Two In Me Chap. 2


Title     : Two In Me Chap. 2

Author            : Adizz a.k.a Kim Jing Su a.k.a Gladiz (Tpi biasa’na aku nongol pke username Gladiz Cassiopeia)

Rating            : PG-13

Length: Chaptered

Genre : Thriller, Mystery ====>Pengenna sih bgtu..

Cast    : Krystal Jung F(X)

Other Cast : Kim JongHyun, Choi Minho, Victoria, Sulli, Jessica, Tiffany.

Aku kembali! Apakah sudah pada nunggu?*dikacangin*, hehehe. Mungkin part ini bakal ngebingungin, dan sadis’na juga mungkin baru berasa di part 3 nanti. Jadi, sabar ya..

Sekarang silakan dibaca..

Ps : Plotnya nggak sepenuhnya punya aku, ini trinspirasi dari novel thriller ‘Don’t Tell Me Anything’ dengan perubahan.

-VICTORIA POV-

“Krsytal, buka pintunya! Ini aku, Victoria!” Teriakku sambil menggedor – gedor pintu kamar Krystal. Sudah lima menit, Ummanya Krystal juga sudah berkata padaku kalau belum tentu, Krystal mau membukakan pintu kamarnya. Ia masih saja mengurung dirinya di kamar.

“Krystal!” Teriakku lagi.

Tiba – tiba saja pintu kamar terayun terbuka. Aku mematung masih dengan tangan yang siap untuk kembali menggedor – gedor pintu. Dapat kulihat rambut Krystal yang aut autan, wajahnya kusut. Ia melangkah minggir, memberikan jalan untukku.

Namun aku tidak bergerak, mataku membelalak melihat keadaan kamar Krystal yang sudah melebihi kapal pecah, sampah berserakkan dimana – mana, pakaian kotor bertebaran di lantai kamar yang tampak basah, sangat berbeda dari sebulan lalu saat terakhir kali aku kesini.

“Ya, kau mau masuk tidak!” Tegur Krystal yang mendapati aku hanya diam tidak bergerak. Aku melirik ke arah Krystal, dan dengan ragu – ragu melangkah masuk.

Cklik..

Dari sudut mataku aku dapat melihat Krystal yang kembali mengunci pintu kamarnya. Sambil menjinjit aku bergerak menuju bagian lantai yang lebih bersih. Aku mengerutkan hidungku saat mencium bau amis dari salah satu sudut kamar.

Krsytal menghempaskan tubuhnya di kasur. Tampak tidak memperdulikan banyaknya bungkus – bungkusan serta rempah – rampah makanan yang berserakan di atasnya. Masih terus berjinjit, aku mendudukkan diriku di ujung tempat tidur.

“Ada apa?” Tanyanya.

Aku mendengus, “Seharusnya aku yang bertanya begitu.”

“Memangnya aku kenapa?”

“Kenapa hp mu tidak pernah aktif? Kenapa kau mengurung dirimu di kamar? Dan kenapa kamarmu jadi seperti kapal pecah seperti ini?” Aku balik bertanya.

Krystal diam sesaat, lalu menjawab, “Aku membuang hpku, tapi aku tidak tahu dimana tepatnya. Aku tidak tahu kenapa aku mengurung diriku di kamar, dan aku juga tidak mengerti bagaimana bisa kau menyebut kamarku seperti kapal pecah”

Aku mengernyit, merasa bingung dengan jawaban Krystal. “Kenapa kau membuang hpmu? Dan bagaimana kau bisa tidak ingat dimana membuangnya?”

“Mollado” Jawab Krystal.

“Kau tidak bisa bilang tidak tahu,” Sergahku, “Kamarmu benar – benar seperti kapal pecah. Sampah berserakkan dimana – mana, padahal aku tahu kamu bukan tipe orang seperti itu” Tuduhku sambil menatap lurus ke Krystal.

Krsytal kembali terdiam, ia memejamkan matanya, dahinya membentuk kerut – kerutan kecil, sementara kedua tangannya menekan pelipisnya kencang – kencang. Aku bergeser sedikit, “Waeyo? Kepalmu sakit?” Tanyaku sedikit khawatir.

“Ani..,tapi berhentilah bertanya padaku.” Bisik Krystal lirih.

Kini giliran aku yang terdiam. Pasti ia masih sangat tertekan, pikirku. Kehidupan Krystal sangat keras.

