TWO IN ME CHAP.8 (LAST CHAPTERED)


Author : GladizCass a.k.a Kim JingSu
Rating : PG-13
Length: Chaptered
Genre : Thriller, Mystery ====>Pengenna sih bgtu..
Cast : Krystal Jung F(X)
Other Cast : Kim JongHyun, Choi Minho (almarhum/plakk), Victoria, Sulli, Jessica, Tiffany (almarhum/plakk), Leeteuk
Author telat lagi! Mianhaeyo! Nggak tau kenapa, author agak ribet bikin chap terakhir ini, dan hasilnya mungkin kepanjangan. Semoga para reader nggak bosen bacanya, dan ff nya tetap enak di baca. Berhubung ini chap terakhir author jadi agak – agak gimana gitu. Ah, sudahlah silakan dibaca!

-VICTORIA POV-
Aku mengamati Leeteuk ahjussi yang tengah berbicara dengan kedua orang tua Krystal dengan perasaan campur aduk. Tanpa menunggu pun, aku sudah tahu bagaimana tanggapan orang tua Krystal nanti. Mereka tidak akan mau tahu soal anak mereka. Kalau tidak segera memanggil polisi dan memasukkan Krystal ke penjara, maka mereka akan memasukkan Krystal ke rumah sakit jiwa. Aku mendesah kesal, kenapa Leeteuk ahjussi tidak mau mendengar perkataanku, dan tetap bersikeras untuk berbicara dengan orang tua Krystal terlebih dahulu.Aku melirik jam tanganku yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Sudah hampir sejam pembicaraan ini berlangsung. Dan sudah hampir sejam pula, aku berdiri di ambang pintu tanpa melakukan apa – apa. Aku mulai bergerak – gerak gelisah, aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus mencari tahu dimana keberadaan Krystal, dan apa yang ia lakukan. Aku juga harus mencari tahu tentang Jonghyun dan Jessica.
“Kalau begitu kita harus segera menelpon polisi!” Ucap eomma Krystal lantang.
“Tidak, tidak bisa begitu!” Leeteuk ahjussi buru – buru mencegah.
“Kenapa tidak bisa? Bukankah itu satu – satunya cara agar kita dapat segera menghentikan dan menangkap Krystal!” Ujar eomma Krystal lagi.
“Kalau kita melakukan itu, maka mental Krystal akan..”
“Siapa yang peduli tentang mental nya?! Ia melakukan pembunuhan! Ia pembunuh! Ia sudah seharusnya di tangkap!” Eomma Krystal tetap bersikeras.
“Tapi..”
“Oh..,aku melahirkan seorang pembunuh! Seharusnya ia mati sejak dulu!” Eomma Krystal memotong perkataan Leeteuk ahjussi.
Aku mendesah, seperti yang kukira, inilah yang terjadi. Dan aku memang seharusnya pergi sendiri mencari Krystal sejak tadi.
“Eonni..”
Aku tersentak kaget, saat menyadari bahwa Sulli telah berdiri di hadapanku, “Nde?” Sahutku masih sedikit kaget.
“Apa yang terjadi? Apa yang terjadi dengan Krystal eonni?” Tanya Sulli.
Aku terdiam, tidak bisa memutuskan harus menjawab apa. Hal ini tampaknya terlalu rumit untuk Sulli pahami, “Tidak ada apa – apa. Hanya ada sedikit masalah” Ucapku sambil memaksakan senyum.
Sulli tidak berkata apa – apa, ia hanya menatapku. Dan aku baru menyadari bahwa tatapan Sulli mirip dengan tatapan Krystal. Namun tatapan Sulli tampak lebih polos, walau begitu masih terasa tajam.
“Tidurlah” Ucapku lagi, “Sudah malam, eonni pergi dulu” Lanjutku.
Sulli tetap tidak berkata apa – apa. Jadi aku membalik badanku, dan mulai melangkahkan kakiku meninggalkan rumah. Malam sudah larut, jalan begitu sepi dan sunyi. Bulan tidak tampak, hanya lampu jalan yang berkedip – kedip yang menjadi penerangan. Aku mempercepat langkahku, sambil berdoa dalam hati agar semuanya baik – baik saja.
-END VICTORIA POV-
-JESSICA POV-
Tubuhku perlahan mulai bergetar, dan dalam seperkian detik, aku tidak dapat berpikir dengan jernih. Namun sesaat kemudian, aku menyadari bahwa aku harus segera menjauh.
“Jessica-ssi, aku datang untukmu..” Ucap sosok di hadapanku itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera berlari menjauh. Apa yang aku pikirkan saat ini adalah segera keluar dari rumah secepat mungkin. Samar – samar kudengar langkah kaki di belangkangku, jantungku mulai berdetak cepat, panik. Dengan susah payah, aku berlari ke ruang tamu. Semua lampu mati, jadi aku tidak dapat melihat dengan jelas.
Aku terus berlari, hingga kakiku terantuk sesuatu, membuatku jatuh terjerembab. Kepanikan semakin menyelubungiku. Dengan cepat aku mencoba untuk bangkit, belum sempat aku benar – benar berdiri, kurasakan seseorang menggenggam erat pergelangan kakik kiriu. Aku menjerit, dan mulai meronta – ronta. Namun genggaman orang itu tidak melonggar sedikit pun.
Sesaat kemudian, orang itu mulai menarikku. Kurasakan tubuhku terasa sakit saat bergesekan dengan lantai rumahku sendiri. Orang itu lalu menarikku berdiri, dan mendorongku hingga merapat ke dinding. Orang itu lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku, napasku memburu, dan dalam jarak sedekat ini, aku dapat mengetahui dengan jelas siapa orang di hadapanku itu. Dan tidak salah lagi, orang itu adalah Krystal.
“Krystal..” Bisikku pelan.
Dari samarnya cahaya lampu taman yang masuk ke dalam rumah, dapat kulihat seringai liar Krystal, “Aku bukan Krystal, tapi aku akan membunuhmu, seperti apa yang Krystal inginkan”
Dan sedetik kemudian, Krystal mencekik erat leherku. Aku berusaha melepaskan tangan Krystal, namun ia terlalu kuat. Aku meronta dengan sekuat tenaga, mencoba menendangnya dengan kakiku yang bebas, namun sia – sia, ia tetap mencekikku hingga aku hampir kehabisan napas. Kepalaku terasa pening, dengan sebelah tanganku, aku mencoba untuk meraih apapun untuk memukul Krystal. Dan akhirnya, aku menemukan sesuatu yang keras, aku menggenggam benda yang tidak aku ketahui apa itu, dan dengan sekuat tenaga memukulkannya tepat ke kepala Krystal.
Cekikannya terlepas, dengan segera aku berlari menjauh. Aku berjalan ke pintu depan. Dan saat aku hendak membukanya, pintu terkunci. Aku beralih membuka – buka laci yang ada di dekat pintu tempat di mana biasa kunci di simpan. Namun entah bagaimana,laci itu kosong. Tidak ada satu pun kunci di dalamnya. Kurasakan mataku mulai berkaca – kaca saking paniknya.
Aku kembali berlari, mencari tempat untuk bersembunyi. Aku tidak tahu dimana Krystal, jadi aku berlari dengan penuh waspada. Aku naik ke lantai dua perlahan, mencoba untuk tidak membuat keributan. Namun jantungku mencelos, saat mendapati Krystal telah berdiri di undakan paling atas tangga, seakan sudah menungguku sejak tadi. Mataku terbelalak menatapnya, sementara Krystal menyeringai penuh makna. Aku membalik tubuhku, hendak kembali berlari. Namun Krystal berhasil mengejar dan menyergapku.
