku lemas, mendengar namaku dipanggil seperti itu, bukankah Donghae akan mendengarnya. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah berlari menjauh. Tapi tidak seperti yanga aku kira,

“nona Im Yoona… ayo cepat naik…” nona Jung Krystal sudah ada di hadapanku, dan menarikku untuk naik.

Donghae POV

“Im Yoona???” aku baru saja mendengar namanya disebutkan, aku berbalik ke arah panggung. Benar… dia benar-benar telah berdiri di atas panggung, tak ada yang berubah darinya, masih sama… rambut panjangnya, kening indahnya yang tak ditutupi poni, mata besarnya, dan senyum manisnya… diakah Im Yoona-ku? Kenapa seperti mimpi?

Yoona pasti sedari tadi tahu aku di sini, kulihat matanya berkeliling tak focus. Benar saja akhirnya mata kami beradu. Rasanya aku menemukan hidupku kembali, tapi ini tak akan pernah seperti yang aku harapkan. Kami benar-benar menjadi orang asing.

Yoona POV

Benar-benar di luar dugaan semuanya, aku lihat matanya mulai berkaca-kaca. Begitu juga mataku. Begitu acara bersalaman selesai aku segera turun panggung dan berlari ke parkiran. Benar-benar menyesakkan dada.

“dia… Hae oppa… aku begitu merindukanmu…” aku roboh di depan mobilku. Dadaku begitu sesak, aku hanya bisa menggenggam kalung salib pemberiannya. “Tuhan… katakan padanya… aku merindukannya… katakan Tuhan… tak pernah aku melupakannya sedikitpun… hanya dia yang aku inginkan…” empat tahun aku menahan semua rasa ini, rasa rindu yang tak pernah habis untuknya, tapi ini permintaannya, menjadi orang asing, dan aku harus melakukannya. Aku tahu pasti dia sudah mendapatkan yang terbaik.

Donghae POV

Dia terduduk menangis, aku ingin meraihnya, dia masih memakai kalung itu, kalung yang sama yang juga masih kupakai. Tak bisakah aku meraihmu saat ini Im Yoona? Aku begitu merindukanmu…

“jadi Yoong benar-benar sudah di Korea sekarang???” tanya Seohyun begitu bersemangat.

“begitulah…”

“aku sangat merindukannya… tapi apakah ia masih ingat padaku???” Seohyun bertanya pada Kyuhyun.

“kalau dia lupa padamu… dia benar-benar keterlaluan… lebih baik kau ke rumahnya sekarang… aku rasa Donghae juga ingin tau kabarnya kan?”

“jangan bicarakan aku padanya Seo… aku takut itu akan menyakitinya…” lirihku dan bergegas meninggalkan mereka.

Author POV

Donghae keluar dari sebuah mini market selesai membeli beberapa peralatan pribadinya, Nampak orang-orang yang mulai gusar karena melihatnya, ia hanya mampu membalas semuanya dengan senyuman manisnya.

“Donghae…” sapa seseorang begitu dia membuka pintu keluar.

“hyung… Siwon hyung…” Donghae tak percaya dengan siapa ia berhadapan sekarang.

“ya… ini aku… aku sering melihatmu di televisi sejak aku kembali ke sini… kau sudah terkenal rupanya…”

“begitulah… aku hanya penyanyi pak dokter…” senyum Donghae terlihat sinis. “tenang saja… aku tidak akan pernah menemui kalian…” Donghae hendak melangkah pergi ke arah mobilnya.

“tunggu…” Siwon mencengkram pergelangan tangan Donghae, mencegahnya pergi.

“…” Donghae menatap mata Siwon tak mengerti.

Siwon membawa Donghae pergi ke sebuah tempat, sebuah danau kecil dekat taman, danau dengan angsa-angsa cantik yang bermain di tengahnya. Tempat dimana Donghae melepas Yoona sampai sekarang.

“tempat ini… tampat dimana aku akan menemukan Yoona yang selalu menghilang dari rumah… tempat dimana aku akan menemukannya sedang menangis… tersenyum… dan pasti selalu ada orang di sampingnya yang akan membuat tangisnya itu hilang dan senyumannya selalu ada… kau…

Aku bahkan sudah berani memisahkannya… membuat keduanya saling menyakiti… bahkan aku tak tahu kalau keduanya tak akan pernah bisa mengganti satu sama lain…”

“maksudmu?” Donghae mulai tak mengerti arah pembicaraan ini.

“aku bahkan ayah… telah memaksanya agar menikah denganku… tapi itu tak pernah berhasil… ia malah membuatku mencintai orang lain… dan menikah dengannya… ayah murka padaku… sampai akhirnya ia meninggal karena sakit…”

“apa?” Donghae tak percaya.