Ia selalu diganggu oleh teman – teman di sekolah, atau lebih tepatnya oleh Jessica, Tiffany, dan JongHyun. Diganggu dalam pengertianku bukan diganggu dalam hal remeh, namun hal yang kelewatan. Tiffany sering sekali merampas lembar ulangan Krystal agar dapat mencontek jawabannya. Dan apabila aksinya ketahuan, ia akan dengan mudah memutar balikan fakta. Sementara Jessica sering memfitnah Krystal hingga beberapa kali Krystal terkena skorsing. JongHyun menggangu Krystal semata – mata hanya untuk mebuat Tiffany dan Jessica senang. Beberapa kali JongHyun menyerempet Krystal dengan motor hingga Krystal luka – luka. Itu hanya sebagian kecil dari ulah – ulah mereka.

Walau begitu, orangtua Krystal tampak tidak peduli dengan keadaan anaknya. Mereka lebih khawatir dengan Tiffany, Jessica, dan JongHyun. Pernah suatu saat Jessica mendorong Krystal hingga terjerembab masuk ke selokan, lau Krystal membalas perbuatannya dengan melayangkan tamparan ke pipi kanan Jessica. Karna perkelahian tersebut, orangtua mereka dipanggil. Namun tidak ada pembelaan sama sekali dari umma Krystal. Umma Krystal malah mendesak Krystal untuk mengakui kesalahannya dan meminta maaf secara resmi di depan kelas.

Rasa bersalah mulai menyelimutiku, aku tidak dapat membantunya karna kedaan keluargaku sendiri juga tidak lebih baik darinya.

Krystal membuka matanya dan mengerjap – ngerjapkannya sesaat. Tangannya bergerak ke balik bantal dan menarik remote televisi dari bawahnya. Ia mengarahkan remote telivisi itu ke tv yang ada di sebrang tempat tidur dan menekan tombol power.

Aku tersentak saat tv menyala dengan volume besar yang memekakkan telinga. Namun aku tidak berkomentar apa – apa dan terus diam sambil mengamati acara bincang – bincang membosankan yang biasa di saksikan oleh para orangtua.

Sesuatu menyergap otakku, sesuatu yang menjadi alasan utama mengapa aku mengunjungi Krystal, yang entah bagaimana bisa aku lupakan selama sesaat tadi. Aku menoleh kea rah Krystal yang diam dengan mata menerawang. Tampak tidak mengamarti acara tv di hadapannya.

“Apa kau sudah tahu?” Tanyaku dengan antusias.

Seakan baru sadar dari lamunan panjang ia memutar bola matanya dan menatapku, “Mwo?” Ia balik bertanya.

“Tiffany sudah meninggal”

-END VICTORIA POV-

-KRYSTAL POV-

Satu – satunya suara yang memecahkan keheningan kamar adalah televise yang kunyalakan keras – keras. Menurutku, memang itulah fungsi utama mengapa televisi diciptakan, mengapa ada radio di mobil, dan suara – suara musik yang memekakkan telinga. Yaitu, untuk memecahkan keheningan canggung dan menegangkan.

Aku tidak sedikitpun memperhatikan acara di televisi, pikiranku melayang jauh ke dalam sebuah lamuan.

“Apa kau sudah tahu?”

Pertanyaan Victoria membuyarkan lamunanku, aku memutar mataku, dan memfokuskan mataku padanya. Ia tampak sangat antusias, “Mwo?” Aku balik bertanya.

“Tiffany sudah meninggal.” Jawab Victoria dengan seringai lebar di wajahnya.

Aku membelalak, mulutku membulat, perkataan Victoria membuat kepalaku pening, “Mwo?” Aku kembali bertanya.

“Tiffanya sudah meninggal” Ulang Victoria sambil menekankan intonasinya di kata meninggal.

“Bagaimana?” Tanyaku masih dengan rasa terkejut dalam diriku.

“Ia dibunuh. Apakah kau tidak menonton berita?”

Aku menggeleng pelan tanpa berkata apa – apa, kepalaku semakin terasa pening dan nyeri, seakan ada yang memukul kepalaku keras – keras dengan palu. Aku meraih remote tv yang tadi aku lemparkan ke pinggir tempat tidur dan men turnoff tv yang kunyalakan, agar dapat mendengar penjelasan Victoria dengan lebih jelas.

“Tiffany menghilang empat hari yang lalu, dan jasadnya ditemukan keesokan harinya.”

“Dimana?” Tanyaku dengan nada tidak percaya.

“Di sebuah lorong kecil yang sudah tidak terpakai lagi. Ada di dekat taman yang sering kita kunjungi”

“Kenapa kau syok begitu?” Tanya Victoria sambil terkekeh.

“Wajar sih, awalnya aku juga syok. Tapi sebenarnya tidak seburuk itu, Jessica, JongHyun, dan Minho jadi sering terlihat gelisah. Hingga tidak lagi terlalu peduli kepada kami. Maksudnya, mereka jadi tidak sering membuat keributan yang menyusahkan kami lagi. Walau bukan berarti mereka berhenti” Ujar Victoria. Berita mengejutkan ini terasa sulit untuk dicerna dengan jelas olehku.

