Just Stay by My Side [Part.1]


Author : Hanraena (hanraena.wordpress.com)

Cast :Lee Dong Hae
Im YoonA
Lee Hyuk Jae
Kim Hyo Yeon
Judul : Just Stay by My Side

Part I

Lee Dong Hae menendang bola yang digiringnya masuk ke gawang, Ia terengahengah
tapi tampak begitu gembira. Terlihat jelas kepuasan teraut di wajahnya yang
penuh kemenangan karena berhasil memasukkan bola, menambahkan gol untuk
timnya. Pertandingan sejenak berhenti, Ia berlari ke arah bangku pemain. Tampak
Hyuk Jae melemparkan sebotol air mineral ke arahnya, Dong Hae segera
menangkapnya dan tersenyum.
“Tendangan yang hebat!” Seru Hyuk Jae pada sahabat terbaiknya itu.
“Kalau bukan karena kau aku juga tidak mungkin memasukkan bola. Itu semua
juga berkat jasamu.” Sambut Dong Hae setelah menghabiskan setengah botol air
mineral miliknya.
“Bagaimana kalau minggu depan kita bermain di lapangan Futsal milik Paman
Jung. Dia baru saja selesai merenovasi lapangannya itu.”
“Boleh juga. Kebetulan aku sudah mulai bosan main di sini.” Dong Hae
mengiyakan.
“Hei! Cepat permainan akan dimulai lagi. Aku bertaruh kali ini pasti bisa
mengalahkan kalian.” Teriak Kyu Hyun bersemangat seraya berlari ke tengah
lapangan.
“Kau siap?” Tanya Hyuk Jae pada Dong Hae.
“Tentu saja. Ayo kita kalahkan tim mereka.”
Permainan itu kembali berlangsung seru, tak ada perkelahian yang terjadi.
Tampak lampu sekitar stadion kecil menyala memberi cahaya pada tiap sudut yang
gelap. Beberapa tim yang selesai bermain, satu persatu meninggalkan lapangan futsal
yang terletak dalam ruangan itu.
Dong Hae dan Hyuk Jae melangkah gontai keluar dari tempat itu sambil
memasang tas ransel ke punggung mereka. Mereka tampak sangat menikmati angin
malam yang berhembus sepoi-sepoi.
“Bagaimana hubunganmu dengan Hyo Yeon?” Tanya Dong Hae.
“Sama seperti hari kemarin, semuanya baik-baik saja. Kau sendiri kapan akan
memperkenalkan kekasihmu? Sudah lebih dari dua tahun ini aku tidak melihatmu
berhubungan dengan satu orang gadis pun.” Ejek Hyuk Jae.
“Liat saja nanti. Aku akan memperkenalkan seorang gadis tercantik untuk
membuatmu cemburu.” Sahut Dong Hae ketus.
“Baiklah. Aku akan menunggu.” Hyuk Jae mengangguk dan melangkah lebih
dulu.
Dong Hae terdiam sejenak, ia memandangi punggung sahabatnya itu dengan
lembut. Ia lekas menarik napas dalam-dalam kemudian melanjutkan langkahnya.

Tampak bayangan kakinya yang panjang melangkah di tepian jalan, terlihat juga
koper yang tengah dideret. Im YoonA kembali memperhatikan alamat apartment
barunya. Ia tampak kesal karena ditinggalkan di jalan begitu saja, Ia melangkah cepat
memasuki kawasan apartment mewah. Dengan hati-hati ia menarik kopernya masuk
ke dalam lift.
Tiba-tiba seorang laki-laki yang tampak lebih dewasa dibandingkan dirinya,
berlari dari kejauhan mengejar pintu lift yang hampir tertutup. Dengan sekuat tenaga
Ia berhasil berdiri di samping YoonA dan segera menekan tombol lantai 17. Ia
tersenyum lembut ke arah YoonA yang sesekali memperhatikannya. Ialah Dong Hae
yang begitu ramah menyambut orang asing yang baru pertama kali ditemuinya.
Dengan pelan lift melaju naik ke atas, mereka hanya terdiam dan tak juga saling
memandang. Pikiran mereka sibuk untuk diri mereka sendiri. Pintu lift terbuka,
mereka sudah tiba di lantai yang mereka tuju. Dong Hae dengan langkah gontai keluar
seraya memainkan kunci mobilnya, berjalan menuju apartmentnya. Di belakangnya
YoonA sambil menarik koper tampak seperti sedang mengikuti. Perlahan Dong Hae
merasakan langkah kaki YoonA, tapi Ia tak menghiraukan dan terus melangkah.
“Apartment No. 34.” Desis YoonA lalu menghentikan langkahnya dan
mengeluarkan kertas yang bertuliskan sandi untuk membuka pintu apartment yang
tertutup rapat itu.
Dari depan pintu apartment miliknya Dong Hae dengan seksama menatap
YoonA, “Apa kau penghuni baru apartment sebelah?”
YoonA menganggukkan kepalanya.
“Senang bisa mengenalmu.” Dong Hae mengakhiri basa basinya dan segera
masuk apartment lalu mengunci rapat pintunya. Ia melemparkan tas olahraganya dan
bergegas menuju kamar mandi.