Aku memberontak, mencoba untuk lepas dari Krystal. Tapi tidak semudah itu, Krystal mulai meyerangku, kurasakan benda tajam perlahan – lahan mulai menggoresi tubuhku. Tampaknya Krystal mulai menggoresi tubuhku dengan pisaunya. Aku merintih kesakitan, air mataku perlahan keluar, karna rasa sakit dan takut yang kurasakan.
Beberapa saat kemudian, Krystal melepaskanku, tidak, bukan melepaskan, melainkan mendorongku hingga terguling di tangga. Aku berusaha untuk menahan tubuhku agar tidak terus terguling, namun aku tidak bisa. Kepalaku terbentur undak – undakan tangga, hingga kepalaku terasa pening. Aku tidak dapat berpikir apa – apa, aku benar – benar kesakitan.
Akhirnya aku tergeletak di lantai bawah. Pandanganku memburam, seluruh tubuhku seakan berteriak kesakitan, aku benar – benar sudah tak berdaya. Kalau begini terus, aku bisa mati. Tapi aku tidak boleh mati, tidak di tangan Krystal. Dengan sisa – sisa tenagaku, aku menyeret tubuhku menjauh. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan, tapi aku tetap tidak boleh diam saja.
“Mau kemana?”
Jantungku terasa berhenti berdetak saat mendengar suara tajam dan menyeramkan itu. Aku tidak tahu ia ada didepan atau dibelakangku, gelapnya rumah dan pakaian yang Krystal pakai membuatku sulit untuk melihatnya. Aku tidak tahu harus terus bergerak atau tetap diam di tempatku.
Belum sempat aku memutuskan, kurasakan tendangan keras Krystal di perutku. Aku berteriak kesakitan, kupaksakan tubuhku agar dapat bangkit dan melawan. Namun sekeras apapun aku berusaha, aku hanya dapat menggeliat sia – sia. Sekarang tangan kiri Krystal telah kembali mencengkram leherku, mataku menangkap kilatan cahaya yang terpantul dari pisau yang digenggam erat Krystal di tangan kanannya.
“LEPASKAN AKU!!!” Teriakku sedikit bergetar.
Krystal tersenyum tipis, “Tenang, akan kulepaskan, setelah aku selesai menggambar wajahmu”
Sesaat kemudian, ujung pisau di tangan Krystal semakin lama semakin dekat dengan wajahku. Hingga ujung pisau tersebut benar – benar menyentuh kulitku, menyisakan rasa perih tak terhingga dan cairan merah yang berlahan mulai keluar. Aku sulit bernapas, kesakitan, dan tidak bisa melawan. Aku mulai berpikir, apakah aku akan mati hari ini? Lalu pikiranku beralih mengingat Tiffany dan Minho. Apakah mereka juga tersiksa sepertiku sebelum akhirnya kehilangan nyawa mereka, atau lebih parah?
Kurasakan cairan bening yang keluar dari sudut mataku semakin deras. Aku mulai terisak, ketakutan, kesakitan, dan penuh penyesalan.
“Berhenti menangis kau membuatku jijik!” Gumam Krystal tajam.
Setelah itu ia melayangkan tamparan keras ke pipi kiriku, dan disaat bersamaan panas menjalari pipiku, cairan hangat pun keluar dari ujung bibirku. Pandanganku semakin memburam, aku mengalihkan pandanganku ke samping, dan menyadari adanya vas bunga kaca yang berdiri manis tak jauh dariku.
“Kau iblis” Gumamku tersegal.
“Kau lebih parah daripada itu” Krystal menanggapi.
“Karna itulah..”Ucapku, “Akulah yang akan membunuhmu”
Dengan cepat, aku menggapai vas bunga tadi, menghantamkannya tepat ke wajah Krystal. Dengan susah payah, aku mendorong Krystal menjauh, dan bangkit berdiri. Vas kaca tadi pecah berkeping – keping, dan aku dapat melihat salah satu kepingannya tergeletak di lantai. Aku menyambar kepingan itu, dan menggenggamnya. Menghujamnkan ujung tajamnya pada Krystal, hingga menancap dalam ke pundak Krystal. Krystal menggeram kesakitan.
Tanpa buang – buang waktu, aku segara berlari menjauh dari Krystal dengan susah payah. Aku kembali berlari ke lantai dua, menaiki undakan – undakan tangga dengan cepat. Aku terus berlari hingga mencapai kamar tidurku.Kututup pintu kamar, menguncinya, lalu mulai sibuk mencari – cari ponselku. Aku ingat menaruhnya di atas meja rias, namun entah bagaimana aku tidak dapat menemukannya.
Aku mengobrak – abrik seisi kamar, hingga akhirnya kudengar gedoran di pintu. Untuk beberapa saat aku membeku. Aku melihat ke sekeliling kamarku dengan panik, aku masih belum menemukan ponselku, dan saat ini aku sudah harus kembali bersembunyi.
Pandanganku lalu tertuju pada lemari besar yang ada di sisi kamar. Tanpa pikir panjang, aku segera menyerbu masuk ke dalam lemari, dan bersembunyi di dalamnya, di balik pakaian – pakaian yang kugantung. Tubuhku bergetar, diriku kini sudah basah karna keringat, darah, dan air mata. Tidak sampai semenit, kudengar pintu kamarku terdobrak terbuka. Aku semakin merasa tegang, dan mulai menangis dalam diam.
“Aku tahu, kau disini, keluarlah!” Ucap Krystal lantang.
Kudengar Krystal yang mulai mengobrak – abrik kamar, ia mencariku. Dan hanya perlu menunggu waktu hingga ia mengecek ke dalam lemari. Aku menetapkan hatiku, memperingatkan diriku, agar saat Krystal membuka lemari, aku harus segera mendorongya dengan kencang, lalu kembali berlari. Atau kalau aku menemukan beda yang bisa membantuku, aku dapat menyerangnya.
Langkah kaki Krystal terdengar semakin dekat dengan lemari. Dan saat pintu berlahan bergerak terbuka, aku telah mempersiapkan diriku. Sebelum pintu lemari benar – benar terbuka, dengan sekuat tenaga, aku mendorong pintu itu ke depan.Namun Krystal mengelak, dan tidak terjatuh. Aku dan ia kini berhadap – hadapan. Dapat kulihat wajah Krystal yang juga telah bersimbah darah. Namun tidak tampak raut kesakitan di wajahnya, ia terlihat baik – baik saja.
“Apa maumu?” Tanyaku dengan nada bergetar.
“Apa kau masih harus bertanya? Jangan sok berani!” Jawab Krystal, tampak geli.
Entah apa lagi yang harus aku katakan, darah terus mengalir dari luka – luka ditubuhku. Aku bisa saja, membiarkan diriku terjatuh di lantai, menyerah atas rasa sakit di seluruh tubuhku dan ketidak berdayaanku, lalu pasrah. Atau aku juga bisa, memohon ampun pada Krystal agar ia memaafkanku, dengan begitu mungkin ia mengurungkan niatnya untuk membunuhku. Tapi tidak, aku tidak akan melakukan kedua hal hina itu. Apapun yang terjadi, apapun yang kurasakan, aku tidak boleh menyerah. Kalau Krystal ingin membunuhku saat ini juga, maka aku akan membunuhnya terlebih dahulu.