Bagaimana bisa Tiffany meninggal? Empat hari lalu Tiffany dinyatakan meninghilang, padahal empat hari lalu adalah hari Kamis. Tepat saat kejadian di taman. Tapi ia tidak bersama dengan Minho dan lainnya kan? Namun Jessica berkata bahwa sebenarnya Tiffany juga menuju ke taman. Akan tetapi aku tidak bertemu dengannya sama sekali. Aku juga tidak berpapasan dengannya saat aku hendak pulang. Atau lebih tepatnya aku tidak yakin. Entahlah, aku tidak ingat. Yang kuingat hanyalah aku terbagun di tempat tidurku dengan keringat yang membanjiri tubuhku.

“Ya, Krystal! Kau dengar aku atau tidak!” Tegur Victoria.

Aku tersentak, “Nde?”

“Ah, sudahlah!” Victoria mengibaskan tangannya, “Aku harus pulang sekarang. Sudah terlalu sore” Ia mengumumkan dan bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu.

Aku ikut bangkit untuk mengantarnya walau hanya sampai pintu kamarku. Sebelum pergi, Victoria berpesan padaku agar membersihkan kamarku dan keluar dari kamarku. Aku heran, memang apa yang salah dengan kamarku? Apa lagi yang harus aku bersihkan?

Keesokan harunya, di malam hari aku mendengar teriakan – teriakan Umma dari lantai bawah. Sesekali kudengar namaku di sebut – sebut, entah apa yang sebenarnya tengah Umma bicarakan.

“KRYSTAL ITU ANAK PEMBAWA SIAL! INI SEMUA PASTI GARA – GARA DIA!” Raung Umma.

Jantungku seakan berhenti berdetak, umpatan – umpatan Umma masih terdengar, kini diiringi derap langkah cepat menuju kamarku. ‘Apa yang terjadi?’ Pikirku.

“YA! ANAK PEMBAWA SIAL! GARA – GARA KAU APPAMU DI PECAT! GARA – GARA KAU SULLI JATUH SAKIT! INI SEMUA GARA – GARA KAU!” Raung Umma dari balik pintu kamar.

“DASAR TIDAK TAHU MALU! KAMU SUDAH MENCEMARKAN NAMA BAIK KELUARGAMU! KELUAR KAMU!” Teriak Umma sambil menggedor – gedor pintu kamar.

“MENYESAL AKU PUNYA ANAK SEPERTIMU! PERGI KAMU!”

Aku menekan telingaku dengan tangan kuat – kuat. Tidak ingin lagi mendengar perkataan Umma. Kupejamkan mataku rapat – rapat. Diriku dirindungi oleh kebingun dan kemarahan. ‘Ada apa sebenarnya ini?’ Pikirku. Teriakan Umma semakin melemah, hingga akhirnya aku hanya dapat mendengar gumaman – gumaman lemah, dan akhirnya hening.

Ruangan kamarku gelap, lampu kubiarkan tidak menyala. Aku menatap cermin di hadapanku dengan tatapan hampa, terpekur beberapa lama dengan pikiran kosong. Ketika aku memutuskan untuk beranjak dari posisi duduk, mataku tidak sengaja menoleh ke jam weker, pukul sepuluh malam. Aku tersentak, kemudian beranjak mengambil jam tangan. Waktu yang sama dengan jam weker, berarti kurang lebih tiga jam sudah aku mematung tanpa bergeming.

“Aneh, aku merasa baru duduk tiga menit” Batinku seraya membuka jendela yang telah menghamparkan warna pekat malam. Berhembus angin tipis dingin menyentuh kulitku.

-END KRYSTAL POV-

-AUTHOR POV-

Keesokan paginya, Krystal bangun dan merasakan kepalanya terasa lebih ringan dari biasanya. Seakan – akan segala beban dalam dirinya telah terangkat. Ia bangkit dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah berganti pakaian, ia benar – benar merasa lebih segar.

Untuk pertama kalinya sejak di keluarkan dari sekolah, ia keluar dari kamar tanpa harus sembunyi – sembunyi. Krystal menuruni tangga menuju dapur dan mendapati ibunya tengah menata makanan – makanan di atas meja.

“Ah, Krystal kau sudah bangun” Sapa ibunya sambil tersenyum cerah. Senyum yang telah lama tidak ia lihat.