YoonA bergegas memasukkan beberapa kopernya, ia tampak kelelahan. Ia
mencari keberadaan stop contact lampu di ruangan depan. Ia memencet stop contact
itu tapi lampu tak juga menyala, Ia baru menyadari lampu masih belum terpasang di
langit-langit ruangan. Ia mengambil handphone di tasnya sambil mengerutkan
dahinya.
“Umma, bukankah sudah ku bilang untuk memasangkan semua lampu di
ruangan. Bagaimana sekarang, tak ada satupun lampu yang terpasang untuk
menerangi.” YoonA melampiaskan kekesalannya.
“Bukankah Umma sudah meminta adik mu untuk melakukannya.”
“Dia tidak melakukannya. Dia bahkan meninggalkanku di ujung jalan dan
membiarkanku berjalan kaki menuju apartment. Dia bilang Umma memintanya untuk
cepat pulang. Lalu bagaimana sekarang?” Gumamnya.
“Sampai sekarang adikmu masih belum pulang ke rumah. Kemana anak itu
pergi?” Ibunya juga terdengar kesal. “Coba kau lihat di laci ruang tamu. Tadi Umma
meletakkannya di situ sebelum barang-barang diangkut.”
“Benarkah? Baiklah aku akan memeriksanya.” YoonA segera menutup
handphonenya. Ia mendengus kesal, “Kau sangat menyebalkan Yong Jun. Awas saja
nanti kalau bertemu denganmu, akan kubalas kau.”
YoonA menggunakan cahaya dari handphonenya untuk mencari kumpulan lampu
yang tersimpan di laci. Ia lekas tersenyum menemukan tumpukan lampu yang
terbungkus dalam kantong plastic hitam.
Ia segera menarik kursi dan berdiri di atasnya, berusaha memasang lampu itu
dengan tangannya sendiri. Ia melompat sesekali, “Huh …” Gumamnya. Ia mulai
lelah. Ia ingat bahwa ada seorang laki-laki yang tinggal di sebelah apartmentnya.
Tanpa ragu Ia berlari keluar dan memencet bel pintu apartment Dong Hae.
Dong Hae yang masih mengenakan baju handuk miliknya lekas membuka pintu
seraya mengerinkang rambut. “Ada apa?”
“Apa kau bisa membantuku?” YoonA memelas.
Sekejap Dong Hae yang sudah mengenakan piyama biru miliknya, berdiri di atas
kursi. Ia memasangkan lampu untuk tiap ruangan dalam apartment. YoonA hanya
berdiam seraya menatap dengan seksama dari sudut ruangan.
“Sudah selesai. Kapanpun kau memerlukanku, aku akan selalu ada untuk
menolongmu.” Dong Hae terdengar lembut.
“Terimakasih. Maaf telah merepotkanmu..” YoonA membungkukkan
punggungnya.
“Kalau begitu aku permisi dulu.” Akhir Dong Hae dan berlalu pergi.
YoonA segera menutup pintu apartment. Ia menarik koper-kopernya menuju
kamar yang terletak dekat balkon. Ia baru menyadari barang-barangnya masih belum
dipindahkan. Ia lekas menghela napasnya kembali. Tampak raut wajahnya yang
masam dan begitu sangat lelah. Bahkan AC yang menyala tak mampu mengeringkan
keringatnya.
Ia berlari ke ruang tamu, di sana masih ada beberapa lemari pakaian yang belum
di pindahkan, juga tempat tidur yang masih tergeletak menghalangi pintu masuk
menuju dapur.
“Argh …. Yong Jun. Kau sungguh sangat menyebalkan. Aku hampir mati kesal
karena ulahmu.” Teriakannya menggema sampak keluar apartment.
YoonA kembali berlari kecil keluar dari apartment dan segera memencet pintu
bel apartment Dong Hae. Saat itu Dong Hae tengah merapikan tempat tidurnya,
bersiap untuk tidur. Tapi suara bel itu membuatnya terhenti, ia melangkah gontai dan
membukakan pintu lalu melemparkan senyum manisnya pada YoonA yang kembali
merautkan wajah memelas.
“Apa kau bisa menolongku lagi? Aku perlu seseorang untuk membantuku
memindahkan barang.” Ucap YoonA perlahan.
Dong Hae lekas mengangguk.
Dong Hae segera mengangkat lemari dibantu YoonA di sisi satunya. Mereka
perlahan mengangkat lemari itu menuju kamar. Kemudian mereka mengangkat
ranjang yang cukup berat, beruntung mereka bisa memindahkan semua barang dengan
cepat dan tersusun rapi.
“Sudah selesai!!!” Dong Hae terdengar lega.
“Terimakasih banyak. Maaf karena membuatmu repot. Padahal kita baru saja
bertemu.” YoonA tampak segan.
“Tidak apa-apa. Kalau begitu aku permisi dulu.” Dong Hae membungkukkan
punggungnya.
YoonA segera membalas, lalu mengantarkan Dong Hae keluar dari apartmennya.