“Aku akan membunuhmu terlebih dahulu” Ucapku.
“Lakukan!” Tantang Krystal.
Kulayangkan pandanganku kesekitar, aku berdiri di depan meja rias. Dan di atas meja rias, terdapat sebuah gunting. Perlahan, tanpa mengalihkan pandanganku pada Krystal, aku meraih gunting itu, lalu menggenggamnya erat – erat. Lalu aku mulai bertanya – tanya, apakah aku harus berlari ke arahnya, lalu menghumkan gunting ini padanya atau bagaimana? Aku tidak boleh terlalu lama berpikir, jadi aku memutuskan berlari ke luar kamar melalui pintu yang terbuka lebar.
Kusadari Krystal mengikutiku dari belakang. Aku terus berlari menyusuri setiap bagian rumah, mencari tempat untuk bersembunyi, hingga akhirnya kurasakan kakiku yang tak sanggup lagi untuk berlari. Aku masuk ke dalam salah satu kamar pembantu, dan saat aku hendak menutup pintunya, pintu itu tertahan.
Aku membelalak, saat menyadari bahwa Krystal lah, yang menahan pintu itu agar tidak tertutup. Dengan sisa – sisa tenagaku, aku berusaha untuk menghalangi Krystal dan menutup pintu, namun ternyata tenaga Krystal tidak mampu untuk kutandingi.
Tubuhku terhempas ke belakang, dan gunting di genggamanku terlempar begitu saja, aku mendongak, dan melihat sosok Krystal telah berdiri di hadapanku bagaikan perajurit. Ia menggenggam erat palu di tangan kanannya. Tubuhku kembali bergetar.
“Cukup main – mainnya” Ucap Krystal.
Dan belum sempat aku melakukan apa – apa, Krysal mengayunkan palunya ke kepalaku, hingga aku kembali terhempas ke samping. Kali ini, aku sudah tidak bisa berpikir apa – apa lagi, pandanganku semakin buram, dan saat Krystal menghantamkan palunya ke pundakku, aku sudah tidak bisa merasakan apa – apa lagi.
-END JESSICA POV-
-AUTHOR POV-
Krystal menjambak rambut Jessica yang tengah tak sadarkan diri. Jessica belum mati, Krystal tahu itu, dan ia juga tidak ingin Jessica mati sekarang. Ia menjambak rambut Jessica lalu menyeretnya keluar dari ruangan. Pandangan Krystal tampak sekelam malam, seringai jahat menghiasi wajahnya. Ini adalah malamnya, malam pestanya. Krystal menyeret tubuh Krystal hingga menyisakan darah di lantai. Ia membawa tubuh Jessica hingga mencapai loteng rumah yang cukup besar dan berdebu.
Setelah mencapai loteng, Krystal membiarkan tubuh Jessica, tergolek tak berdaya di atas lantai loteng yang berdebu. Ia menyalakan lampu loteng yang berwarna kuning, dan tidak begitu terang, lalu menyeret kursi yang dilihatnya di sudut ruangan. Loteng ini adalah ruangan pertama yang ia masuki, saat masuk ke dalam rumah Jessica. Ia menaruh barang – barangnya disini, dan ini adalah ruangan dimana nyawa Jessica akan melayang.
Krystal melangkahkan kakinya ke sudut loteng, meraih tasnya, dan menarik keluar sebuah tali. Kemudian Krystal menarik Jessica yang masih belum sadar, dan mendudukkannya di kursi. Krystal mengikat erat Jessica di kursi dengan tali yang ia bawa. Dan sekarang saatnya bagi Jessica untuk bangun.
Krystal kembali bergerak, untuk meraih ember berisi air panas yang telah ia siapkan sejak tadi. Dan tampa buang – buang waktu, Krystal menyirmkan air panas itu ketubuh Jessica.
“AAAAAAARRRGGGHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!”
Seringai Krystal kembali terlukis saat mendengar teriakan Jessica yang telah tersadar tepat saat air panas itu membasahi tubuhnya. Jessica terus berteriak dan merintih kesakitan, tapi tidak terlihat sedikitpun rasa iba di wajah Krystal. Ia malah merogoh sakunya, dan menarik keluar sebuah pisau tajam mengkilap dari dalamnya. Krystal mengelus – elus pisaunya, sambil berjalan mengelilingi Jessica yang masih tampak sangat kesakitan.
“Kau tahu?” Tanya Krystal sambil menyodorkan pisaunya ke depan wajah Jessica, “Ini adalah pisau yang telah mencincang tubuh Minho” Lanjutnya.
“Dan apakah kau juga tahu?” Tanya Krystal lagi, “Dimana sisa – sisa tubuh Minho yang tak ditemukan?” Lanjutnya sambil terkekeh.
Jessica tidak menjawab, ia hanya terisak. Kulitnya mulai melepuh, ia tidak bisa bergerak, dalam hati ia berdoa, agar dapat selamat, agar akan muncul seseorang yang akan menyelamatkannya.
“Sisa – sisa tubuh Minho, telah menjadi makan malam keluargaku” Ucap Krystal lalu mulai tergelak.
Suara tawanya yang menyeramkan memenuhi seisi ruangan. Jessica tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar, ia merakan dirinya merasa semakin ketakutan dan mual.
“Dan setalah memakan daging Minho, mereka semua sakit perut” Lanjut Krystal masih terus tertawa, “Itu karna, mereka memakan daging seseorang yang memiliki hati busuk”
“Aku penasaran,” Kata Krystal lagi, “Bagaimana reaksi mereka setelah memakan dagingmu nanti, aku pikir mereka akan langsung mati”
Tawa Krystal mereda, digantikan senyum tipis yang menyeramkan. Krystal mendekatkan wajahnya ke wajah Jessica, dan mulai memainkan pisaunya dengan sebelah tangan. Dan tanpa berkata apa – apa, Krystal mulai menggoreskan ujung pisau ke pipi Jessica yang telah melepuh.
“Aaaaarrrrgggghhhh….!!!!!!!!!!!!!!!” Jessica kembali berteriak.
Namun Krystal tidak peduli, ia terus menggoresi seluruh tubuh Jessica, tanpa memperdulikan teriakan kesakitan Jessica yang tanpa henti. Ia menikmati apa yang ia lakukan, dan membiarkan Jessica agar mati berlahan, agar Jessica dapat merasakan kesakitan dan penyiksaan yang nyata. Agar Jessica sadar, bahwa ia lah yang akan kalah pada akhirnya.
-END AUTHOR POV-
-JONGHYUN POV-
Aku melompat turun dari motorku, dan membiarkan motorku tergeletak begitu saja di depan rumah Jessica. Aku mendorong pagar rumah Jesssica yang tidak terkunci. Dan itu membuatku semakin merasa panik, biasanya pagar rumah Jessica selalu terkunci, dan akan ada satpam yang akan mengahampiriku, apabila aku masuk begitu saja seperti ini. Tapi tidak ada satpam penjaga rumah Jessica yang terlihat, dan dapat kulihat dari jendela rumah Jessica bahwa tidak ada lampu di dalam yang menyala. Hanya lampu taman yang menyala redup.
Aku berjalan dengan penuh waspada, dan berhenti sesaat di depan tempat pos satpam yang tidak jauh dari pintu depan. Dengan sedikit ragu – ragu, aku membuka pintu pos satpam itu perlahan. Mataku seketika membelalak saat melihat salah satu satpam penjaga rumah Jessica, tergolek di lantai dengan mata terbuka. Mulutnya mengeluarkan busa putih yang menjijikkan. Aku segera menjauh, dan tanpa banyak berkata apa – apa lagi aku berlari ke dalam rumah.