“Unnie tidur lama sekali”

Krystal menoleh dan mendapati dongsaengnya, Sulli tengah asyik menjilati es krim di tangannya. Sementara tangannya yang lain berada dalam genggaman Appanya. Krystal tidak tahu kapan dan darimana mereka muncul.

Yang Krystal tangakap hanyalah Sulli dan Appanya duduk di kursi meja makan seperti biasanya. Krystal memperhatikan Appanya yang tengah menyerap kopi yang telah disiapkan oleh Umma, “Kenapa hanya diam disana? Ayo kita sarapan bersama – sama” Ajak appanya ramah.

“Nde, ayo sarapan! Kau pasti lapar!” Ummanya menimpali.

“Kalau unnie tidak mau sarapan, biar jatah unnie aku yang makan” Kata Sulli sambil menyeringai. Rambutnya acak – acakan, jelas terlihat ia baru bangun tidur. Krystal teringat bahwa ini adalah hari Minggu, jadi Sulli tidak perlu bangun pagi – pagi untuk berangkat ke sekolah.

Krystal terbengong – bengong mendapati perubahan drastis di rumahnya. Pagi ini terasa tidak seperti biasanya. Biasanya, Umma Krystal selalu menyiapkan sarapan sambil menggerutu, membicarakan seberapa kesal ia dengan tetangga sebelah, atau dirinya yang difitnah oleh orang lain, sementara Appanya tak ada henti – hentinya mengumpat, mengatai orang lain, menceramahi Krystal. Betapa ia kecewa padanya, mengomentari segala kekurangan Krysral, dan Sulli yang mengaduk – ngaduk makanannya dengan muka di tekuk. Pagi yang selalu membangkitkan emosinya, yang tidak ada bedanya dengan waktu makan malam. Yaitu saat segala keluh kesah dan umpatan di keluarkan oleh kedua orangtuanya, namun tidak berarti apa – apa karna orangtuanya lebih memilih diam tanpa bertindak untuk melindungi ataupun membela dirinya dan keluarganya.

Namun pagi ini berbeda, rumahnya terasa lebih terang dan pandangnya juga semakin jelas. Kehangatan keluarga bergitu terasa, menyelimuti hatinya yang semakin menghangat. Krystal tersenyum, ‘Aku tahu, aku tahu bahwa hari ini akan datang. Hari disaat segala sesuatunya akan membaik’

Krystal melangkah ringan menuju meja makan, bergabung dengan anggota keluarganya. Tidak ada umpatan ataupun gerutuan yang mengiringi kebersamaan mereka, yang ada hanyalah canda tawa yang menyenangkan.

Di siang hari, Krystal dan Sulli menghabiskan waktu bersama – sama dengan menonton dvd. Meringkuk di atas sofa sambil menguyah popcorn yang dibelikan oleh Umma di supermarket. Sorenya, Krystal dan Sulli bermain sepeda di taman dan pulang jam tiga sore.

Ummanya berteriak menyuruh Sulli untuk mandi, Sulli sempat merajuk menolak, namun Krystal berhasil membujuknya. Sambil menunggu Sulli selesai mandi, Krystal membaringkan dirinya di kasur sambil memejamkan mata. Tapi dalam keadaan terpejam. Kamarnya masih saja terang benderang, tak ada yang berubah. Krystal melihat dinding kamarnya yang di cat putih pucat berikut lemari pakaian, meja belajar, dan lampu tidur yang tidak dinyalakan. Semuanya masih terasa jelas.

-END AUTHOR POV-

-KRYSTAL POV-

BRAKKKKKK!!!!!!!

Aku tersentak dan buru – buru membuka mataku yang terasa lengket dan berair, seolah baru terbangun dari tidur dengan mimpi yang panjang, padahal aku baru beberapa menit merebahkan tubuh dan memejamkan mata. Aku menegakkan tubuhku dan mendapati Umma tengah berdiri tegak bagaikan seorang prajurit dengan wajah marah. Umma berjalan cepat ke arahku lalu menampar pipiku keras.

Aku meringis, kalau saja aku yoeja cengeng, pasti tamparan itu sudah cukup untuk membuatku menangis. Aku memandang Umma dengan wajah terkejut, tangan kananku sibuk mengelus – ngelus pipiku.

Dengan berapi – api Umma berkata, “Krystal, ada apa lagi denganmu? Kau sudah mengurung dirimu di kamar selama berminggu – minggu! Dan kenapa kau tidak mau bangun saat aku membangunkan mu, huh? Kau tidak tahu ini jam berapa?” Tanya Umma penuh amarah.

Aku terdiam sesaat, melirik ke arah jam yang menempel di dinding. ‘Setegah empat sore.’ Gumamku dalam hati.