YoonA lekas memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari, kemudian menata
peralatan make upnya di atas meja rias. Terdengar suara perutnya yang kelaparan,
“Huh … aku lupa kalau aku belum makan malam. Karena sibuk membersihkan
apartment sampai lupa mengisi perut. Kalau tidak maag ku bisa kambuh lagi, Ibu
pasti tidak akan mengijinkanku tinggal sendiri di seoul.” Gumamnya. Ia berdiri dari
duduknya, perlahan melangkah ke dapur. Tidak ada bahan makanan yang tersedia,
kulkasnya kosong. Ia menundukkan kepalanya dengan penuh putus asa. Ia
membalikkan tubuhnya, menjauh dari dapur. “Aku baru ingat, tadi aku baru saja
membeli mie di mini market. Tidak apa-apa makan mie dulu untuk sementara. Besok
baru aku membeli beras. Hhheeee …”
YoonA berlari meraih tasnya yang tergeletak di ruang tamu. Ia mengambil dua
bungkus mie yang terlupakan. “Beruntungnya aku! Mie ini menyelamatkan
kehidupanku.” Ia bersorak gembira lalu berlari ke dapur.
Ia coba menyalakan kompor gas dengan sangat hati-hati, tapi kompor gas itu
tetap tidak mengeluarkan api. Ia segera memeriksanya, ditemukannya selang tabung
gas yang masih belum terpasang. “Bagaimana lagi sekarang? Aku tidak bisa
memasangnya. Apa perlu aku minta bantuan lagi dengan tetangga sebelah?” Ia
menghela napas. “Bagaimana pun juga aku harus makan malam. Argh … !!!”

YoonA tampak ragu, ia mondar mandir di depan pintu apartment Dong Hae.
Sejenak ia berhenti dan mendekatkan jari jemarinya untuk memencet bel, tapi kembali
diurungkannya niat itu. Ia menarik napas dalam-dalam lalu dengan penuh keberanian
kembali mengganggu Dong Hae yang sudah hampir tertidur pulas di dalam selimut
tebalnya.
Dong Hae bangkit dari tempat tidurnya, kepalanya terasa pusing. “Tunggu!!”
Teriak Dong Hae dari dalam apartmentnya, matanya begitu mengantuk. Dengan kasar
ia membuka pintu, ditemukannya YoonA berdiri disana dan bersiap memohon
bantuannya lagi.
“Maafkan aku!! Sekali lagi harus merepotkanmu.” YoonA memelaskan kembali
wajahnya.
Dong Hae menyembunyikan wajah kesalnya, Ia tersenyum perih sambil menutup
pintu apartmentnya dan mengikuti YoonA dari belakang.