“Yoona menandatangani semua surat pengalihan kekuasan rumah sakit atas namaku… sampai akhirnya aku bisa menebus dosaku mengurusi rumah sakit milik ayah… aku pikir Yoona membenciku… tapi ternyata tak pernah… aku menyesal pernah memisahkannya darimu Donghae…

Tolong aku…kembalilah padanya…” Siwon menatap penuh harap.

“kau menyuruhku meninggalkannya… dan sekarang kembali padanya… begitu mudahkah kau mempermainkan perasaan seseorang???” Donghae menatap sinis.

“aku mohon padamu… sampai saat ini ia tak pernah meminta apapun padaku… kau tahu yang ia minta hanya… biarkan kau hidup sekalipun ayah memintaku memisahkanmu dengannya dan salah satu harus mati… maka dia minta agar aku membunuhnya bukan kau…”

“Yoong…”

“iya… dia adalah dan hanya akan menjadi kekasihmu seumur hidup… bukan aku ataupun yang lainnya… dia tak pernah mengisi hatinya dengan yang lain… hanya kau…”

“bagaimana mungkin dia masih menungguku jika aku dulu memintanya pergi meninggalkanku…” Donghae tak percaya.

“apa ada wanita lain dalam hidupmu setelah kalian berpisah?” Siwon menatap cemas.

“tak akan pernah ada…”

Seohyun sudah ada di pintu rumah Yoona, ia memencet bel. Begitu pintu dibuka.

“Yoona???” Seohyun tak percaya melihat siapa yang di hadapannya, begitu pula sebaliknya.

“Seohyun…” Yoona segera memeluk gadis yang begitu dirindukannya.

“sepertinya kau tidak menganggapku lagi sahabatmu sejak kepergianmu Yoong…” Seohyun meminum teh yang disajikan Yoona.

“bukan begitu… bahkan aku juga tak sempat berpamitan padamu karena kepergianku yang tak terduga… maafkan aku Seo…” Yoona merangkul bahu Seohyun.

“aku maafkan… tapi kenapa rumahmu sepi sekali…”

“memang dari dulu seperti ini kan… apanya yang berbeda… oh iya… apa kau masih bersama Kyuhyun?” semangat Yoona.

“tentu saja… aku masih setia bersamanya…” ujar Seohyun tanpa menyinggung.

“baguslah…” Yoona tertawa getir.

“Siwon oppa…” Seohyun berbasa-basi.

“kenapa?”

“kalian… apakah benar kau dan Siwon oppa menikah?” tanya Seohyun hati-hati.

“ada-ada saja… mana mungkin aku menikah dengan kakakku sendiri…”

“bukankah…” belum selesai Seohyun bertanga, Yoona sudah memotong.

“sudah kuduga… Siwon oppa memang pernah akan dinikahkan denganku… tapi itu tidak terjadi… aku tak akan pernah bisa… rumah sakit itu aku memang pindah kuasakan padanya… karena aku tak mungkin menikah dengannya…”

“benarkah?”

“…” Yoona mengangguk.

“baguslah…”

“kenapa?”

“Donghae oppa…”

“ada apa dengannya?” Yoona tampak kaget.

“kau mungkin tidak tahu siapa aku, dia, dan Kyuhyun oppa sekarang… tapi kalau boleh… aku minta nomor ponselmu ya?”

“tentu saja…” Yoona lalu menyebutkan nomor ponselnya.

“aku akan kirimkan pesan nanti malam… datanglah ke gedung kesenian mala mini… hari ini pertunjukan perdana bulan ini… Kyuhyun oppa akan mengadakan pagelaran musiknya… ada teather juga… aku sekarang adalah seorang sutradara muda… jadi dukung aku kalau kau masih menganggap kami sahabatmu…”

“baik… aku tahu… aku pasti datang…” Yoona memeluk rindu sahabatnya.

Yoona sudah siap dengan dress putih dibalut mantel ungunya, sepatu flat putih, dan tas ungu selempangnya, tak ketinggalan rambutnya ia ikat dan ia hias dengan pita putih, di lehernya terlihat kalung berliontin salib tak ketinggalan dikenakannya.

YOONG, CEPATLAH… PERTUNJUKAN SATU JAM LAGI DIMULAI, PERTUNJUKAN TAK AKAN AKU MULAI KALAU KAU TAK DATANG. SEOHYUN.

Yoona tersenyum melihat pesan ancaman dari sahabatnya itu.

Sekarang ia celingukan di gedung kesenian mewah yang Nampak lenggang.

“apa acaranya sudah mulai… kenapa sepi sekali…” Yoona meraih ponselnya untuk menelepon Seohyun.

“kau dimana… kenapa sepi sekali apa acaranya sudah mulai???”

“aku di belakangmu…” suara yang taka sing ia dengar dari ponsel sekaligus dari balik tubuhnya. Yoona tak ingin berbalik karena ia takut ini mimpi.

“Yoong…” panggilnya sekali lagi.

“oppa… Hae oppa…” Yoona kali ini berbalik hampir saja ponselnya jatuh.