“Tadi pagi aku kan sudah bangun. Aku hanya merebahkan diri sebentar” Belaku.

“Tadi pagi? Kamu tidak bangun tadi pagi! Aku sudah mendobrak pintu kamarmu dan mencoba untuk membangunkanmu. Tapi kau tidak bangun – bangun juga!”

“Umma suka mengada – ngada deh! Aku kan baru pulang dari main sepeda sama Sulli, masa Umma lupa?”

“Main sepeda? Kamu ini menghayal ya?!” Bentak Umma galak.

Aku hanya diam, lalu bangkit melewati Umma keluar kamar. Langkahku terhenti saat melewati cermin besar yang menempel di dinding kamarku. Aku menatap pantulan diriku, wajahku tampak kucel dengan rambut awut – awutan, dan pakaian tidur yang tampak kusut.

Aku terperangah, tapi tadi pagi aku kan..

Aku berlari menuruni tangga menuju ruang tamu tanpa memperdulikan teriakan Umma di belakangku. Kudapati Sulli yang tengah duduk berselonjor dengan mengenakan seragam sekolahnya.

“Sulli kau sudah selesai mandi?  Kenapa pakain baju seragam?” Tanyaku beruntun.

Sulli menatapku dengan heran, “Mandi? Aku baru pulang sekolah, unnie” Jawabnya.

“Tapi ini kan hari Minggu!”

“Ini hari Senin, Unnie” Ralat Sulli.

“Tapi, bukankah, baru kemarin Victoria datang berkenjung.”

Sulli tampak semakin heran, “Kok Unnie jadi pikun sih? Victoria Unnie datang dua hari yang lalu, hari Sabtu”

Aku terdiam, “Bukankah kita baru pulang dari taman?” Tanyaku lagi.

Sulli menggeleng, “Anio”

“Aneh” Gumamku pelan.

“Sulli, ayo cepat mandi, setelah itu kamu boleh main. Tapi tidak dengan Krystal, arrasoe?” Tiba – tiba terdengar suara lembut Umma di belakangku.

“Waeyo?” Tanya Sulli tidak mengerti mengapa Umma melarangnya untuk bermain denganku.

“Sudah mandi sana!” Perintah Umma lalu menggiring Sulli ke kamar mandi.

Semenit kemudian, Umma menghampiriku yang masih diam ditempat. Dengan kasar Umma menarik pergelangan tanganku, lalu menyeretku menuju dapur.

Plakk!

“Umma!” Jeritku lebih karna terkejut daripada sakit atas tamparan kedua yang Umma layangkan.

“Mwo? Sudah sepantasnya kamu mendapatkan itu! Dasar anak tidak tahu malu!” Ujar Umma sambil melotot.

Aku menatap Umma tidak mengerti, “Wae, Umma?” Tanyaku tertahan.

“WAE??” Teriak Umma gusar lalu beranjak cepat keluar dapur dan kembali dengan handycam di tangannya.

“INI! INI LIHAT SENDIRI KELAKUAN HINA MU!”

Umma menjejalkan handycam itu ke wajahku. Aku mengambilnya, ragu – ragu sesaat, firasat buruk mulai merayapiku. Masih dengan ragu – ragu, aku menekan tombol play yang ada pada handycam tersebut dan memperhatikan layarnya dengan seksama. Benar saja, seketika tampil tayangan diriku dan Minho yang tengah berciuman di taman sekitar lima atau enam hari lalu, aku tidak begitu ingat.

Aku menjauhkan handycam itu dari pandanganku kemudian menekan tombol stop. Bahkan tanpa menatap Umma, aku dapat merasakan tatapannya yang tajam dan penuh amarah.

“Apa penjelasanmu, huh?” Tanya Umma tertahan.

“Ini semua tidak seperti yang Umma pikirkan, mereka menjebakku”

Aku merintih pelan saat Umma mendorong tubuhku kencang hingga menabrak dinidng dapur dengan keras.

“BERHENTI BERBOHONG!” Teriak Umma gusar.

Aku balas menatap Umma dengan tatapan yang tidak kalah tajamnya, “Aku tidak bohong.” Sergahku.

“Apa kamu tidak tahu? Karna perbuatanmu itu, Appa dipecat oleh bosnya!” Ujar Umma yang tampaknya tidak mendengarkan pembelaanku.

“Tuan Choi tidak sudi memperkejakan seorang ayah dari wanita jalang sepertimu! Yoeja yang telah merayu anaknya untuk melakukan perbuatan memalukan seperti itu!”

Sesuatu kembali membuncah dalam diriku, aku menatap Umma dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana mungkin Umma kandungnya sendiri dapat berkata seperti itu padanya?