YoonA duduk di salah satu kursi meja makan, Ia kembali menatap dengan
seksama Dong Hae yang menunjukkan keahliannya memasang selang tabung gas.
Semuanya terlihat beres, dengan berani Dong Hae menyalakan kompor gas itu
untuk YoonA. “Selesai!!” Dong Hae kembali lega. “Apa kau perlu bantuan lagi
sebelum aku kembali ke apartment?” Tanyanya untuk memastikan.
“Setelah makan aku akan langsung tidur. Kurasa sudah tidak ada lagi.
Terimakasih banyak untuk semuanya hari ini, maaf karena merepotkanmu terus
menerus.” YoonA tampak menyesal sambil berulang kali membungkukkan
punggungnya.
“Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantumu.” Dong Hae tampak begitu lelah,
lingkaran matanya agak hitam. Ia segera membalas YoonA yang membungkukkan
badan padanya.
“Tunggu!” Cegah YoonA. “Apa kau mau menikmati secangkir cappuccino dulu
sebelum kau pulang, anggap saja sebagai ucapan terimakasih dariku.”
“Sepertinya boleh juga.” Dong Hae menggangguk meskipun sebenarnya ia begitu
terpaksa, “Lagipula setelah ini aku tidak mungkin bisa tertidur dengan mudah karena
terus saja dikejutkan oleh suaranya.” Batinnya. Ia lekas duduk di kursi meja makan,
menunggu YoonA membuatkan secangkir cappucinno untuknya.
“Apa kau ingin ditambahkan vanilla?” Tawar YoonA.
“Terserah kau saja. Aku yakin cappuccino buatanmu pasti enak.”
“Baiklah.” YoonA mengaduk vanilla yang dicampurnya ke dalam cappuccino.
“Sampai saat ini aku lupa menanyakan siapa namamu?” tanyanya sambil meletakkan
secangkir cappucinno ke atas ceper kecil.
“Aku Lee Dong Hae, panggil saja Dong Hae.”
“Aku Im YoonA, panggil saja aku YoonA. Senang bisa mengenalmu Lee Dong
Hae.” Ia lalu mengangkat ceper itu dengan sedikit tenaganya dan berjalan
menghampiri Dong Hae. Dengan sangat hati-hati Ia menyajikan cappuccino itu seraya
tersenyum manis. Tiba-tiba tangannya kepanasan dan menumpahkan cappucinno itu
ke atas piyama Dong Hae.
“Argh …” Dong Hae menjerit kepanasan. Terlihat jelas noda cappucinno di
piyama yang baru sebentar dikenakannya.
“Sungguh maafkan aku! Kenapa aku ceroboh sekali.” YoonA memaki dirinya
sendiri lalu mengambilkan serbet untuk Dong Hae.
“Sebaiknya aku pulang saja. Nanti kita bicara lagi, terimakasih untuk
cappuccinonya.” Tanpa berbasa-basi Dong Hae bergegas pergi setelah mengelap
piyamanya dengan raut wajahnya yang sangat menakutkan.
YoonA mengikuti langkah Dong Hae yang tergesa-gesa, sekejap laki-laki yang
baru dikenalnya itu menghilang dari balik pintu apartment. YoonA memasang wajah
penyesalannya yang sangat mendalam, Ia menutup pintu apartmentnya dan berjalan
tertunduk dengan aura gelap menyelimutinya.
“Bagaimana sekarang? Di awal perjumpaan saja sudah membuatnya begitu
membenciku.” YoonA melemparkan tubuhnya ke atas ranjang seraya menatap langitlangit
kamar yang diterangi lampu neon.

Rambutnya yang panjang dikepang dua, poni menutupi dahinya. Sambil
membawa rentang di tangan kanannya, Hyo Yeon berjalan memasuki lobi apartment.
Ia tak sabar untuk melihat kekasihnya yang mungkin masih tertidur pulas dalam
selimut tebal.
Ia memasukkan kata sandi untuk membuka pintu apartment. Ia terlihat begitu
bersemangat, bibir tersenyum menghiasi wajah manisnya. Ia meletakkan rentang yang
berisi nasi goreng itu ke atas meja. Ia melangkah pelan menuju kamar utama, lalu
membuka pintu kamar itu dan mengintip dari balik pintu.
“Oppa, cepat bangun! Hyo Yeon sudah datang.” Ia dengan suara kekanakkanakan
coba membangunkan Hyuk Jae yang tertidur pulas. “Oppa!!” Ia masih
dengan suara lembut.
Tapi sepertinya Hyuk Jae tak menghiraukannya, Hyo Yeon terlihat kesal. Ia
segera membuka pintu kamar lebar-lebar dan menghentakkan kakinya. “Oppa, Cepat
bangun!!” Ia lekas menarik tirai jendela dan membiarkan sinar matahari masuk.
Hyuk Jae menyipitkan matanya yang masih mengantuk untuk menghindari biasan
sinar matahari. “Apa sudah saatnya kau mengganggu hariku?” Gumamnya.
“Cepat bangun, lalu langsung mandi. Setelah itu kita sarapan bersama, aku
membuatkan nasi goreng sosis untukmu Oppa.” Perintah Hyo Yeon sambil menarik
selimut yang menutupi tubuh Hyuk Jae.
“Berhenti memanggilku Oppa! Panggil aku Hyukie!” Pinta Hyuk Jae seraya
mengencangkan otot-ototnya.
“Tidak mau. Aku lebih senang memanggilmu Oppa.” Hyo Yeon menggodanya.
“Panggil aku Hyukie! Bukankan setiap pasangan punya panggilan mesra. Kalau
kau terus memanggilku Oppa, apa bisa kita disebut pacaran.” Hyuk mencemberutkan
wajahnya.
“Biar saja, yang penting bagiku kau tetap pacar nomor satuku.” Hyo Yeon
kembali menggoda kekasih yang sudah dua tahun ini setia mendampinginya.
“Dasar kau!!” Hyuk Jae lekas mengejarnya.
Mereka berdua terlihat sangat bahagia, mereka saling tertawa dan menggoda satu
sama lain. Suasana itu terlihat jelas dari kaca jendela apartment. Di balik balkon
kamarnya, Dong Hae sambil meminum segelas jus jeruk hangat memandangi
kemersraan mereka berdua. Ia terlihat marah, wajahnya memendam amarah. Ia
mendengus kesal, lalu menghentakkan gelas itu ke atas meja.