“Jessica-ya..,tunggu aku! Bertahanlah sebentar lagi..”
-END JONGHYUN POV-
-VICTORIA POV-
Untuk kesekian kalinya aku berhenti melangkah dan menoleh ke belakang. Dan lagi – lagi, yang kulihat hanyalah jalan kosong yang remang – remang di belakangku. Aku mengernyit, merasa yakin bahwa sedari tadi ada seseorang yang mengikutiku dari belakang.
Aku mendesah, dan kembali melanjutkan langkahku dengan lebih cepat. Aku berjalan ke rumah Jessica, dan itu membutuhkan waktu hampir sejam. Aku masih perlu waktu kurang dari lima belas menit lagi untuk sampai.
Pikiranku berkecamuk, perasaanku benar – benar tidak enak. Selain perasaan bahwa ada orang lain yang mengikutiku, aku juga merasa bahwa sebentar lagi aku akan menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan.
-END VICTORIA POV-
-AUTHOR POV-
Senyuman Krystal kembali terlukis saat melihat sosok Jonghyun yang berlari ke dalm rumah, dari salah satu jendela loteng yang menghadap langsung ke depan rumah. Krystal menoleh kearah Jessica yang sudah setengah sadar.
“Pahlawanmu datang, tapi sepertinya ia sudah terlambat” Krystal mengumumkan.
Jessica bergerak sedikit, namun sedetik kemudian kembali diam tak bergerak. Ia sudah kehabisan tenaga, bahkan ia sudah tidak kuat untuk menangis ataupun berteriak.
Krystal menimbang – nimbang, apakah ia harus membunuh Jessica sekarang, atau membiarkan Jonghyun melihat ia membunuh Jessica. Ia hanya membutuhkan waktu semenit untuk memutuskan. Dan keputusannya adalah, ia akan membunuh Jessica saat ini juga. Ia merasa akan lebih menyenangkan, apabila ia dapat melihat raut wajah Jonghyun saat melihat Jessica telah tergolek tak bernyawa.
Krystal tersenyum, merogoh sakunya, dan mengeluarkan pisaunya yang telah dilumuri oleh darah. Ia menoleh kearah Jessica, senyumnya semakin mengembang, ia berbisik,
“Sudah tiba waktumu..”
-JONGHYUN POV-
Keadaan di dalam rumah benar – benar gelap. Namun aku tidak berusaha untuk menyalakan lampu, aku tidak ingin mengambil resiko siapapun yang ada di dalam rumah ini, menyadari kedatanganku. Aku melangkah berlahan dalam diam.
Langkahku terhenti saat melihat kepingan – kepingan keramik berserakan dan cairan – cairan lengket tampak menghiasi lantai. Rasa panik semakin menjalariku. Kupercepat langkahku menuju lantai dua, dan melangkah ke kamar Jessica. Dan tepat saat aku mencapai kamar Jessica, kamar itu telah tampak benar – benar berantakan. Pintu kamar dan pintu lemari terbuka lebar. Selain itu, di lantai kamar terdapat cipratan – cipratan darah.
“AAAARRRRKKKKHHHHHH!!!!!!!!!!!!”
Perharianku seketika teralih, aku mendongak, dan segera menuju loteng. Aku berlari secepat mungkin, aku yakin benar bahwa suara teriakan tadi adalah suara Jessica. Dan saat aku mencapai pintu loteng, dengan segera aku membukanya.
Jantungku seakan berhenti berdetak mataku membelalak. Kulihat Jessica yang terikat dia atas kursi. Kulitnya tampak melepuh dan mengeluarkan darah serta nanah. Selain itu tubuh dan wajahnya juga penuh dengan luka – luka dalam yang masih mengeluarkan darah. Namun yang paling parah adalah, pisau yang menancap dalam hingga menembus leher Jessica.
Aku tidak bisa bergerak seakan diriku membeku. Aku tidak dapat percaya dengan penglihatanku sendiri. Kulangkahkan kakiku berlahan mendekati jasad Jessica yang kulihat. Tidak benar – benar dekat, hanya memastikan bahwa jasad itu benar adalah Jessica. Dan sedetik kemudian aku yakin, bahwa jasad yang telah mati dengan mengenaskan di hadapanku ini adalah Jessica. Aku jatuh terduduk, dadaku terasa sesak. Aku tidak dapat percaya.
“Mengenaskan, huh?”
Aku tersentak, dan menolehkan kepalaku ke asal suara. Kulihat Krystal berdiri sambil bersandar di pintu loteng yang telah tertutup sambil menyilangkan tangannya di dada. Ia mengenakan jas hujan hitam yang tampak telah ternodai oleh darah. Wajahnya juga dilumuri darah, dan senyum penuh kemenangan terlukis disana.
Aku menggeram, menatapnya dengan penuh amarah. Namun Krystal tampak tidak peduli, ia berkata,
“Pacarmu itu pernah berkata, bahwa aku telah ditakdirkan untuk kalah di dunia ini, dan apapun yang kulakukan aku akan tetap kalah. Namun sayangnya ia salah, karna pada akhirnya, ia lah yang kalah” Ucap Krystal sambil menatapku tajam.
Aku bangkit berdiri, sambil menatap Krystal penuh amarah aku berkata, “Akan kubuktikan padamu, bahwa perkataan Jessica benar”
Dan sedetik kemudian, aku menerjang kearah Krystal, mengarahkan genggaman tanganku tepat ke wajahnya. Namun Krystal mengelak, sehingga aku malah mengenai pintu loteng. Kulihat raut wajah gembira Krystal, dan itu semakin membangkitkan emosiku.
Aku terus melancarkan seranganku, namun Krystal dapat terus mengelak. Itu tidak membuatku menyerah, melainkan membuatku semakin penuh dengan emosi. Dan akhirnya, aku berhasil melayangkan pukulanku tepat ke wajah Krystal hingga ia terdorong ke belakang dan terjatuh. Aku tersenyum penuh kemenangan, ini saatnya untuk melakukan pembalasan atas kematian ketiga temanku.
-END JONGHYUN POV-
-AUTHOR POV-
Krystal terjatuh, dan itu membuat Jonghyun merasa senang. Namun dibalik semua itu, Krystal telah menyusun segala bentuk rencananya. Jonghyun bergerak mendekati Krystal, mencengkram baju Krystal, dan menariknya hingga terbangun.
Lalu Jonghyun kembali menghajar Krystal dengan kepalan tangannya. Krystal tidak melawan, tidak merintih, atau apapun. Ia tampak tenang, bahkan tersenyum kecil. Setelah itu Jonghyun mengehempaskan tubuh Krystal begitu saja ke lantai.
Dan untuk kali ini Krystal bangkit berdiri. Ia bergerak mundur, pandangannya awas mengamati gerak – gerik Jonghyun.
“Wae? Kau takut? Kau ingin lari?” Seru Jonghyun dengan wajah geli.
Krystal tidak menjawab, ia terus bergerak mundur ke salah satu sudut loteng, sementara Jonghyun terus mendekatinya. Dan tepat saat Jonghyun sudah akan kembali menyerangnya. Krystal menghantam Jonghyun dengan tendangannya, dan mendorongnya kebelakang, membuat Jonghyun oleng atas serangan tak terduga itu