Perkataan – perkataan kasar terus terlontar dari mulut Umma, namun sesaat kemudian aku mendapati diriku tuli. Tidak dapat sama sekali mendengar perkataan Umma ataupun suara – suara lainnya.

Beberapa kali Umma melayangkan pukulan dan tendangannya padaku, namun aku tidak dapat merasakan apapun. Seakan – akan diriku terpisah dari tubuhku. Bahkan, saat Umma menyeretku lalu melemparku ke dalam gudang yang berada di bawah tangga, kemudian menguncikanku di dalamnya, aku tetap tidak berkata, berbuat, ataupun merasakan apa – apa.

Membiarkan diriku terbaring di atas lantai gudang yang kotor dan berdebu. Aku menatap kosong kelangit – langit gudang yang rendah dan dihiasi jaring laba – laba.

*Apa salahku? Bagaimana mungkin Appa bisa sampai dipecat?

**Karna mereka telah berhasil menjebakmu. Minho telah berhasil mengelabui appanya saat aksinya ketahuan.

Suara itu lagi. Entah sejak kapan aku mulai merasa akrab dengan suara lain yang muncul dari dalam kepalaku.

*Dunia memang tidak adil.

Ujarku jauh kepada diriku sendiri. Tidak ada seorangpun yang akan percaya kata – kataku. Namun hampir seluruh orang mempercayai perkataan Minho. Entah perbedaan apa yang sebenarnya mereka lihat.

**Minho telah membohongi dan menjebakmu hingga tiga kali. Kau tidak boleh diam saja!

Kali ini suara itu terdengar sangat tegas.

*Apa yang bisa aku lakukan? Aku hanyalah…

**Minho hanyalah manusia lemah, yang suka menggeretak. Kau dapat menghabisinya dengan mudah.

Suara terakhir yang berasal dari pikiranku itu, yang jelas bertentangan dengan suara bathinku, cukup untuk membuat kepalaku pening. Pandanganku terasa buram, dan berlahan – lahan menjadi semakin gelap.

Aku merasakan seseorang mengguncang – guncang tubuhku dengan kasar, aku membuka mataku dan mendapati Umma berada di sampingku masih dengan tampang marahnya.

“Pergi mandi lalu lakukan pekerjaan rumah!” Perintah Umma datar dan singkat lalu beranjak pergi meninggalkanku.

Aku bangkit berdiri dari posisiku, tubuhku masih terasa sangat letih. Lantai gudang yang keras dan tidak nyaman telah membuat peredaran darahku kurang lancar. Aku melangkah keluar gudang menuju kamar mandi yang ada di kamarku. Setelah mandi dan berpakaian, aku mulai melakukan pekerjaan rumah yang Umma perintahkan. Aku mengerjakan pekerjaan yang tampaknya tidak ada habisnya itu hingga akhirnya Sulli pulang pada sore harinya.

Umma menyuruhku untuk pergi ke pasar dan membeli beberapa macam bahan makanan untuk makan malam nanti. Sulli merengek agar diizinkan ikut denganku. Umma jelas – jelas melarangnya kemudian menyuruhku agar cepat – cepat pergi.

Tanpa banyak bicara, aku segera pergi menuju pasar yang berada cukup jauh dari rumahku dengan berjalan kaki. Diperjalanan, aku sibuk meneliti daftar belanja yang Umma berikan padaku sebelum aku pergi.

“Daging..garam..sawi..wortel..saus teriyaki..bawang..”

Semuanya ada sebelas item yang harus kubeli. Aku melipat daftar belanja itu dan menjejalkannya ke dalam saku celanaku.  Sore itu tidak terlalu ramai, seperti hari – hari biasanya. Daerah Busan tempatku tinggal memang tidak begitu dipadati oleh orang – orang.

Menyadari jarak yang masih lumayan jauh dan semilir sejuk angin sore, membuatku larut dalam lamunan kosong, meresapi kedamaian yang mengalir dironggo kulitku.

Sebuah motor sport menderu – deru dari arah belakang. Aku menoleh dan dengan segera mempercepat langkahku lalu menyingir. Namun motor sport itu masih berhasil menyerempetku hingga aku terjengkang dan terjatuh.

Pengendara sepeda motor itu berhenti, pengendaranya membuka helm, seperti dugaanku, anak itu memang JongHyun, keponakan kepala sekolah yang sering mengganggu dan mempermalukanku saat aku masih di sekolah bahkan setelah aku dikeluarkan dari sekolah.

JongHyun tertawa keras, membuka rahangnya selebar mungkin. Aku memandangnya peuh kemarahan. JongHyun mengenakan helmnya kembali. Menjalankan motornya lalu menghantam kumbangan air dijalan hingga mencipratkan airnya ke arahku, kemudian melaju pergi meninggalkanku yang masih terduduk di sisi jalan.