Matahari mulai naik, cuaca musim panas terasa begitu hangat. YoonA keluar dari
lobi apartment, dan terus melangkah menjauh dari lobi. Sejenak Ia duduk di teras
masuk apartment, menunggu Yong Jun menjemputnya untuk mendaftar ke
Universitas.
“Yong Jun selalu saja membuatku kesal. Kalau bukan adikku, sudah kutendang
dia dari permukaan bumi ini.” Batin YoonA kesal.
Terdengar klakson mobil, YoonA segera mengarahkan pandangannya pada mobil
merah mewah yang berhenti di depannya.
“Yong Jun, kenapa kau lama sekali?” Tukas YoonA.
“Maafkan aku Noona!!” Yong Jun keluar dari mobilnya, “Kau tahu sendiri
perjalanan menuju Seoul sangat jauh.”
“Apa kau ingin membohongiku?”
“Ibu bilang tadi malam kau tidak pulang ke rumah. Kau bahkan tidak
memindahkan barang-barang di apartmentku, juga tidak memasang lampu. Adik
macam apa kau ini? Aku sudah memberikan uang saku tambahan untukmu.” YoonA
lekas melampiaskan kekesalannya seraya memukul punggung adik satu-satunya itu.
“Noona maafkan aku!! Aku bisa jelaskan semuanya.” Yong Jun memohon
ampun.
“Maaf katamu! Kau tahu karena perbuatanmu ini aku selalu merepotkan orang
lain untuk hal yang tidak penting. Seharusnya kau sadar akan kewajibanmu sebagai
adikku, kau yang seharusnya membantuku.” YoonA terus menghujani Yong Jun
dengan pukulan.
“Noona!!” Teriak Yong Jun menggema.
Terlihat Dong Hae yang baru keluar dari apartment, menatap tajam ke arah
mereka berdua. Tidak juga ia tersenyum atau membalas YoonA yang membungkuk
ke arahnya.
“Apa kabar!!” Sambut YoonA segan.
Dong Hae yang membenarkan kancing jasnya berlalu begitu saja dan tak
menghiraukannya. Ia berjalan menuju tempat parkir kemudian melajukan mobilnya
dengan cepat. YoonA menatap dengan penuh tanya, ia begitu heran dengan sikap
Dong Hae yang begitu dingin padanya.
“Dia siapa Noona?” Tanya Yong Jun.
“Dia orang yang tinggal di apartment sebelah.” Jawab YoonA singkat,
kemarahannya hilang seketika.
“Sikapnya dingin sekali, juga sangat sombong.”
YoonA hanya terdiam, Ia terus menatap mobil Dong Hae yang terus melaju di
tengah keramaian jalan raya. “Sudahlah, ayo kita pergi! Nanti aku terlambat
mendaftar ke universitas.”
“Siap bos!!”
YoonA dan Yong Jun lekas masuk mobil dan meninggalkan apartment itu.