“aku sangat merindukanmu…”

“oppa…” hanya itu yang bisa Yoona katakana.

“maafkan aku… aku… aku…”

“oppa… aku tak akan pernah bisa bersikap asing padamu…” air mata Yoona sudah tak terbendung.

“kau pikir aku bisa???” Donghae tak bisa menahan lagi, ia segera memeluk nafas hidupnya, Im Yoona. “maafkan aku… aku tak tahu jika semuanya akan seperti ini…”

“aku yang minta maaf oppa… ku tak pernah mengerti situasi seperti apa yang kau hadapi…” Yoona membenamkan kepalanya di dada Donghae.

“apa kau masih Yoonaku???” Donghae menempelkan tangannya di pipi Yoona. “kau semakin kurus… apa kau terlalu sibuk bekerja???” Yoona hanya menggeleng. “apa kekasihku terlalu merindukanku???” Yoona mengangguk dengan pipi yang tak Donghae lepaskan. “kau mau memaafkanku???” Yoona mengangguk.

“oppa… apa ini tidak terlihat seperti anak kecil???” lanjut Yoona.

“bagiku Im Yoona adalah tetap… mau kami masih SMA atau seperti sekarang… dia tetap yang paling menggemaskanku…” Donghae mencium kening Yoona.

“oppa… sudah tahu semuanya???”

“Siwon hyung sudah bercerita semuanya… aku sangat menyesal kenapa kemarin aku tak mengejarmu…”

“aku juga menyesal… kenapa kemarin aku berlari… dan untuk mala mini… apa ini rencaa kalian???” tatap Yoona curiga.

“Kyuhyun dan Seohyun memang menyiapkan sebuah pagelaran untuk kita…”

Yoona dan Donghae duduk di kursi pertunjukan berdua, menikmati alunan music yang dimainkan Kyuhyun dan para murid sekolah seni mereka, nampak di tengah-tengah pemain ada seseorang dengan biolanya yang tak pernah lepas menatap mata sang conductor… Seohyun.

Cinta tak akan menjadi sebuah penyakit pahit jikan kau mampu membuatnya berharga.


29 thoughts on “LOVE DISEASE [one shoot]

  1. 🙄 🙄 bagus, chingu 🙄
    sebel gitu aku sama siwon, kok ngatur2 yoong banget. Untungnya dia ketemu orang lain, tiffany kah? Hehe..
    Aigooo hae uda sukses jadi bisa sinis 😆 suka banget sama perasaannya yoonhae di sini. Tetap bersama dan tidak melupakan.

    Dan, aku suka bagian kyu jadi konduktor. Sounds exclusive.

    Like

  2. waw…keren..bikin nangis..feel nya dapet…
    Anyeonghaseo…reader baru…
    Kasih 2thumbs untuk eonie…..
    Tinggalkan jejak dulu….

    Like

  3. YoonHae…!!!!!!! Seokyu….
    Yah seokyunya dikit.. 😀
    yoonhae the best…
    Ffnya bagus banget chingu..
    Siwon biki jengkel dah.. Pengen nyekek dy #jangaaaannnn
    ehhee..
    Donghae… Yooonaaaa…

    Like

  4. YoonHae SeoKyu kyaa kyaa kyaaa! Suka banget author. Persahabataan dan cinta sejati. Nice ff! Suka kisah antara YoonHae walaupun terpisah 4 tahun tapi tetap tidak berubah. Nice story. Buat lagi ya!

    Like

  5. sukasukasuka !! aku uda penah baca tpi gabosen klo pairingnya uri YOONHAE 😀

    buat FF YONNHAE lagi yaa author yg baiiikk 🙂

    Like

  6. SO SWEET BANGEEET!!! ❤ ❤
    aigooo yoonhae nya emng jodoh tuh haha
    walaupun aku haesica shipper, tp aku akuin ff ini so sweet dan kerennnn bgttt!
    ditunggu ff lain nya thor 🙂

    Like

  7. waaah,, daebakk!!
    Yoonhae so switt,, brhasil bkin q ntesin air mata,, hiks..
    Asyk happy endin…
    Bkin ff yoonhae lgi y thor…
    Author jjang!
    Yoonhae daebak!!

    Like

  8. sbnrnya ceritany bgus.
    knp gamau dibua series aja? one shot jadinya maksa banget
    entah mnurut aku aja atau yang lain jg. mnrut aku sih gitu hehe.
    cerita nya bguss. yoonhae nya keren !

    Like

  9. mengharukan eonie.
    apalagi kata-kata donghae oppa=“pergilah… aku yakin Tuhan akan membawamu kembali padaku… walau hanya sebagai orang asing…” Donghae menggenggam kalung salib yang sama seperti yang dikenakan Yoona.

    bikin lagi eonie tapi yg seokyu..
    oke eonie??

    Like

Leave a comment