Aku mengeram tanpa berkata apa – apa, mengelap wajahku yang sedikit terkena air becekan dengan lengan, lalu beranjak bangun dan melanjutkan langkahku menuju pasar.

Aku sudah membeli kesepuluh item yang Umma pesan, yang belum kubeli hanyalah daging sapi. Toko langganan Umma dipasar tutup, dan Umma meperingatkanku untuk tidak membeli di toko lain selain toko itu. Dan kalau toko itu tutup, aku hanya boleh membeli daging di toko milik Kang HoDong yang sejalur dengan arah aku yang akan pulang ke rumah.

Aku menyusuri lagi jalan yang tadi kulalui. Langkahku terhenti saat melewati gang sempit dan agak gelap tempat tong – tong sampah berjejer di dindingnya. Aku merundukkan tubuhku, mengendap – ngendap menuju salah satu tong sampah, setelah itu bersembunyi di baliknya. Aku tidak tahu mengapa aku mau repot – repot melakukannya. Tapi karna aku sudah terlanjur bersembunyi, aku harus memanfaatkannya sebaik mungkin. Jadi aku menajamkan telingaku.

“Ini!”

“Ah, akhirnya. Aku sudah tidak tahan lagi, untuk menghisapnya!”

Suara yang pertama tadi JongHyun, dan yang kedua adalah milik Minho, pikirku. Aku mencondongkan tubuhku, berusaha untuk mengintip. Terlihat jelas Minho yang tengah memberikan sejumlah uang pada JongHyun, dan JongHyun yang menyeringai saat uang itu diterimanya dan balik memberikan sepelastik serbuk morphin ke tangan Minho.Dengan sigap, Minho menerimanya dan menyembunyikan serbuk morphin itu dibalik jaketnya.

“Gomawoyo” Ujar Minho sambil tersenyum tipis.

JongHyun balik tersenyum, kemudian mulai mengganti topic pembicaraan, “Kudengar video di handycam mu dilihat oleh Appamu.” Katanya.

Aku dapat mendengar jelas tawa meremehkan Minho yang membuat bulu kudukku berdiri, saat merasakan benci yang teramat sangat di dalam diriku.

“Orang tua bangka seperti appa ku mudah untuk dikibuli. Aku hanya perlu menyakinkannya bahwa yoeja sialan itulah yang terlebih dahulu merayuku kemudian menciumku. Sambil memasang tampang menyesal dan malu, appa sudah yakin bahwa aku hanyalah korban”

Kali ini suara tawa JongHyun yang terdengar, “Nde, kau seharusnya menjadi seorang actor. Aktingmu sangat hebat dan meyakinkan” JongHyun menepuk pundak kawannya itu, sementara Minho hanya terkekeh.

“Jadi, apa yang appa mu lakukan selanjutnya?” Tanya JongHyun lagi.

“Ia segera memecat appanya Krystal. Kau tahukan, kalau appanya Krystal bekerja di kantor appaku?” Jawab Minho sambil menyeringai.

JongHyun kembali terbahak, “Kau tahu, aku jadi mulai mengasihani yoeja murahan itu!” Ucap JongHyun disela – sela tawanya.

“Jinca? Jangan – jangan kau sudah jatuh cinta padanya” Ledek Minho.

“Yang benar saja! Kalau aku jatuh cinta padanya, aku tidak mungkin menyerempetnya di jalan tadi!”

“Kau menyerempetnya?”

JongHyun mengangguk. Kali ini Minho yang tertawa. Aku merasakan amarah meledak – ledak dalam diriku. Kukepalkan tanganku kuat – kuat hingga buku – buku kukuku memutih.

Aku merasa akan lebih baik kalau aku pergi saja dari sini, namun sebagian dariku memaksaku untuk diam di tempat dan terus mendengarkan pembicaraan tidak penting Minho dan JongHyun.

“Ah, sudahlah,” JongHyun mengibaskan tangannya, “Aku ada janji dengan Jessica”

“Jessica? Bagaimana keadaannya sekarang? Ia pasti sangat terpukul dengan meninggalnya Tiffany”

Entah kenapa tiba – tiba aku tersenyum.

Lenggang sesaat, “Nde. Kematian Tiffany begitu tiba – tiba dan tragis. Karna itu, sebaiknya aku cepat pergi menemuinya” Jawab JongHyun.