Terdengar alunan musik dari DVD player, Hyo Yeon menaikkan volume suara
musik itu. Ia lekas duduk di kursi meja makan dan menyajikan nasi goreng yang tadi
dibawanya dari rumah.
Hyuk Jae baru saja keluar dari kamar, Ia terlihat sangat rapi dan bersiap untuk
memulai harinya bekerja sebagai Accounting di sebuah perusahaan besar di Seoul.
“Lihat! Sekarang Oppa terlihat sangat tampan.” Hyo Yeon kembali menggoda.
“Berhentilah menggodaku!” Sahut Hyuk Jae ketus.
Hyo Yeon hanya tertawa kecil, “Cepat makanlah. Setelah itu cari uang yang
banyak.”
“Tenang saja. Aku pasti akan menjadi orang sukses.” Hyuk Jae bersemangat.
“Apa kemarin kau main futsal bersama Dong Hae?”
Hyuk Jae mengangguk saja seraya menyuap nasi goreng ke mulutnya.
“Kau dan Dong Hae sungguh begitu akrab.” Hyo Yeon tertawa lembut.
“Wajar saja. Selama enam tahun lebih kami berteman baik.”
Sejenak Hyo Yeon terdiam, Ia menuangkan jus hangat ke dalam gelas lalu
menyajikannya untuk Hyuk Jae. “Ayahku meminta kita untuk segera menikah. Dia
bilang waktu kita bersama selama 2 tahun ini sudah cukup untuk kita saling
mengenal. Lagipula keluarga kita sudah cukup dekat.” Ia terdengar serius, Ia
mengalihkan pandangannya pada lukisan yang terpajang di dinding.
Hyuk Jae tersedak mendengarnya, “Menikah?” Ia tersentak kaget.
“Benar, menikah. Tapi aku tidak ingin kita terburu-buru, aku hanya ingin
menyampaikan apa yang Ayahku katakan sebelum aku berangkat kesini.” Jelas Hyo
Yeon.
“Aku . . .” Hyuk Jae terputus.
“Aku mengerti, pernikahan bukanlah sebuah permainan. Itu sebabnya harus
dipikirkan matang-matang. Minggu depan ayahku meminta kau untuk datang ke
rumahku, kita berdua harus menemuinya.” Hyo Yeon berbelit-belit.
“Tentunya aku sangat ingin menikah denganmu. Siapa yang tidak ingin
menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan orang yang dicintainya. Hanya semua
itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.”
“Kau benar sekali, aku akan memberikanmu waktu. Jadi kau tenang saja, aku
akan menunggu jawaban darimu. Aku juga tidak ingin menjadi seorang gadis yang
terlalu agresif.”
Hyuk Jae menghentikan suapannya, Ia menatap kosong ke arah Hyo Yeon. Ia
berpikir sejenak tentang pernikahan yang nanti pasti akan dialaminya.
“Aku pergi dulu. Aku harus segera membuka butik.” Akhir Hyo Yeon sambil
berpura-pura melihat jam di tangannya. “Nanti kita bertemu lagi.” Hyo Yeon
bergegas pergi, tidak lupa ia mencium pipi kanan Hyuk Jae. Ia berlari,
menyembunyikan wajahnya yang malu. “Huh …” Hyo Yeon menghela napasnya lalu
masuk ke dalam lift.
Sementara Hyuk Jae hanya terdiam dan tak melanjutkan makannya.

Dong Hae memencet tombol moccacinno dari mesin pembuat minuman. Sebagai
seorang General Manager Ia terlihat begitu akrab dengan para karyawannya. Ia
membalas dengan ramah karyawan yang menyapanya. Ia melangkah seraya
memegangi dua gelas moccacinno menuju balkon tempat bersantai.
“Untukmu!” Dong Hae dengan lembut memberikannya pada Hyuk Jae yang terus
saja melamun memikirkan Hyo Yeon yang memintanya untuk menikah.
“Terima kasih.”
“Ada apa denganmu? Sejak tadi pagi kau terus saja melamun.” Dong Hae tampak
penasaran.
“Tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan saja.”
“Lelah? Jawabanmu sangat aneh. Kalau memang ada masalah, ceritakanlah!”
“Sungguh tidak apa-apa. Apa sebaiknya nanti sore kita pergi main futsal saja?”
“Bukankah kau lelah, sebaiknya kau istirahat di rumah saja. Minggu depan saja
kita main futsal lagi.” Tolak Dong Hae dengan lembut.
“Minggu depan.” Sejenak Hyuk Jae terdiam, karena minggu depan dia harus
bertemu calon mertuanya. Saat itu tiba dia harus mengumpulkan seluruh kekuatannya.
Dong Hae lekas menepuk pundak sahabatnya itu dengan hangat.
“Aku tidak bisa membayangkan reaksi Dong Hae kalau dia tahu akan segera
menikah dengan Hyo Yeon. Kuharus menunggu saat yang tepat untuk
memberitahunya.” Batin Hyuk Jae seraya membalas Dong Hae dengan senyuman
penuh keterpaksaan untuk menutupi kekhawatirannya.