Dengan cepat Krystal menggunakan kesempatan itu untuk menyambar linggisnya yang ia sandarkan di sudut dinding loteng. Lalu Krystal segera mengarahkan linggis itu ke tungkai kaki Jonghyun.
“Akh!”
Jonghyun terjatuh, dan disaat yang sama Krystal sudah tidak tertarik lagi untuk bermain – main ia mulai menghantamkan pukulan – pukulannya dengan linggis yang ia pegang ke seluruh tubuh Jonghyun. Belum sampai semenit, Krystal merasakan dirinya kelelahan.Ia menatap Jonghyun yang telah tak sadarkan diri, ia mungkin sudah mati, dan kalaupun belum, ia akan mati sebentar lagi.
Krystal terengah, melemparkan linggis yang ia genggam dengan asal ke salah satu sisi ruangan. Ia melangkahi Jonghyun yang tergolek di lantai, melewati jasad Jessica yang terikat, dan langkahnya terhenti saat melihat sebuah cermin berdebu yang tergantung di dinding loteng.
Atas sebuah dorongan, Krystal berdiri di hadapan kaca tersebut. Mengelap debu yang menempel dengan telapak tangannya. Dan sesaat kemudian, ia mulai mengamati bayangannya sendiri.
-END AUTHOR POV-
-VICTORIA POV-
Kulihat motor Jonghyun tergeletak tepat di depan rumah Jessica. Tampaknya ia menjatuhkannya begitu saja saat ia sampai. Aku menelan ludah, perasaanku semakin tidak enak. Dengan sedikit takut, aku melalui pagar rumah yang terbuka. Aku berjalan tanpa menoleh.
Aku melangkah cepat menuju pintu depan rumah. Sesampainya di depan pintu rumah, aku menghembuskan napas, mencoba menenangkan diriku, yang semakin merasa tegang. Aku baru saja hendak membuka pintu rumah, saat mendengar suara gemeresek di belakangku.
Dengan cepat aku menoleh ke asal suara. Dan lagi – lagi, aku tidak melihat ada siapapun disana. Kulayangkan pandanganku ke sekeliling, namun aku tetap tidak menemukan seorangpun selain diriku. Walau begitu aku yakin benar ada orang lain didekatku.
“NUGUYA???!!!!” Teriakku.
Sunyi, tidak ada jawaban. Dan tidak ada yang dapat aku lakukan. Aku tidak mungkin menghabiskan waktuku untuk mencari orang itu. Aku harus masuk ke dalam rumah sekarang.
Setelah kembali menghela napas, aku mendorong pintu depan rumah yang tidak terkunci hingga terbuka. Aku melangkah masuk, dan merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Tidak ada satupun lampu yang menyala di rumah.
“AAAAARRRRKKKKHHH!!!!!!”
-END VICTORIA POV-
-AUTHOR POV-
Krystal diam terpaku dihadapan cermin, menatap bayangan wajahnya yang dihiasi darah merah yang telah mengering dan rambutnya yang acak – acakan, dengan mata membelalak.
“Annyeong..” Sebuah suara mengejutkannya, ia melirik ke samping kiri dan kanannya, namun tidak menemukan siapapun yang berdiri di dekatnya,
Ia kembali memfokuskan pandangannya ke cermin, ada pantulan wajahnya, tapi tidak.. Sorot mata itu lebih tajam, dengan sejuta dendam dari senyuman seringainya yang licik dan bengis.
“Andwae!!!
Wanita di cermin itu terkekeh, “Sekarang kamu sudah tahu kan siapa aku?”
Krystal mundur beberapa langkah kebelakang masih dengan tatapan tak lepas dari cermin, kakinya terasa mengawang di udara.
“Aku Yuri, orang yang selama ini mengisi tubuhmu itu selain kamu, orang yang selalu memperhatikanmu, orang yang memikirkan rencana – rencana licik untuk membalas dendam, menikmati setiap kematian – kematian mengerikan dengan hati lapang, senang bertemu denganmu” Yuri tersenyum sungging di dari dalam kaca.
Yuri adalah kepribadian lain yang ada di tubuh Krystal. Yuri adalah orang yang mengambil alih tubuh Krystal, merencakan dan melaksanakan pembunuhan – pembunuhan licik untuk melakukan balas dendam. Menghapus segala barang bukti sehingga Krystal tidak tertangkap dan berada dalam kondisi yang aman.
Yuri adalah sosok yang sangat licik dan penuh dengan emosi. Ia lima tahun lebih tua dari Krystal. Ia membenci orang – orang yang memperlakukan Krystal dengan seenaknya. Karna itulah ia melakukan segala pembunuhan ini. Ia tahu bahwa apa yang ia lakukan adalah keingin Krystal yang Krystal pendam dalam – dalam.
Di depan cermin gambaran itu melintas cepat. Kini pikiran Krystal terasa kacau, kesedihan, kemarahan, dan sakit merongrong jiwanya hingga menimbulkan rasa ngilu yang mencabik – cabik . Ia bahkan merasa tidak mengenali dirinya lagi. Awan hitam berarah memenuhi kepalanya, mendung kelabu yang dingin menusuk – nusuk ulu hatinya, tenggorokkannya pun tercekat di dorong rasa haus yang luar biasa.
Sekelebat rasa sakit menari – nari mengibarkan momen lain dimana dirinya pernah melihat Yuri untuk pertama kalinya. Momen yang selama ini ia kira hanya sebuah mimpi yang samar. Hari itu Krystal meninggalkan taman, setelah ia terjebak oleh akal muslihat Minho dan kawan – kawannya.
“Sudah kubilang” Ucap Yuri.
Krystal tidak dapat berkata apa – apa, ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja Minho lakukan padanya. Perkataan Minho dan teman – temannya terngiang di kepalanya, membuat ia berharap dirinya hilang,
Dasar orang aneh..Yoeja murahan..Tidak berpendidikan..Miskin..
“Aku akan membalas mereka” Ucap Yuri.
Krystal menggeleng, “Aku mungkin akan kalah di kehidupan ini, tapi rasa bersalah akan menghukum mereka yang menyakitiku”
Mendengar perkataan itu, Yuri tertawa. Ia terus tetawa, dan disaat itu juga, ia mengambil alih tubuh Krystal. Ia berbalik meninggalkan taman tanpa memperdulikan Jessica, Minho, dan Jonghyun yang terus meneriaki dan melemparkan kerikil – kerikil kecil ke arahnya.
Belum jauh ia meninggalkan taman, ia melihat Tiffany. Dan akal licik dengan segera mendatanginya. Yuri memungut jas hujan hitam dari tong sampah yang berada di dekatnya, dan mengambil linggis yang ia temukan. Sesaat kemudian, ia menyergap Tiffany, membunuhnya, dan membersihkan segalanya hingga tidak ada satupun bukti yang mengarah pada Krystal. Yuri pula lah yang membunuh Minho, dan melakukan penyerangan terhadapa Jessica dan Jonghyun.
Krystal merasakan seluruh tubuhnya gemetar, ia membalik tubuhnya, dan matanya langsung menangkap mayat Jessica yang terikat dikursi dengan pisau menancap di lehernya, dan Jonghyun yang tergolek tak bergerak di lantai. Sesaat kemudian Krystal berteriak histeris, ia kembali menatap ke kaca dengan nanar. Tidak dapat percaya dengan apa yang terjadi.