Minho mengangguk mengerti. JongHyun pun melangkah pergi menaiki motornya dan menghilang dari pandanganku. Sementara itu, Minho menyandarkan tubuhnya di dinding gang. Ia merogoh – rogoh kantung jaketnya lalu menarik sebuah bong kaca yang aku ketahui berisikan serbuk morphin. Sesaat kemudian, Minho pun telah terlarut dalam keasyikannya menghisap bong kaca itu.

Aku bangkit berlahan, masih dengan posisi menunduk aku mengendap – endap keluar dari gang. Setelah merasa aman, aku menegakkan tubuhku dan kembali berjalan. Pandanganku terpaku lurus menatap jalan raya yang kosong dan sepi di hadapanku. Angin sore terasa semakin kencang, langit terlihat semakin gelap menandakan akan turun hujan.

Aku terus berjalan tanpa menoleh atau melirik sedikitpun.

-END KRYSTAL POV-

-AUTHOR POV-

Minho menghisap bong kaca miliknya lagi dan lagi. Ia mendesah beberapa kali, tampak jelas sangat menikmati narkoba yang tengah ia hisap tersebut. Walau dirinya tahu akan merasakan pusing yang sangat hebat setelah menghisap serbuk morphin tersebut, ia tetap melakukannya. Menikmati setiap detiknya.

Minho memejamkan matanya, menghisap bong kacanya lagi, hingga ia merosot dan terduduk, menghisapnya lagi. Minho masih memejamkan matanya karna kenikmatan tak terhingga yang ia rasakan.

Minho mendengar suara kecipak pelan yang terendam. Bagaikan suara sepatu bot yang melangkah di atas genangan air. Awalnya ia berpikir bahwa suara itu hanya khayalannya saja, namun suara itu terdengar semakin jelas dan dekat dengan posisinya.

Minho membuka matanya berlahan dan mendongak. Pandangannya masih buram, namun ia masih dapat menangkap sosok bertudung yang berdiri tepat dihadapannya. Ia tidak dapat melihat mata sosok itu karna tertutup oleh tudungnya, yang terlihat hanyalah bibir tipisnya yang membentuk seringai jahat menyeramkan.

Belum sempat Minho bereaksi, sosok itu mengayunkankan linggis yang ia pegang dengan kedua tangannya tinggi – tinggi, lalu kembali mengayunkannya lurus ke kepala Minho.

BBBUUUKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

TBC

Gomawo udah baca, jangan lupa comment ya!


15 thoughts on “Two In Me Chap. 2

  1. NUMPANG INFO YA BOS… bila tidak berkenan silakan dihapus:-)

    LOWONGAN KERJA GAJI RP 3 JUTA HINGGA 15 JUTA PER MINGGU

    1. Perusahaan ODAP (Online Based Data Assignment Program)
    2. Membutuhkan 200 Karyawan Untuk Semua Golongan Individu (SMU, Kuliah, Sarjana, karyawan dll yang memilki koneksi internet. Dapat dikerjakan dirumah, disekolah, atau dikantor.
    3. Dengan penawaran GAJI POKOK 2 JUTA/Bulan Dan Potensi penghasilan hingga Rp3 Juta sampai Rp15 Juta/Minggu.
    4. Jenis Pekerjaan ENTRY DATA(memasukkan data) per data Rp10rb rupiah, bila anda sanggup mengentry hingga 50 data perhari berarti nilai GAJI anda Rp10rbx50=Rp500rb/HARI, bila dalam 1bulan=Rp500rbx30hari=Rp15Juta/bulan
    5. Kami berikan langsung 200ribu didepan untuk menambah semangat kerja anda
    6. Kirim nama lengkap anda & alamat Email anda MELALUI WEBSITE Kami, info dan petunjuk kerja selengkapnya kami kirim via Email >> http://lowonganterbaik2011.blogspot.com/

    Like

  2. huahaha *#ketawa ngakak ala Key* tinggal Jessica ama Jong nih.

    wahwah..Minho suka ngisep narkoba? tak bilangin ke Yuri *?*
    lanjutkan author^^

    Like

  3. Huaa.. Umma Krystal jahat bnget.. Ihh, kasian Krystal gak slah apa2 dunia memang gak adil itu yang bunuh Fany sma Mino tubuh keduanya Krystal ya? #ngaco.. Lanjuut

    Like

  4. itu sbenarnya ummanya krystal apa ummanya tifanny sih?
    yg sbar ya Krys onnie, smuanya pasti akan indh pda wktunya “caelah bhasa loe!!”
    lanjut thor!!

    Like

  5. waaaaahhhh ini ni yg tak tunggu2..lama bangeeett sampe hampir lupa ceritanya..hehe :p
    lanjutannya asap ya thor..ini nnt mati semua ya yg jahatin krystal ?
    huuuhuuu kasian Minho oppa 😦

    Like

Leave a comment