Wajahnya masih terlihat muram, meskipun ice cream yang dingin membuat
pipinya merah. YoonA terus melangkah, Ia masih merasa bersalah pada Dong Hae.
“Noona!” Panggil Yong Jun yang masih mengantri untuk membayar ice cream
yang mereka beli.
YoonA tak menghiraukannya, ia semakin jauh dari Van penjual ice cream.
Sesekali Ia menggelengkan kepalanya, mengingat sikap dingin yang ditunjukkan
Dong Hae tadi pagi.
“Noona, ada apa denganmu?” Yong Jun memegangi pundak YoonA.
“Kau tahu apa saja yang terjadi tadi malam.” Ungkap YoonA.
“Mana aku tahu, kau tidak cerita padaku.”
Mereka melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti, mereka berjalan di
antara keramaian pusat perbelanjaan kota Seoul.
“Aku terus saja merepotkannya, lalu terakhir aku menumpahkan cappuccino ke
atas piyamanya. Padalah dia baru saja mengenakannya. Aku memang bukan seorang
tetangga yang baik.” Cerita YoonA seraya menggelengkan kepalanya.
“Ha ha ha … bagaimana mungkin bisa Noona seceroboh itu.” Yong Jun tertawa
terbahak-bahak.
“Apa ini saatnya kau untuk tertawa? Seharusnya kau merasa bersalah, karena
kalau bukan karena kau aku tidak mungkin terus-terusan merepotkannya.” Tegas
YoonA.
“Maafkan aku Noona. Hanya saja ceritamu itu lebih lucu dari kartun yang sering
ku tonton di televisi.” Yong Jun lekas menutup mulutnya rapat-rapat.
“Bagaimana pun aku harus minta maaf padanya.”
“Kalau begitu Noona belikan saja kue untuknya. Tidak lupa sebelumnya Noona
berias dulu agar terlihat cantik di hadapannya.”
“Kue. Sepertinya itu ide yang bagus, semua orang sangat menyukai kue yang
manis. Baiklah aku akan membelikan satu untuknya.” YoonA berlari dengan cepat
melewati kerumunan orang banyak. Yong Jun segera mengikutinya dari belakang.
Mereka berlari mencari toko kue, YoonA terus berpikir kue mana yang harus
dibelinya.

Langit mulai gelap, ada beberapa toko yang tutup, ada juga beberapa toko yang
baru dibuka menyambut malam. YoonA tak sabar lagi untuk memberikan Stawberry
Short Cake yang sengaja dibungkusnya sendiri dengan rapi. Ia mulai menyusun katakata
yang akan diucapkannya saat menyerahkan kue itu pada Dong Hae.
“Maafkan aku! Aku sangat menyesal atas kejadian tadi malam. Kuharap kita bisa
bertetangga dengan baik dan saling membantu.” Desis YoonA. “Ah, kurasa dia akan
menganggapku sebagai parasit yang terus merugikannya.”
“Berhentilah Noona! Kau cukup serahkan saja kue itu, lalu minta maaf. Setelah
itu aku bisa pergi dengan tenang.” Sahut Yong Jun sambil mengemudikan mobil
merah yang didapat dari hadiah ulang tahunnya.
“Kau focus mengemudi saja. Jangan hiraukan aku!” Jawab YoonA ketus.
“Argh …” Yong Jun menggeram kesal.
Yong Jun menghentikan mobilnya perlahan tepat di depan apartment. YoonA
bergegas keluar mobil seraya memegangi sekotak kue, rambutnya yang terurai sedikit
mengganggunya karena tertiup angin.
“Cepat pulanglah! Awas saja kalau kau berkeliaran lagi. Aku akan
mengadukanmu pada ayah.” Teriak YoonA, Ia buru-buru meninggalkan Yong Jun.
“Aku paham!” Yong Jun yang tak mau kalah, menyahut dengan nada tinggi lalu
kembali melajukan mobilnya ke jalan raya.
YoonA berlari memasuki apartment, ia tak menggubris peringatan bahwa lantai
masih basah karena baru selesai dipel. Ia terus berlari dengan kencang mengejar lift
yang akan tertutup. Ia tak menyadari salah satu tali sepatunya terlepas, lantai yang
licin membuatnya tak dapat berhenti seketika. Ia mulai panic, “A …” Teriaknya.
Tiba-tiba kaki kanannya sendiri menginjak tali sepatu di kaki kirinya, Ia terjatuh
tepat setelah berada dalam lift. Ia mengelus sikutnya yang sakit, dan sekejap lupa
pada kue yang dibawanya. “Mana kueku?” YoonA mendongak ke atas.
Terlihat di dalam lift Dong Hae yang baru pulang kerja begitu lelah memasang
wajah kesalnya kembali untuk YoonA. Ia begitu murka menemukan kue yang
terlempar keluar dari kotak menimpa wajah dan mengotori jasnya.
YoonA tak berani bangkit dari lantai lift, ia terus menunduk dan tak berani
melihat wajah Dong Hae yang dipenuhi dengan krim kue.
Dong Hae keluar dari lift seraya membersihkan wajahnya dengan sapu tangan,
YoonA pun berdiri dan mengikutinya.
“Maafkan aku! Aku benar-benar tidak sengaja. Tadinya aku ingin memberikan
kue itu untukmu sebagai permohonan maaf dariku. Tapi aku terus saja membuatmu
kesal.” Jelas YoonA.
Dong Hae tak menghiraukannya, Ia terus melangkah menuju apartment miliknya.
Lalu memasukkan kata sandi untuk membuka pintu.
“Maaf, maaf, maaf!” YoonA memohon dengan penuh ketulusan.
“Nona Im YoonA, aku benar-benar tidak mengerti apa sebenarnya yang
kesalahanku padamu. Kau meminta tolong, aku akan selalu ada untuk membantumu.
Tapi sepertinya kau terus saja berbuat ulah padaku.” Sahut Dong Hae dengan nada
tinggi.
“Tadi aku benar-benar tidak sengaja.” Jelas YoonA.
Dong Hae lekas menutup pintu apartmentnya dengan keras, membuat YoonA
tersentak kaget. YoonA terlihat begitu menyesal, ia merasa sangat bersalah. Ia tak
bisa masuk ke apartmentnya dengan tenang begitu saja. Ia segera berlari masuk lift
dan memencet tombol lantai satu.
Ia berlari di tepian jalan raya menuju mini market yang tak jauh dari apartment.
Ia bergegas membelikan Dong Hae piyama warna biru dengan motif hati dan kue
kering yang terbungkus rapi. Tak lupa ia membeli kartu ucapan dan menuliskan
permohonan maaf disana.
“Benar aku belikan dia piyama saja, karena tadi malam aku juga mengotori
piyama miliknya. Kue kering untuk cemilannya saat nonton televisi, kurasa bukanlah
ide yang buruk.” YoonA mengangguk.
Sekejap ia berada di depan pintu apartment Dong Hae. YoonA lekas duduk di
depannya, sejenak meluangkan waktunya untuk menulis permohonan maaf di atas
kartu ucapan dengan tinta warna hitam. “Dear Mr. Lee, aku tahu aku telah melakukan
banyak kesalahan padamu. Aku sungguh tidak sengaja melakukan itu semua, aku
hanya ingin minta maaf padamu. Terimalah kue juga piyama ini sebagai pengganti
piyamamu yang kotor tadi malam. Maaf aku tidak bisa mengganti jasmu yang kotor,
mungkin lain kali aku akan mentraktirmu saja sebagai permohonan maaf dariku.
Kapanpun aku pasti akan selalu ada untukmu. Satu lagi! Aku ingin kau tersenyum
seperti saat pertama kali kita bertemu.” Akhir tulisannya, Ia pun meletakkan kartu itu
diantara bungkusan kue kering.
“Selesai.” YoonA bernapas lega. “Sekali lagi maafkan aku!” YoonA
membungkuk di depan pintu apartment Dong Hae. Ia lekas memencet bel sebanyak
dua kali, lalu berlari cepat untuk bersembunyi di balik pintu apartmentnya yang
berseberangan.
Dong Hae lekas keluar dari apartmentnya hanya dengan mengenakan handuk
baju. “Pasti gadis ini lagi.” Pikirnya sambil melangkahkan kaki untuk membukakan
pintu.
Ia tercengang dan bingung, menemukan bingkisan yang terlantar di depan pintu
apartmentnya. Tanpa berpikir panjang Ia pun membungkuk untuk mengambil
bingkisan yang berisi piyama dan kue kering itu. Ia tetap kokok berdiri di depan pintu
seraya membaca kartu ucapan di dalamnya. Sekejap Dong Hae tersenyum meskipun
hatinya masih kesal. Ia lekas membawa bingkisan itu masuk, lalu menutup rapat
pintunya.
YoonA yang mengintip dari balik pintu, tersenyum penuh kepuasan. Ia bernapas
lega lalu mengunci pintunya dan melangkah menuju ruang tamu. Dilemparnya tas
selempang yang tadi digunakan, lalu bersandar di kursi tamu sejenak untuk
menghilangkan lelahnya.