“AAAAARRRRKKKKHHH!!!!!!”
Jonghyun yang mendengar teriakan Krystal berlahan membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa nyeri, ia tidak yakin dapat bangkit, namun ia memaksakan dirinya dengan sekuat tenaga. Hingga akhirnya ia berhasil bangkit berdiri.
Matanya tertuju pada Krystal yang tengah menghadap kaca yang tergantung di dinding, Krystal terlihat sangat galau. Jonghyun menyeret langkahnya, bermaksud menyerang Krystal saat ia tengah lengah seperti ini.
Dan ia sadar, bahwa ia perlu menggunakan senjata, agar dapat dengan cepat membunuh Krystal. Namun ia tidak memiliki senjata apapun, hingga matanya tertuju pada mayat Jessica yang masih terikat di kursi. Matanya menatap ke arah pisau yang menancap hingga menembus leher Jessica. Ia tidak bisa membayangkan apabila ia menarik pisau itu, namun ia juga tidak bisa membayangkan apabila ia melewatkan kesempatan untuk membunuh Krystal.
Jonghyun pun menetapkan hatinya, ia bergerak mendekati Jessica dalam diam, sambill berharap agar Krystal tidak sadar atas apa yang sedang ia lakukan. Dan saat ia telah berada tepat di hadapan Jessica ia merasakan jantungnya mencelos, dadanya teras sesak, dan perutnya terasa mual. Entah bagaimana ia melakukan ini.
Jonghyun mengulurkan tangannya, menggenggam pegangan pisau itu. Jonghyun membayangkan kepala Jessica yang terguling lepas saat ia menarik pisau itu, dan ia benar – benar tidak ingin itu terjadi. Jadi, Jonghyun menarik pisau itu pelan, sambil mengalihkan pandangannya dari Jessica. Dan saat pisau itu terlepas dari leher Jessica, tanpa menoleh lagi ia segera beralih mendekati Krystal.
Ia menggenggam pisau itu erat, dan mulai membayangkan dirinya menancapkan pisau ini tepat di jantung Krystal. Krystal masih belum sadar, saat Jonghyun mendekatinya. Napas Jonghyun memburu, genggamannya semakin erat. Dan Jonghyun menyadari bahwa bayangan dirinya terpantul di kaca.
Dan saat Krystal melihat pantulan bayangan Jonghyun dari kaca, ia berbalik menghadap Jonghyun. Dan saat itu pula, Jonghyun mengayunkan pisaunya ke atas, mengarahkannya tepat ke jantung Krystal.
-END AUTHOR POV-
Aku terlonjak kaget saat mendengar suara teriakan dari lantai atas. Tanpa pikir panjang, aku segera melangkah cepat menuju tangga di tengah kegelapan ruangan ini. Sesekali aku terantuk barang – barang di depanku, namun aku tidak begitu memperdulikannya dan tetap bergerak.
Namun langkahku seketika terhenti saat melihat kepingan – kepingan keramik dan cairan lengket menghiasai lantai di dekat tangga. Kurasakan diriku bergidik, rasa takut kembali merayapiku.
Sesaat kemudian suara – suara di atas semakin ribut. Aku mendongak, bertanya – tanya apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya, aku berhasil mengumpulkan keberanianku, dan memaksakan diriku untuk menaiki tangga menuju lantai dua. Dan saat aku sampai, aku menyadari bahwa suara – suara itu berasal dari loteng.
Kupercepat langkahku, dan saat aku berhasil menemukan pintu loteng yang tertutup, aku segera membukanya. Pemandangan pertama yang kulihat berhasil membuat jantungku seakan berhenti berdetak.
Jonghyun yang menghujamkan pisau yang ia genggam tepat ke jantung Krystal. Ia menancapkannya begitu dalam, mata Krystal membelalak, ia tampak terkejut. Sesaat kemudian ia mulai tersegal, dan berlahan jatuh tergolek ke lantai. Ia sekarat, kakiku gemetar, terlebih saat menyadari keberadaan Jessica di tengah ruangan.
Kupaksakan kakiku bergerak mendekati Krystal. Jonghyun telah menjauh, matanya tetap tertuju pada Krystal, dapat kudengar ia berkata,
“Kau sudah ditakdirkan untuk kalah, apapun yang kau lakukan, kau akan tetap kalah” Dan sedetik kemudian Jonghyun jatuh terduduk.
-END VICTORIA POV-
-AUTHOR POV-
Victoria merasakan dirinya akan pingsan. Namun ia berusaha untuk menguatkan dirinya. Dengan tubuh yang bergetar, Victoria bergerak mendekati Krystal. Ia mendudukkan dirinya di sisi Krystal, sambil memandangnya dengan tidak percaya.
Entah apa yang harus ia lakukan, ia tidak punya cukup tenaga untuk memapah Krystal keluar, dan mencoba menyelamatkannya. Dan ia rasa Jonghyun juga tidak akan membiarkan dirinya membantu Krystal agar tetap hidup.
“Krystal..” Bisik Victoria.
Krystal yang sekarat memandang Victoria sekilas. Namun pandangannya seketika teralih, ke pintu loteng yang telah terbuka lebar. Tangannya menggapai – gapai. Victoria mengernyit heran, dan mengikuti ke arah yang Krystal lihat. Tetapi ia tidak menemukan apapun.
“Apa yang kau lihat?” Tanya Victoria.
Krystal membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Victoria merasa bahwa ia tidak sanggup lagi berbicara. Walau begitu pandangan Krystal tetap terarah pada pintu loteng yang terbuka, Victoria tidak mengerti apa yang Krystal lihat. Dan sebelum dirinya mencerna segalanya dengan baik, Krystal menghembuskan napas terakhirnya.
-END AUTHOR POV-
-VICTORIA POV-
Malam setelah kejadian itu berlalu begitu saja. Orang tua Jessica menuntut keluarga Krystala atas kematian anaknya. Jonghyun selamat, namun masih dirawat di rumah sakit. Aku juga sempat dirawat, namun hanya tiga hari, karna memang tidak ada sesuatu yang benar – benar mencelakaiku. Semua yang terjadi belakangan ini adalah sesuatu yang benar – benar menyedihkan sekaligus menyeramkan.
Dan hari ini adalah hari pemakaman Krystal. Krystal baru dapat di makamkan sekarang, karna sebelumnya ia di otopsi terlebih dahulu, entah untuk apa. Dan di pemakaman Krystal hanya ada tiga orang yang datang. Aku, Sulli, dan Leeteuk ahjussi. Selain kami, tidak ada yang sudi untuk melayat Krystal. Mereka berkata, ‘Apa gunanya melayat seorang pembunuh?! Pembunuh seharusnya mati tanpa acara apapun’. Itu pula yang diucapkan oleh orang tua Krystal dan sanak saudaranya yang lain.
Tidak peduli, berapa kali aku dan Leeteuk ahjussi menjelaskan kepada mereka mengenai disosiasi yang diderita Krystal. Namun setelah dipikir – pikr, Krystal juga tidak akan peduli pada siapapun yang datang untuk melayatnya. Karna kupikir satu – satunya orang yang ia pedulikan adalah Sulli.
“Krystal eonni..” Ucap Sulli, “Eonni, istirahatlah yang tenang. Eonni tidak perlu khawatir, karna ada aku disini” Lanjut Sulli.
Aku mengernyit, tidak mengerti dengan arah pembicaraan Sulli. Namun aku tidak terlalu memusingkannya, Sulli pasti syok, atas kematian kakak satu – satunya itu.
“Ayo, kita pulang!” Ajak Leeteuk ahjussi sambil menggandeng Sulli dan menuntunnya untuk pulang.
Untuk terakhir kalinya aku menatap kuburan Krystal, “Istirahatlah yang tenang, Krystal” Bisikku.
Lalu aku mengalihkan pandanganku ke langit biru cerah hari ini. Dalam hati aku berharap, agar hari esok dan seterusnya, akan baik – baik saja.
-END VICTORIA POV-
-AUTHOR POV-
Jam menunjukkan tepat pukul dua belas malam. Sulli berdiri di balik salah satu pintu pasien. Ia mengintip dari jendela yang ada di pintu tersebut. Dari sana ia dapat melihat, sosok Kim Jonghyun yang tengah tertidur pulas dengan selang impus di tangannya.
Melihat orang itu membuat Sulli merasa ingin menangis lagi. Pikirannya kembali di malam saat ia diam – diam mengikuti Victoria eonni, dan dengan mata kepalanya sendiri, menyaksikan Kim Jonghyun yang membunuh kakaknya dengan pisau. Dan Krystal eonni yang memandang dirinya yang bersembunyi di balik pintu loteng. Sulli menangis dalam diam, bertatapan dengan kakaknya yang akan merenggang nyawa. Tatapan nanar kakaknya masih jelas diingatan Sulli.
Air mata Sulli berlahan mengalir keluar. Dengan segera, Sulli menghampus air matanya. Ia menggenggam erat jam tangan lumba – lumba pemberian terakhir dari kakaknya. Ia mengenakan jam itu di pergelangan tangannya.
Dan setelah berhasil menenangkan diri, ia membuka pintu pasien itu perlahan, ia melangkah seringan mungkin. Setelah berada di sisi tempat tidur, ia memandang jijik ke arah Jonghyun yang masih tertidur pulas.
Sulli merogoh salah satu saku jas hujan hitam yang dipakainya, dan menarik keluar sebuah pisau tajam mengkilap. Tangannya gemetaran, namun tekadnya sudah bulat. Ia menggenggam pegangan pisau itu dengan kedua tangan. Dan dengan sekali ayunan, pisau itu menancap dalam tepat di jantung Jonghyun, mencipratkan darah dan menodai wajah Sulli.
“Kita menang eonni..”