-Just Stay by My Side



12 thoughts on “Just Stay by My Side [Part.1]

  1. Ah, seru!! 😀
    Kayaknya Yoona harus berterimakasih juga sama Donghae soalnya kalau ada dia jadi ngga ketemu sama Hae ^^
    Ah, Hyukkie kenapa keliatan bimbang gitu siih~~lamar mah lamar aja kali 😛

    Like

  2. huaaa hahhaha
    gag kebayang wajah mengerikan donghae

    aigoooo yoona masa tetangga baru udah digituin 🙂

    lanjut lanjut chingu :))

    Like

  3. akhirnya… YoonHae… luv this couple
    moga part berikutnya mereka lebih sweet lagi, Yoona ga ceroboh2 amat jadi Donghae ga sebel gitu ^_^
    btw, kenapa kok Hae kayaknya marah gitu liat kemesraan Hyuk & Hyeo????
    masa’ Hae cemburu???? andweeee… Hae sama Yoona pokoknya *maksa*
    hehehe
    keep writing yaa, ditunggu part berikutnya

    Like

  4. critanya bgus…
    yah,alaupun panjang..
    tpi bgus n’ bkin org pensran.

    buat adknya yoona,
    ish,nkal bgt sih…
    hhehe..
    *g’ da hub.a*

    Like

Leave a comment