Waaahhh…!!!!! Akhirnya tamat!!!! Seneng juga akhirnya Two In Me tamat, tapi sedih juga nggak bisa nulis Two In Me lagi!!! Bagaimanapun juga jeongmal gomawoyo buat reader yang udah setia baca Two In Me dari chap pertama sampe terakhir. Terutama yang udah ngasih komen dan like, nomu nomu gamsahamnida.
Oya, mianhaeyo kalau endingnya nggak sesuai dengan yang diharapkan. Gantung ya? Kekeke~ kayaknya author udah kebiasaan bikin cerita gantung, mohon dimaklumi! Aaaaahh..,nggak tau mau ngomong apa lagi, pokoknya gomawo..
Walau ini chap terakhir, aku masih mengharapkan komen dan like nya loh! *kedip2* hehehe..Tunggu ff aku yang lainnya, dan semoga ff aku yang lainnya bakal lebih bagus dari Two In Me, amin^^


41 thoughts on “TWO IN ME CHAP.8 (LAST CHAPTERED)

  1. eonnie.. keren banget…hikzz.. krystal mati…ANdwe…!! s stuju dgn perbuatan sulli…

    bkin donk edisi spesialnya… hhe_^^

    Like

    1. Adegan spesial, hahaha..,blm ada rencana tuh! Ntr y, dipikir – pikir dulu!
      Gmawo dah baca n comment, tunggu FF ku yg lain ya!

      Like

  2. hyaa T.T krystal nya mati.
    Sulli kau mengikuti jejak eonnimu? widih, keren *apanya yg keren?==”*
    padahal aku ga mau dulu tamat, kirain end nya orangtua krystal bakal maafin dia, ternyata ngga. sadis. *NP Afgan_Sadis* kkk~

    Like

    1. Orangtuanya Krystal nggak bisa diandalin, dah pada sarap, hehehe..
      Gomawo dah baca, comment, n like..Tunggu n baca FF ku yg lain’na ya!

      Like

  3. Aigo~ Sulli Juga Ikut Punya dendam >.<
    Tapi kasian Krystalnya Yang Nge-layat cma 3 orang
    Ortunya gak ada rasa kasian padahal Leeteuk Ajjushi udh nge jelasin panjang lebar.
    di tunggu FF yang lain ya ^^

    Like

    1. Huwaaa squel??!! Permintaan yang paling ditakutkan, hehehe..
      Author nggak kepikiran bikin squel, mian hehehe…
      gomawo dah baca n comment ya!

      Like

  4. WAW SERU SERU SERU………………….

    KEREEEEEEEEEENNNNNNNNN BIN SANGAT POKONYA AUTHOR^^

    SADIS BUANGETTTTT….HEHEHEHE #EVIL LAUGH

    HIKS AGAK SEDIH COZ KRYSTAL MATI… HUHUHU…

    KASIAN BANGET SI NASIB KRYSTAL 😥

    TP THX TO SULLI………… SULLI KERREEEEEEEENNNNNNNNNN… DIA BALES DENDAM BUAT EONNIENYA….

    NI FF BNER2 DAEBAK… SALUTO BUAT AUTHOR 🙂

    10 JEMPOL BUAT AUTHOR… 6 JEMPOL PINJEM TEMEN ^_^

    Like

    1. Wuaahhh..,ini komen nya sambil teriak ya? kekeke~
      Sampe segitunya kah? Hohoho..,aku jadi malu..
      Seris nih, dikasih 10 jempol? *peluk YoonKi*
      Gomawo dah baca Two In Me dari awal sampe abis dan ngasih komen..

      Boleh dong! FB aku : Gladiz Cassiopeia

      Like

      1. #hug author back 🙂

        teriak2 dalam hati author… xxexe (soalnya aku baca ni tengah malem… ntr klo teriak2 bisa2 di marahi ama tetangga… haha #plak)

        Aku bacanya nyaris gak berkedip (berkedip si skali2… ahihihi)
        serius kok author kasi 10 jempol^^
        KEREEEENNNN BANGET POKOKNYA!!!

        gomawo dah ngasi alamat fbnya^^ …. ntr fbku di confirm ya… hhe (ntr da nma yoonkinya jga)

        Like

  5. Aihh keren.. Yuri ccok bnget jdi pmeran psikopat muka liciknya itu lho, tapi dya hbat selalu ngelindungin Krys.. Hoo adek kakak psikopat harusnya sekalian bikin Sulli bunuh org tuanya, kesel deh ama org tuanya ttep aja gak percaya anknya..

    Like

    1. Hohoho..,pdhl author sempet bingung loh, mau pilih siapa yang dijadiin kepribadian ganda’na Krystal..Jadi author pilih bias author di SNSD aja, hehehe..
      Sulli nya terlalu polos (polos kok bunuh orang?), jadi nggk bunuh ortu’na..
      sampe nangis? waahh..
      Gomawo dah baca n comment ya^^

      Like

  6. Chingu! Aku bener bener suka sama ini cerita !
    Keren banget jalan ceritanyaaa !
    Aku udh mikir yang ngikutin Vic Eomma itu pasti Sulli dan pasti Sulli bakalan bales dendam =)) #bangga
    1000 thumbs deh (y)

    Like

    1. Waah..,hebat tau Sulli yang ngikutin, chingu detektif ya? kekeke~
      Wah dikasih 1000 thumbs *peluk juga deh*..
      Gomawo dah baca Two In Me dan comment^^

      Like

  7. Bikin edisi untuk Sullie juga.. Sekarang giliran sullie yang melnjutkannya. Two in me season 2. Ayoo dong authorrr. Pleasee

    Like

  8. Waaaah,keren saeng ah~~~~~
    akhir yg ga terduga..
    awalnya emg sempet mikir kalo krys bakal mati,tp aku ngayalnya malah vic / sulli yg terpaksa mbunuh krys..hehe
    ternyata si Yuri ya..
    wooo
    jd kalo gitu Krys kerasukan dong bukan disosiasi..
    Tp musuhnya tggal jong kan ? brarti sulli ga bakal bunuh org lagi kan ?
    trs msh penasaran knpa ortunya krystal gitu banget sm krys,knpa se sebenernya ? -_-”

    ah pokoknya ditunggu ff2 kyak gini yg laen ya saeng 😉

    Like

    1. Anio, Krystal disosiasi^^ Yuri itu kepribadian lain dalam diri Krystal, memang mirip kerasukan sih, tapi nggak gitu juga. Gimana ya?! Nggak tau deh!*lah?* Hehehe..,pokoknya ujung2’nya Krystal sadar kalau dia punya kepribadian lain *THE END* Kekeke~ mian eonni bingung gimana jelasinnya *babo*
      Iya, musuhnya udah abis, jadi Sulli nggak bunuh siapa2 lagi^^ Ortunya Krystal itu sarap, eonni…*?* kekekeke~ Ortunya itu malu krna Krys dikeluarin dari sekolah krna narkoba, sdngkn keluarganya Krys paling anti sama yang begituan..Dan ortunya Krys memang bukan ortu yang pemaaf, semacam itulah..

      Sip^^ Gomawo dah baca Two In Me sampai tamat ya, eonni!^^

      Like

  9. ortux krystal yg salah dlm kjdian in..!mreka sungguh ortu yg kjam dan tdk perhatian..
    Sull yg kau lkukan sdh bnar..
    Vic onnie shbt sjati..

    Like

Leave a comment